Jumaat, 22 Mei 2015

Mitsaq dan 3ahd Persetiaan dan Perjanjian Seluruh Nabi dan Manusia dengan Allah SWT.



Mitsaq dan 3ahd
Persetiaan dan Perjanjian Seluruh Nabi dan Manusia dengan Allah SWT.


Tajuk ini jarang dibincangkan, pada hal ia banyak kali disebut di dalam Al-Qur’an. Imam Ahmad Al-Hassan, Al-Yamani dan Mahdi Pertama (as) telah membongkarnya dan menerangkan kepada umat Islam di akhir zaman ini.

Hakikat penciptaan (Al-Khalq) tidak banyak diwar-warkan kecuali kita sering dibawa dengan Ikrar di Alam Alastu:

﴿وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَىٰ شَهِدْنَا أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَـٰذَا غَافِلِينَ﴾

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul, kami menjadi saksi". Supaya di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap perkara ini.", [Al-A3raf 7:172] 

Itu adalah Alam Alastu atau Alam Al-Zhar di mana Allah SWT mengambil Persetiaan terhadap diri semua manusia yang akan hidup di Alam Dunia ini di bawa oleh Adam (as) di sulbinya. Itu adalah Persetiaan Uluhiyah dan Rububiyan (Ketuhanan) terhadap penciptaanNya (Al-Khalq atau makhluk).

Persetiaan terhadap penciptaanNya yang paling mulia dan agung Muhammad (S) disebut di dalam ayat berikut,

﴿وَإِذْ أَخَذَ اللَّـهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُم مِّن كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ
مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَىٰ ذَٰلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ *فَمَن تَوَلَّىٰ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil persetiaan dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". * Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. [Aali Imran 3:81-82]

Ibn Katsir dalam tafsir menyebut:

Allah memberitahukan bahwa Dia telah mengambil janji dari setiap Nabi yang diutusNya, sejak Adam (as) sampai `Isa (as). Janji itu adalah: Sungguh, bagaimana pun Allah berikan kepada salah seorang di antara mereka, berupa kitab dan hikmah lalu menyampaikannya, kemudian setelah itu datang seorang Rasul (Muhammad) setelahnya, niscaya ia akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya, di mana ilmu dan kenabian yang disandang mereka tidak menghalang mereka untuk mengikuti dan mendukung orang yang diutus setelahnya.

Jika nabi-nabi diambil Persetiaan-Nya apatah lagi seluruh manusia lain dan ia di rakam Allah di dalam firmanNya:

﴿وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّـهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُم بِهِ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاتَّقُوا اللَّـهَ إِنَّ اللَّـهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ 
                                                                      
Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu dan Persetiaan-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati". Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui isi hati. [Al-Maidah 5:7] 

Di dalam ayat di atas Allah menerengkan ikatan Persetiaan ini adalah suatu nikmat dariNya, dengan syarat “Kami dengar dan kami taati". Dan bertakwa kepada Allah. Jika tidak akan terjadi seperti pada ayat 82 Surah Aali Imran yang dibawakan di atas. “Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.  Fasik adalah perosak yang melakukan kejahatan.

Amat malang sekali perbuatan manusia, mereka melanggar persetiaannya kerana hatinya dijadikan keras oleh Allah kerana mereka melanggar persetiaan tersebut, Allah berfirman:

﴿فَبِمَا نَقْضِهِم مِّيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً ۖ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ ۙ وَنَسُوا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوا بِهِ ۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَىٰ خَائِنَةٍ مِّنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ ۚ إِنَّ اللَّـهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ 
                                                                         
(Tetapi) karena mereka melanggar persetiaannya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. [Al-Maidah 5:13] 

Mereka yang melanggar persetiaan itu buta pada kebenaran hakiki di sisi Allah kerana dibutakan dengan keinginan duniawi dan amat mudah dipesongkan oleh Iblis (la) dan tentera-tenteranya (syaitan) dari jin dan manusia. Seperti yang digambarkan oleh Allah SWT:

﴿أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ * الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّـهِ وَلَا يَنقُضُونَ الْمِيثَاقَ

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,* (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak persetiaan, [Al-Ra3du 13:19-20] 



Adam dengan 3adh (Perjanjian) dan Persetiaan


Kadangkala Allah SWT menyebut Persetiaan dengan gandingan perjanjian, seperti firmanNya di bawah,

﴿وَالَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّـهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّـهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَـٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ 

Orang-orang yang merusak perjanjian Allah setelah diikat Persetiaannya dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam). [Al-Ra3d 13:25] 


Dan inilah apa yang tersirat di Alam Penciptaan sehingga Perjanjian dan Persetiaan yang diambil oleh Allah pada Nabi Adam (as) tidak kuat dalam ikrarnya.

﴿ وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَىٰ آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا﴾

{Dan sesungguhnya telah Kami ambil perjanjian pada Adam dahulu, maka ia lupa, dan tidak Kami dapati padanya kemauan (azam) yang kuat.}, [Tha Ha 20:115]

Mendekati pohon terlarang dan dapat digoda oleh Iblis, dan mujurlah Adam sempat bertaubat dengan bertawasul kepada Muhammad dan Ahl Bait baginda,

﴿فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ﴾

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah 2:37] 

Hakim Al-Naisyaburi, dalam Al-Mustadrak ‘Ala Al-Shahihain, 517/3, Hadits 4286; Baihaqi, Dalâil Al-Nubuwwah, 489/5; Wafâ Al-Wafâ, 1371-1372/4; Suyuthi, Al-Durr Al-Mantsur, 59/1. Meriwayatkan:

و نقل أنّ آدم لما اقترف الخطئیة قال: یا ربّی، أسألک بحق محمد لما غفرت لی، فقال، یا آدم، کیف عرفته؟ قال: لأنک لما خلقتنی نظرت إلی العرش فوجدت مکتوباً فیه: لا اله الا الله، محمد رسول الله؛ فرأیت اسمه مقروناً مع اسمک، فعرفته أحب الخلق الیک».

Diriwayatkan bahawa Nabi Adam karena telah melakukan kesalahan, berkata, “Wahai Tuhanku! Maafkanlah Aku demi Muhammad.” Allah SWT berkata, “Wahai Adam! Bagaimana engkau mengenal Muhammad meski Aku belum lagi menciptanya?” Adam menjawab, “Tatkala engkau menciptakanku aku melihat ke Arasy dan melhat di dalamnya tertulis:Lailaha illaLlâh Muhammad Rasulullâh.” Karena aku melihat namanya bersanding dengan nama-Mu, aku tahu bahawa ia adalah sosok yang paling dicintai di antara seluruh makhluk di dunia ini. Allah SWT berfirman, “Aku mengampunimu karena engkau telah meminta kepadaku demi Muhammad.”


Dalam nukilan yang lain dari riwayat di atas yang dikutip oleh Suyuti melalui jalur Ibnu Abbas, dalam Al-Durr Al-Mantsur, jilid 1, hal. 60-61, Dar Al-Kutub Al-‘Iraqiyah, 1377 H.


عن ابن عباس قال سألت رسول الله عن الکلمات التی تلقاها آدم من ربّه فتاب علیه قال: سئل بحق محمد و علی و فاطمة و الحسن و الحسین إلا تبت علیّ فتاب علیه.  

Dari Ibnu Abbas dari Rasulullah (S), “Ibnu Abbas berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah (S) mengenai beberapa kalimat yang diterima Adam dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya.” Rasulullah (S) bersabda, “Adam meminta (kepada Allah SWT) demi hak Muhammad, Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husain supaya taubatnya diterima. Allah SWT pun menerima taubatnya.”


Dari Abi Ja'far (as) berkata:

"Kemudian persetiaan (Al-Mitsaq) diambil atas para nabi, maka Dia SWT berkata: Bukankah Aku Tuhan kamu? Dan bahawa Muhammad ini RasulKu? Dan Ali ini Amir Al-Mukminin (Ketua Orang Beriman). Mereka berkata: Bahkan. Maka kenabian mereka telah disahkan, dan persetiaan (Al-Mitsaq) diambil atas Uulu Al-3azm: Bahawa Akulah Tuhan kamu, dan Muhammad adalah RasulKu, dan. Ali adalah Amir Al-Mukminin, dan Aushiak selepasnya adalah Wilayah UrusanKu dan Khazanah IlmuKu (as), dan bahawa Al-Mahdi yang akan monolong agama Ku dan memenangkan daulahKu dan membalas bela musuh-musuh Ku, dan supaya Aku disembah dengan sukarela atau terpaksa. Maka mereka berkata: Kami mengakui, wahai Tuhan kami, dan kami menyaksikannya. Adam tidak menafikan, dia tidak mengakuinya untuk mengitsbat (mengesahkan) kebesaran kelima-lima perkara mengenai Imam Mahdi. Adam tidak mempunyai keazaman untuk berikrar (mengakuinya). Itulah Firman-Nya Azza waa Jalla:  وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَىٰ آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا - {Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa, dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.}, [Thaha 20:115]. Beliau berkata: Sebaliknya, ia adalah kepadanya: sehingga dia meninggalkannya... " Al- Kafi jilid 2, halaman 8

Persetiaan (Al-Mitsaq) yang diambil ke atas para nabi Uulu Al-3adzmi dan ia dirakam oleh Allah SWT, firmanNya,

﴿وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنكَ وَمِن نُّوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖ وَأَخَذْنَا مِنْهُم مِّيثَاقًا غَلِيظًا 

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil persetiaan dari nabi-nabi dan dari kamu dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh. [Al-Ahzab 33:7] 



Adam Persetiaan dan Hajar Aswad.

Imam Ahmad Al-Hassan, Al-Yamani dan Mahdi Pertama (as) telah menjawab soalan dalam Lampiran 5 (bahagian 2) Kitab Tauhid:

Soalan: Siapakah lelaki ini?

Salam ke atas Yamani Keluarga Muhammad dan rahmat Allah dan keberkatan-Nya.
Ya Allah selawatkanlah ke atas Muhammad dan Keluarga Muhammad Imam-Imam dan Mahdi-Mahdi.

Pada tahun 1424 H saya telah mengerjakan Haji (Ibadah Haji), dan Al-Hamdu Lillah ia adalah haji kedua bersama isteri saya, dan kami bersama salah satu Jamaah Haji terkenal di Al-Ahsaa', dan kami telah [belajar] pelajaran yang [mempunyai] cerita-cerita dalam Haji yang diberkati.

Pada malam 'Arafah, satu kejadian telah berlaku pada Jamaah Haji wanita, kerana mereka mendengar pekikan yang kuat (jeritan suara yang kuat) pada malam 'Arafah selepas beramal pada malam itu. Jeritan ini telah menakutkan Jamaah wanita sehingga mereka amat takut sekali, tetapi mereka tidak tahu dari mana datangnya bunyi ini.

Dan cerita yang kedua, yang lebih penting, ialah: apabila saya dan isteri saya masuk ke Al-Haram (Masjid Al-Haram) untuk melakukan tawaf, saya lihat orang sangat ramai berpusu-pusu, jadi saya bimbang isteri saya tidak dapat membuat Tawaf Haji. Seorang pemandu Jamaah Haji (Mursyid) telah mengajar kepada kami: Apabila melihat orang penuh sesak hendaklah menyebut:
يا عليم يا عظيم ينفك الزحام
Wahai Yang Mengetahui, Wahai Yang Agung, kurangkanlah kesesakan ini.

Semasa saya cuba membaca Zikir (doa) ini dalam tawaf Umrah, saya dapati keadaan menjadi kurang sesak – Secara amnya saya menyebutnya hanya sekali: Ya ‘Alim, Ya ‘Adzim, dan tiba-tiba [saya melihat] seorang lelaki datang dari antara Al-Rukn dan Al-Maqam (Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim), dan dia memecah barisan Jamaah Haji selepas saya membaca zikir itu, dan seolah-olah dia telah datang ke arah kami semasa tawaf, atau sebelum dia selesai tawaf, kerana dia tidak melalui Al-Rukn dan al-Maqam. Dan beliau menghala ke arah kami dengan Ka'bah di belakangnya, dan tiada seorang pun Jamaah Haji yang berjalan ke arah kami.

Dan dia berkata kepada saya: Ikut belakang saya dan saya akan bimbing kamu berdua bertawaf. Maka saya dan isteri saya mengikut di belakangnya dan kami pun bertawaf Haji. Kami tidak merasa sesak atau berhimpit-himpit, dan beliau membaca Du’a dan Zikir, dan di antaranya adalah Du’a Kumail, dan saya telah banyak berselawat ke atas Muhammad dan Aali Muhammad, dan saya hanya berkata dalam diri saya sendiri: mungkin ini adalah Al-Mahdi Muhammad bin Al-Hasan (as), tetapi saya katakan: Siapalah saya sehingga Al-Mahdi boleh datang untuk membimbing saya melakukan tawaf bersama saya!

Dan semasa melakukan tawaf pertama isteri saya di belakang saya, jadi dia berkata kepada saya: Suruh isteri kamu di depan kamu, jadi saya suruh supaya dia datang ke depan saya dan di belakangnya, bermakna antara saya dan dia, dan ia bertujuan untuk mengajar saya bagaimana untuk melindungi isteri saya semasa bertawaf.

Dan apabila kami sampai ke Hajar Aswad, dia menunjukkan ke arah saya dengan tangan kanannya dan berkata: Allah-u Akbar!.

Dan apabila kami telah dilakukan tawaf ketujuh di Makam Ibrahim (as), saya berkata kepadanya: Saya ingin tawaf An-Nisa’ bersama tuan, lalu dia berkata kepada saya: Insya'Allah. Dan seolah-olah dia telah menngucapkan selamat tinggal kepada saya, dan beliau  berjalan mengundur ke belakang menghadapi saya sehingga jauh dari saya dan seolah-olah dia telah menguak beribu-ribu orang ketika berjalan ke belakang, dan lorongan menjadi luas kepadanya, dan dia pergi. Seolah-olah jemaah haji di sana merupakan Laut, dan dia adalah gelombang yang kuat yang menolak jauh air laut.

Bagi perawakan lelaki ini: Dia bermata cengkung, keningnya tidak bertemu, dia kurus tinggi, dia mempunyai kulit sawo matang, rambutnya hitam dan panjang. Dan apa yang pelik ialah dia memakai pakaian hijau muda pada hari Tawaf Al-Hajj, dan pada tutup kepalanya yang kami panggil [Khaliji] sejenis tutup kepala.

Soalan saya: Siapakah lelaki ini? Adakah dia Yamani Keluarga Muhammad (as)? Dan siapakah saya hingga Yamani Keluarga Muhammad (S) boleh datang bertawaf bersama saya? Adakah dia Al-Khidir kerana dia memakai pakaian hijau? Adakah dia dari Ansar Imam Al-Mahdi Muhammad bin Al-Hasan (as)?

Saya telah bertanya salah seorang pelajar Al-Hauzah dan beliau berkata: Sesungguhnya dia adalah Imam (as). Dan saya telah bertanya salah seorang mukmin dan dia berkata: mungkin dia adalah Al-Khidir (as) atau salah seorang daripada pembantu Imam (as)

Saya mendengar satu cerita yang berlaku kepada salah satu daripada Ansar dan dia menceritakan kepada saya dan dia menyifatkan perawakan kepada saya, dan penerangannya sama seperti yang saya lihat. Dan jika saya melihat lelaki ini yang bertawaf bersama saya walaupun selepas bertahun-tahun, saya akan kenal dia [walaupun] dari kalangan jutaan lelaki.

Dan salam ke atas Yamani Keluarga Muhammad dan rahmat Allah dan keberkatan-Nya.

Semoga Allah berselawat ke atas Muhammad dan Keluarga Muhammad Imam-imam dan para Mahdi salam dan limpahan salam pengiktirafan.

Ansary Muslim, 40 tahun
Al-Ahsaa'- Saudi Arabiyah
Tahshul Thanawi


Jawapan:

بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang
والحمد لله رب العالمين
وصلى الله على محمد وآل محمد الأئمة والمهديين وسلم تسليماً
Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam
Dan selawat Allah ke atas Muhammad dan Keluarga Muhammad Imam-imam dan para Mahdi dan limpahan  salam pengiktirafan.

Ketahuilah bahawa Allah diingati oleh orang yang ingat kepada-Nya, dan Dia telah berikan begitu banyak dengan sedikit kamu mengingat-Nya Yang Maha Suci, di Rumah-Nya, dengan keikhlasan, maka kamu mengingat-Nya, Dia akan membantu kamu dan memudahkan urusan kamu. Saya memohon kepada Allah untuk sentiasa memberikan kamu kejayaan dalam ikhlas kepada-Nya Yang Maha Suci, dan beramal untuk apa jua keredhaan-Nya.

Bagi hamba Allah yang membantu kamu dia telah membantu kamu dengan Kuasa Allah dan dengan `Kuasa-Nya yang apabila Allah memerintah kepadanya, sehingga semua kurniaan adalah kerana Allah Yang Maha Suci. Jadi berterima kasihlah kepada Allah, Yang Maha Suci, yang memberikan kepadamu itu, dan jika Allah telah memerintahkan beliau untuk memaklumkan kepada kamu tentang namanya dia akan memaklumkannya.

Adapun apabila hamba ini telah berdoa di Al-Hajar (Hajar Aswad) dan bertakbir: Allah-u Akbar, ini adalah tugasnya [sahaja]. Adapun kamu dan orang lain daripada kamu, ditugaskan juga kamu untuk mengatakannya apabila kamu sampai di Al-Hajar:

(اللَّهُمَّ أَمَانَتِي أَدَّيْتُهَا وَمِيثَاقِي تَعَاهَدْتُهُ لِتَشْهَدَ لِي بِالْمُوَافَاةِ اللَّهُمَّ تَصْدِيقاً بِكِتَابِكَ وَعَلَى سُنَّةِ نَبِيِّكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وأن علياً والأئمة من ولده حجج الله وأن المهدي والمهديين من ولده حجج الله - وتعدهم الى حجة الله في زمانك - آمَنْتُ بِاللَّهِ وَكَفَرْتُ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَبِاللَّاتِ وَالْعُزَّى وَعِبَادَةِ الشَّيْطَانِ وَعِبَادَةِ كُلِّ نِدٍّ يُدْعَى مِنْ دُونِ اللَّهِ)

(Ya Allah, telah kutunaikan amanatku dan kupenuhi janji persetiaanku agar Kau saksikan aku sebagai orang yang memenuhi janji. Ya Allah! Benarlah KitabMu, dan atas sunnah NabiMu. Aku bersaksi bahawa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan  KeesaanNya, Tiada  sekutu bagiNya, dan bahawa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan bahawa Ali dan para Imam dari anak-anaknya adalah Hujjaj Allah dan bahawa Al-Mahdi dan Mahdi-mahdi dari anak-anaknya adalah Hujjaj (bukti-bukti) Allah - dan Engkau menyediakan mereka pada Hujjaj Allah dalam waktu Engkau - aku telah beriman kepada Allah, dan aku telah kafir yang mengelilingku dan Taghut (penindas) dan Al-Lata dan Al-“Uzza dan mengabdi kepada Syaitan dan mengabdi kepada yang menyeru selain dari Allah ).


Agama Allah semuanya adalah hampir kepada satu perkara, bermula dengan Penciptaan manusia di Bumi, Dia, Yang Maha Tinggi, menyebut di dalam firmanNya:

﴿إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً﴾

{Sesungguhnya aku jadikan di Bumi itu seorang Khalifah}.

Semua isi al-Quran ada dalam Al-Fatihah, dan semua isi Al-Fatihah adalah dalam Basmalah, dan semua isi Basmalah ada dalam Baa’ dan isi Baa' ada di titik (ب), dan titik itu adalah Ali (as), Amir al-Mukminin berkata:.. (Aku adalah titik) Dan adalah Amir al-Mukminin Ali (as ) ini selain daripada itu beliau adalah Khalifah Allah di bumi-Nya?!

Oleh itu, Titik, Baa', Basmalah, Al-Quran, dan semua Agama adalah Khalifah Allah di bumi-Nya. Dan Al-Quran dan semua Agama adalah Perjanjian dan Persetiaan yang telah diambil oleh hamba-hamba dengan mereka taat kepada Khalifah Allah, dan Allah telah meletakkan ia di Batu Asas atau Hajar al-Aswad (Batu Hitam), atau Hajar al-Zawiyah (Batu Penjuru), atau Hajar al-Maqtuta’ (Batu Terpenggal-Terpotong) dari Muhammad (S) diutus untuk merobohkan Pemerintahan Syaitan dan Taghut (Penzalim).

Dan Batu ini telah disebut dalam Kitab-kitab Samawi dan dalam riwayat. Dan apabila kaum Quraisy berselisih siapa yang akan membawa Hajar Al-Aswad, mereka sedar bahawa Batu ini menunjukkan ke arah ke suatu perkara yang besar, dan itulah sebabnya mereka berselisih apabila mereka hendak membawanya. Dan dengan kehendak Allah bahawa Muhammad (S) adalah orang yang membawa Batu itu dan meletakkannya dalam kedudukan supaya tanda Allah dipenuhi, dan Dia Yang Maha Suci mengisyaratkan, bahawa Qa'im (Pendiri) adalah Hamba yang berhak di mana Allah telah meletakkan Perjanjian dan Persetiaan, arah yang ditunjukkan Batu ini, akan keluar dari Muhammad (S) yang telah membawa Batu Hitam itu.
Dari Sa'id ibn Abdullah Al-Araj, dari Abi Abdillah (as​​) bahawa dia berkata:

(Bahawa kaum Quraisy semasa jahiliyah merobohkan Baitullah, maka apabila mereka mahu membina semula, ada yang telah menghalang dan membimbangkan di dalam hati mereka, sehinggalah salah seorang daripada mereka berkata: Hendaklah ditampilkan setiap orang dari kalangan kalian yang yang terbaik kedudukan hartanya, dan jangan keluarkan wang yang kalian telah perolehi daripada memutuskan hubungan keluarga atau yang Haram. Jadi mereka pun membuatnya, [halangan] antara mereka telah disingkirkan. Maka mereka membina sehingga mereka terhenti pada kedudukan Hajar Al-Aswad, lalu mereka bertengkar dalam hal siapa di antara mereka yang akan meletakkan Hajar Al-Aswad pada kedudukannya, sehingga sehingga niat jahat hampir muncul di antara mereka, maka mereka memutuskan bahawa sesiapa yang pertama masuk dari pintu Masjid dialah yang membawa batu itu. Maka masuklah Rasulullah (S). Jadi apabila baginda sampai kepada mereka, dia meminta kain, lalu membentangkannya, kemudian baginda meletakkan Batu itu di tengah-tengah, maka tiap-tiap kabilah memegang kain itu dan mengangkatnya ke atas, kemudian Rasulullah (S) mengambilnya dan meletakkannya di tempatnya, dengan itu, Allah menjadikan ia khas untuk baginda) [1]

Muhammad (S) membawa Batu Hitam, dan ini adalah satu petunjuk bahawa Qa'im, dan Pembawa Dosa-dosa, dan Pembawa Panji Hitam yang ditunjukkannya, akan keluar dari Muhammad (S), dan juga bahawa Muhammad (S) adalah orang yang membawa di sulbinya, kerana baginda telah meletakkan pada Fatimah binti Muhammad (S), dan dengan itu, Jadi Pembawa Dosa-dosa yang hakiki adalah Rasulullah, Muhammad (S).

Adapun warna hitam yang Allah kehendaki untuk menutup Batu ini, ia menunjukkan ke arah dosa-dosa hamba-hamba, dan ia mengingatkan mereka kesalahan-kesalahan mereka, mungkin mereka boleh bertaubat dan memohon ampun semasa mereka berada dalam Rumah Allah, dan ia adalah sama seperti warna panji Qa'im Al-Haq (yang sebenar), Qa'im Keluarga Muhammad berwarna hitam. Jadi panji-panji hitam menunjukkan kepada Batu dan Batu menunjukkan kepada panji, dan kedua-duanya ditunjukkan dengan warna hitamnya, kerana dosa melanggar Perjanjian dan Persetiaan adalah dari penciptaan di (Alam) Zarr, dan mereka juga menunjukkan kepada penderitaan yang pembawa dosa ini bawa (tanggung) - dan pembawa panji-panji hitam yang menunjukkan kepada dosa - hamba yang telah ditugaskan dengan Kitab Perjanjian dan Persetiaan, dan ia adalah Hajar al-Aswad, dan ia adalah Qa'im Keluarga Muhammad.

Dan Batu dikaitkan dengan soal pengorbanan yang wujud dalam Agama Ilahi dan sepanjang perjalanan yang diberkati agama ini, maka agama Allah adalah satu; kerana ianya dari Yang Satu. Dan Pengorbanan muncul dalam Islam dalam gambaran yang paling jelas pada Al-Hussein (as). Dan sebelum Islam kamu dapati Pengorbanan dalam Hanifiyah, agama Ibrahim (as), dengan Ismail (as). Dan kamu juga dapati dengan Abdullah bapa Rasulullah Muhammad (S), dan kamu juga didapati pada orang Yahudi, agama Musa (as), dengan Yahya bin Zakaria (as). Dan didapati dalam agama Kristian dengan yang disalibkan, tanpa mengira hakikat bahawa orang Kristian bayangkan bahawa yang disalib adalah Isa (as) sendiri, kerana mereka percaya bahawa yang disalib adalah pembawa dosa, dan kepercayaan mereka, walaupun ada penyelewengan dalamnya, ini tidak bermakna bahawa orang-orang datang dari kepercayaan sepenuhnya tidak ke mana, dan tidak juga kepercayaan-kepercayaan yang tidak mempunyai asal pada agama Allah di mana mereka telah diputarbelitkan. Bahkan, banyak kepercayaan diputarbelitkan berada dalam realiti berdasarkan asal-usul agama ulama yang sesat yang tidak beramal tetapi mengambil dan memutarbelitkannya dan memakmurkan kepercayaan yang rosak. Jadi hakikat bahawa Rasul-rasul menanggung sebahagian dosa-dosa umat mereka untuk berjalan sebagai umat (bangsa) secara keseluruhannya kepada Allah wujud di dalam agama Allah, dan ia tidak datang dari ruang kosong. Dan kamu boleh mengkaji semula teks-teks Taurat sebagai contoh supaya kamu boleh melihat apa yang ditanggung oleh Musa (as) kerana tambahan dosa yang dilakukan umatnya dan Rasulullah Muhammad (S) membawa dosa-dosa orang yang beriman. Allah SWT berfirman:

﴿لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطاً مُّسْتَقِيماً﴾

{Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,} [Surah Al-Fath 48:2].

Tafsiran pada zahir ayat ini: Bahawa baginda membawa dosa umatnya dan Allah memaafkan dosa baginda.

Dari Umar bin Yazid Biya 'Al-Sabiri, beliau berkata: Aku berkata kepada Abi Abdillah (as​​): Kata-kata Allah di dalam KitabNya:

{Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang},

Beliau (as) berkata: Baginda tidak mempunyai dosa, dan baginda tidak pernah melakukan apa-apa dosa, tetapi Allah menjadikan baginda membawa dosa-dosa Syiah (pengikut) baginda kemudian dimaafkanNya) [2]

Dan hakikat bahawa Rasul-rasul membawa dosa-dosa umat mereka tidak bermakna bahawa mereka membawa dosa melanggar Perjanjian dan Persetiaan dengan mereka menafikan Khalifah Allah dan mati dalam keingkaran ini, sebaliknya, mereka membawa dosa-dosa orang-orang yang lalai dari mengingati Perjanjian dan Persetiaan, dan mereka melanggar untuk tempoh masa dalam kehidupan dunia ini. Selain itu, hakikat bahawa mereka membawa dosa-dosa umat mereka tidak bermakna bahawa mereka menjadi orang-orang yang berdosa dan bukannya umat mereka. Sebaliknya ia bermakna... bahawa mereka menanggung beban tambahan dan masalah tambahan dalam menyampaikan risalah mereka di dunia ini kepada manusia dan sesungguhnya ini adalah dengan kehendak mereka sendiri, kerana mereka adalah orang-orang yang memintanya, kerana belas kasihan bapa kepada anak-anak menanggung akibat dosa-dosa mereka beberapa kali, meskipun menyebabkan dia mengalami kesulitan dan mungkin merasa tidak selesa dan dan mungkin merasa sakit dan terbunuh di jalan Allah, sama seperti keadaan Al-Hussein (as), dan itu adalah kerana bapa berharap anak-anaknya menjadi soleh pada akhirnya. Mungkin ramai yang tidak ingat pada Perjanjian sehingga menumpahkan darah bapa mereka Wali Allah, jadi dia menjadi alasan untuk mengingatkan mereka tentang Perjanjian dan Persetiaan. Tetapi kamu akan dapati Al-Hussein (as), yang dengan kehendak Tuhan yang menjadikan dia sebab untuk mengingati sejumlah besar penciptaan boleh meninggalkan Haji, dan menerima gesaan bergerak pantas Ke tempat pembunuhannya (as).

Bagi hubungan Hajar Aswad dan pada dosa Nabi Adam (as ), ini adalah satu perkara yang para Imam (as) telah jelaskan, walaupun mungkin ia sebelum ini tersembunyi daripada manusia atas kehendak Allah Yang Maha Suci,. Bahkan, hubungan Hajar Aswad untuk dosa-dosa penciptaan juga telah dijelaskannya. Dan Rasulullah Muhammad (S) telah menjelaskan ini dengan penjelasan yang paling jelas, dengan perbuatan - apabila diamencium Hajar Aswad - tetapi ia adalah penjelasan bagi mereka yang mempunyai hati dan memahami tindakan-tindakan Muhammad yang bijak (S) yang bertindak dengan kebijaksanaan, tidak seperti Umar ibn Al-Khattab yang mengisytiharkan bahawa beliau tidak faham mengapa Rasulullah (S) mencium Hajar Aswad? Dan beliau mengisytiharkan bahawa dirinya dan realitinya tidak menerima mencium Hajar Aswad dan bahawa dia hanya mencium kerana dia melihat Rasulullah Muhammad (S) melakukannya di depan ribuan orang Islam, dan sudah tentulah dia tidak boleh menentang Muhammad (S) kerana dia telah mengaku sebagai Khalifahnya, oleh itu dia berfikir bahawa perbuatan Muhammad (S) mencium Batu itu adalah bodoh dan dia terpaksa untuk mengikut amalan ini, tipu daya jenis apakah ini?

Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad, telah meriwayatkan: (bahawa Umar pergi ke Hajar Aswad, maka dia menciumnya dan berkata: "Sesungguhnya, aku tahu bahawa kamu adalah Batu, kamu tidak mendatangkan mudharat atau manfaat, Jika aku tidak melihat Rasulullah (S) mencium kamu aku tidak akan mencium kamu ")

Dan Ahmad meriwayatkan dari sanad Suwaid bin Ghaflah, beliau berkata: (Saya melihat Umar mencium Batu dan berkata: "sesungguhnya aku tahu bahawa kamu adalah batu, kamu tidak (mendatangkan) mudharat dan tidak manfaat, tetapi aku telah melihat Aba Al-Qasim (S) mengalu-alukan kamu ")

Oleh itu, apabila Umar ibn Al-Khattab mencium Batu, beliau mengisytiharkan bahawa dia membenci perbuatan ini, dan bahawa dia berlepas diri, dan bahawa dia memandang ringan Batu ini dan adalah saksi kepada hamba-hamba untuk memenuhi Perjanjian dan Persetiaan yang telah diambil daripada mereka di (Alam) Zarr

﴿وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ﴾

{Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Bahkan (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". Agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lalai terhadap ini,"} [Surah Al-A'araf 7:172]

Dan ini adalah petunjuk yang jelas bagi mereka yang mempunyai hati yang dengannya mereka memahami, bahawa Umar ibn Al-Khattab adalah mengingkari Perjanjian dan Persetiaan yang telah diambil, dan oleh itu diri beliau jijik dari kesaksian Hajar Aswad, dan akibatnya, Umar cuba menafikan Hajar Aswad adalah Saksi Hakiki, jadi ucapan Umar ibn Al-Khattab pada Batu Saksi, Batu Asasi dan Batu Hitam (Hajar Aswad) dengan mengatakan: (Sesungguhnya, aku tahu bahawa kamu adalah Batu, kamu tidak mendatangkan mudharat atau manfaat), Oleh kerana orang-orang yang dikelilingi Umar dalam keadaan ini telah melihat Rasulullah Muhammad (S) mengalu-alukan Batu ini dan sangat memberi perhatian dengannya dan mencium Batu ini dan sujud padanya, bahkan, mereka sendiri telah diwarisi daripada (Agama) Hanifiyyah Ibrahim (as) yang menguduskan Batu ini dan mengambil berat tentangnya, itulah sebabnya Umar memperbetulkan apa yang dia kata dengan mencium Batu ini,tetapi selepas apa? Selepas dia memperbodohkan mencium Batu [dengan mengatakan] 'bahawa ia adalah batu yang tidak memberi faedah dan tidak memudharatkan, dan dengan itu, tidak ada kebijaksanaan dalam menciumnya!'

Oleh itu, dengan kata-kata dan perbuatannya Umar mahu meminggirkan Batu Hitam dan menafikan bahawa ia adalah saksi, dan membuat [amalan] Rasulullah (S) mencium Batu dan sujud padanya suatu perkara yang samar-samar yang tidak dapat difahami dan terkeluar daripada kebijaksanaan. Dan sebenarnya jika Hajar Aswad tidak memberi faedah atau mudharat, perbuatan Rasulullah (S) akan terkeluar daripada kebijaksanaan - jauh dia daripada itu - dan perbuatan Rasulullah (S) tidak akan mempunyai makna yang tidak akan lebih bijak jika Batu yang tidak memberi faedah atau mudharat dengan izin Allah dengan Daya dan Kekuatan-Nya Yang Maha Suci. Oleh itu, kehendak Allah untuk menzahirkan isi perut Umar, dari pendirian beliau dalam hal Batu ini, atau Hamba yang telah dilantik dengan Perjanjian dan Persetiaaan, atau Qa'im daripada Keluarga Muhammad (S). Dan Maha Suci Allah, tidak ada manusia yang berniat jahat dan yang lebih buruk selain Allah tunjukkan dalam kesilapan lidahnya.

Rasulullah Muhammad (S) menjelaskan tentang kepentingan Hajar Aswad dan Keutamaannya dengan kata-kata dan amalan beliau. Dan ia sudah cukup untuk mengenal bahawa Rasulullah (S) mencium dan sujud padanya, dan Rasulullah (S) tidak pernah sujud ke atas mana-mana bahagian Ka'bah kecuali atas Hajar Aswad. Kebesaran urusan ini sampai [suatu titik] di mana Rasulullah (S) bersabda:

(استلموا الركن، فإنه يمين الله في خلقه، يصافح بها خلقه، مصافحة العبد أو الدخيل، ويشهد لمن استلمه بالموافاة)

(Istilam Al-Rukun (Istilam Penjuru – Ka’bah), kerana ia adalah Yamin Allah (Orang Kanan Alah) dalam Penciptaan-Nya, Dia berjabat tangan dengannya oleh ciptaan-Nya, jabat tangan daripada hamba atau orang luar, dan Dia bersaksi bagi seseorang yang meng-Istilam-nya dengan ketibaannya.)[3]

Dan apa yang dimaksudkan dengan Penjuru adalah Hajar Aswad, kerana ia diletakkan padanya. Dan para Imam (as) telah mengikuti jalan Rasulullah (S) dalam menjelaskan kepentingan Hajar Aswad oleh kata-kata dan amalan mereka, jadi mereka telah menjelaskan bahawa Hajar Aswad adalah Pembawa dari kitab Perjanjian dan Persetiaan, dan Adam telah menangis selama empat puluh hari dan tetap duduk menangis berhampiran Hajar Aswad itu untuk menebus dosanya dalam melanggar Perjanjian

﴿وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْماً﴾

{Dan sesungguhnya telah Kami ambil Perjanjian pada Adam dari sebelum, maka ia lupa, dan tidak Kami dapati padanya kemahuan (azam) yang kuat.} [Surah Taha 20:115]

Sesungguhnya, Batu itu adalah Mutiara Putih bersinar, tetapi di bumi ia telah berubah kehitaman kerana dosa-dosa hamba-hamba. Maka Kalimah-kalimah, amalan-amalan dan Keberkatan ini yang telah diulang berkali-kali di depan sahabat-sahabat mereka, semuanya adalah penjelasan dan pengesahan tentang kepentingan Hajar Aswad, dan tentang hubungan Batu itu dengan dosa pertama, bahkan, kepada [semua] dosa-dosa, sepanjang perjalanan manusia di bumi ini.

Dari Bukair bin A'yan berkata:

(Saya bertanya kepada Aba Abdillah (as​​): Atas sebab apa Allah telah meletakkan Batu di penjuru di mana ia diletakkan sekarang dan tidak pada penjuru lain dan mengapa ia dicium? Mengapa ia dibawa keluar dari Syurga? Apakah Persetiaan dari hamba-hamba dan Perjanjian telah diletakkan di dalamnya? Dan bagaimana pula sebabnya? Khabarkanlah pada ku, semuga Allah yang aku menjadi tebusanmu, kerana aku terfikir-fikir tentang jawapannya.

Beliau berkata: Kamu telah bertanya, dan kamu telah menemui perkara itu sukar, dan kamu telah menyiasatnya, jadi fahamilah jawapannya, dan kosongkan hati kamu, dan dengar dengan teliti, supaya aku boleh memberitahu kamu jika dikehendaki Allah.

Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta’ala, meletakkan Hajar Aswad, dan ia adalah permata yang dibawa keluar dari Syurga Adam (as), jadi ia telah diletakkan di penjuru ini untuk tujuan dari Persetiaan.

Dan itu adalah kerana telah diambil dari setiap anak-anak Adam dari punggung (sulbi) mereka zuriat mereka, apabila Allah telah mengambil Persetiaan ke atas mereka di tempat itu, dan di tempat ia muncul kepada mereka, dan dari tempat itu melayang turun yang bersayap kepada Al-Qa'im (as).

Yang pertama untuk berbai’ah kepadanya adalah yang bersayap itu, dan demi Allah, dia adalah Jibrail (as). Dan di Maqam (tempat) itulah diserahkan hak Al-Qa'im, dan ia adalah bukti dan bukti Al-Qa'im, dan ia adalah saksi bagi sesiapa yang meninggalkan tempat itu, dan adalah saksi untuk orang-orang yang yang mengadakan Persetiaandan Perjanjian yang diambil Allah Azza Wa Jalla, ke atas hamba-hamba.

Ada pun Kiblat dan Istilam, yang merupakan pembaharuan Perjanjian dari Perjanjian dan Persetiaan, dan pembaharuan bagi bai’ah untuk melaksanakan kepadanya perjanjian yang Allah ambil atas mereka dalam Persetiaan.

Oleh itu mereka datang setiap tahun kepadanya, dan mengadakan Perjanjian dan Amanah yang telah diambil ke atas mereka. Adakah kamu nampak bahawa kamu katakan: "telah kutunaikan amanatku dan kupenuhi janjiku agar Kau saksikan aku sebagai orang yang memenuhi janji."?
                                              
Demi Allah, tidak ada yang memenuhinya kecuali Syiah (pengikut) kami, dan tidak ada orang memelihara Perjanjian dan Persetiaan ini selain daripada Syiah kami. Sesungguhnya, mereka datang kepadanya, maka dia mengenali mereka dan membenarkan mereka. Dan yang lain daripada mereka datang kepadanya supaya dia menafikan mereka dan mendustakan mereka. Dan itu adalah [kerana] tiada siapa yang memeliharanya selain kamu. Maka bagi kamu Allah menyaksikan. Dan Allah juga menyaksikan terhadap pelanggaran, keingkaran dan kekufuran mereka. Dan dia adalah Hujjah yang disampaikan dari Allah ke atas mereka pada Hari Kiamat, yang datang dan baginya lafaz lidah, dan dua mata, dalam imej yang pertama, Penciptaan akan mengenalnya dan tidak mengingkarinya. Disaksikan bagi orang-orang yang kembali memperbaharui Perjanjian dan Persetiaan dengan beliau dengan memelihara Perjanjian dan Persetiaan dan memenuhi Amanah. Dan dia menyaksikan terhadap orang-orang yang ingkar dan melanggar dan melupakan Persetiaan dengan kekufuran dan keingkaran.

Adapun sebab mengapa Allah telah membawanya keluar dari syurga, adakah kamu tahu apakah Batu ini? "

Aku berkata: "Tidak"

Beliau (as) berkata:. "Ia (satu) Malaikat dari malaikat yang paling besar di sisi Allah, apabila Allah mengambil Persetiaan dari malaikat, dialah yang pertama untuk beriman kepadaNya, dan Dia SWT mengakui Malaikat itu. Maka Allah mengambilnya. sebagai Pemegang Amanah kepada semua ciptaan-Nya, maka Dia mengajarkannyaPersetiaan, dan diletakkan dia di sisiNya. Dan Dia membuatkan beribadatnya penciptaan dengan memperbaharuinya setiap tahun untuk ikrar Persetiaan dan Perjanjian, yang telah diambil Allah Azza Wa Jalla, ke atas mereka.

Kemudian Allah menjadikan dia bersama Adam di syurga, dengan mengingatkan dia Persetiaan, dan memperbaharui dengannya ikrar setiap tahun. Maka apabila Adam menderhaka dan telah dibawa keluar dari Syurga, Allah menjadikan dia (Adam) lupa Perjanjian dan Persetiaan, yang telah diambil oleh Allah ke atasnya dan ke atas anak-anaknya kepada Muhammad (S) dan bagi Aushiak beliau (as), serta menjadikan dia (Malaikat itu) bingung dan keliru.

Oleh itu, setelah Allah menerima taubat Adam, dia berubah dari Malaikat ke dalam bentuk Mutiara Putih, jadi dia dikeluarkan dari Syurga kepada (bersama) Adam (as) ketika berada di tanah India. Maka setelah dia memandang kepadanya, dia lupa padanya (Adam), dan dia tidak mengenal dirinya lebih daripada permata.

Maka Allah Azza Wa Jalla, berbicara lalu berfirman kepadanya: "Wahai Adam Adakah kamu mengenaliKu?"

Dia (Adam) berkata: "Tidak"

Dia (Mutiara Putih) berkata: "Ya, Syaitan telah menguasai kamu sehingga kamu lupa mengingati Tuhan kamu. ".

Kemudian dia berubah kepada bentuk rupa seperti mana dia bersama Adam di syurga.

Jadi dia berkata kepada Adam: "Di mana Perjanjian dan Persetiaan?"

Maka Adam melompat kepadanya dan mula mengingati akan Persetiaan lalu menangis dan membongkok dan menciumnya dan memperbaharui ikrar Perjanjian dan Persetiaan.

Kemudian Allah Azza Wa Jalla, merubah dia ke dalam bentuk rupa Batu permata bersinar, mutiara putih tulen, maka Adam (as) membawa dia di atas bahunya, secara terhormat dan untuk memberi penghormatan kepadanya di bahunya dan kerana menghormatinya.

Maka apabila dia menjadi letih kerana membawanya, Jibrail (as) bersamanya, sehingga dengan tidak disangka-sangka beliau sampai ke Mekah.

Maka dia masih tidak lupa dengannya di Makkah, dan memperbaharui ini ikrar kepadanya setiap hari dan malam.

Kemudian apabila Allah Azza Wa Jalla, telah membina Ka'bah meletakkan Batu itu di tempatnya, kerana sesungguhnya Dia Tabaraka Wa Ta;ala apabila mengambilPersetiaan dari anak Adam, dia akan mengambilnya di tempat itu, Dan di tempat itu Malaikat mendirikan (meninggikan) Persetiaan, dan oleh itu ia telah diletakkan di penjuru itu, dan Adam berpindah dari Al-Bait (Rumah Allah) ke Al-Safa dan Hawa diAl-Marwah. Dan dia meletakkan Batu di penjuru itu.

Oleh itu, apabila Adam memandang dari Al-Safa manakala Batu diletakkan di penjuru, beliau berkata

كَبَّرَ اللَّهَ وَهَلَّلَهُ وَمَجَّدَهُ

Kabbara Allaha wa Hallalahu wa Majjadahu
Maha Besar Allah, KetuhananNya dan KemuliaanNya!"

Maka oleh kerana itu, telah dijadikan sunnah bertakbir, dan berdiri menghadap penjuru yang di mana Batu itu (terlihat) dari Al-Safa.
              
Allah telah meletakkannya (Batu) Persetiaan dan Perjanjian tanpa selain daripadanya dari malaikat. dan itu adalah kerana apabila Allah Azza Wa Jalla mengambil Persetiaan untuk diriNya dengan Ketuhanan (Ar-Rububiyah), dan bagi Muhammad (S) dengan kenabian dan bagi Ali (as) dengan Washiyah, malaikat bergetar menggigil, jadi yang pertama bergegas untuk berikrar adalah Malaikat, tidak ada yang lebih mereka kasih daripada Muhammad dan keluarga Muhammad (as) daripadanya, dan oleh karena itu Allah memilih beliau daripada kalangan mereka dan meninggikan Persetiaan, dan dia datang pada Hari kiamat,  dan baginya lafaz lidah, dan dua mata melihat, yang menyaksikan bagi semua yang kembali ke tempat itu dan memelihara Persetiaan. [4]




✡✡✡✡✡


____________________________________________
[1] Al-Kafi jilid 4, halaman 217
[2] Tafsir Al-Qummi, jilid 2, halaman 314
[3] Al-Mahasin Jilid 1, halaman 65
[4] Al-Kafi, jilid 4, halaman 184-186. ' Illal Al-Shara'i: jilid 2, halaman 429-431



Jika saudara inginkan peneangan lanjut mengenai Hajar Aswad sila layari Lampiran 5 (bahagian 2) Hajar Aswad

Tiada ulasan: