Khamis, 31 Disember 2015

Ketiga: Pada Hadits Yang Lemah Sanadnya:


Ketiga: Pada Hadits Yang Lemah Sanadnya:

‘Ashim bin Bahdalah, ialah Ibni Abi Al-Nujud Al-Asadi maula mereka Al-Kufi Abu Bakr Al-Maqarri…. Berkata Ibnu Sa’ad: “Ia terpecaya (tsiqah), hanya banyak kesalahan di dalam haditsnya.” Berkata Ya’qub bin Sufyan mengenai haditsnya: “Ia bercelaru tapi dia terpecaya.” Berkata Ibnu Abi Hatim dari ayahnya, Saleh,… katanya “Aku bertanya kepada Aba Zar’ah mengenainya, dan dijawabnya, “Dia terpecaya. Katanya, Ia disebut oleh ayahku: “Bagi ku, kedudukan haditsnya jujur dan baik, kedudukannya bukan tsiqah (terpecaya) dan bukan hafizh (penghafal).” Ibnu ‘Aliyah mengatakan: “Sesiapa yang bernama ‘Ashim, hafalannya buruk.” Menurut Al-Nasa`i: “Tidak ada masalah dengannya.” Ibnu Kharasy mengatakan: “Haditsnya tidak menentu. ”Al-‘Uqaili berkata: “Tiada padanya kecuali buruk hafalannya.” Al-Daruquthni mengatakan: “Daya hafalannya buruk.” …Syaikhan (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan haditsnya  bersama-sama dengan yang lain. Aku katakan: Telah berkata Abu ‘Awanah dalam di Sahihnya: “Muslim tidak meriwayatkan haditsnya namun meriwayatkan hadits Ubai bin Ka’ab di malam qadar. Abu Bakr Al-Bazar mengatakan: “Ia (‘Ashim) bukan dengan hafal dan tidak diketahui ada yang meninggalkan haditsnya, dengan demikian dia masyhur.” Kata Ibnu Qani’: Hammad bin Salamah berkata, ‘Ashim di masa akhir hayatnya bercampuraduk. Ibnu Hibban menyebutnya di dalam Al-Tsiqaat. Al-‘Ajali mengatakan, “Ia seorang Utsmani. Ibnu Syahin dalam Al-Tsiqaat berkata, “Ibnu Mu’in mengatakan dia tsiqah dan tiada masalah dengannya tergolong para pemikir yang samar-samar. Al-Ajuri mengatakan: “Aku tanyakan kepada Abu Daud tentang ‘Ashim dan ‘Amru bin Murrah, lalu menjawab: “‘Amru lebih tinggi daripadanya.” [1]
                                 
Ahmad bin Hanbal berkata mengenainya:

“Diceritakan padaku Abdul-Rahman bin Mahdi katanya, “Aku bertanya kepada Sufyan tentang hadits ‘Ashim, yakni Ibn Abi Al-Nujud, dalam Al-Murtadah, katanya, “Ia bukan seorang yang tsiqah.” [2]

Al-Zhahabi dalam kitab Siyar A’lam Al-Nubala` mengatakan: “Ashim bin Abi Al-Nujud…, saya katakan dia kuat dalam bacaan dan jujur dalam hadits. Abu Zar’ah dan sekelompok orang menganggap dia tsiqah. Abu Hatim berkata, kedudukannya jujur. Al-Daruquthni berkata: “Ada sesuatu (yang kurang) dalam hafalannya, yakni pada hadits, bukan pada huruf. Selalu dalam setiap masa orang berilmu menjadikan ilmunya maju di bidang Seni dan lemah dalam peraturan. Sahabatnya juga demikian, Hafsh bin Sulaiman kuat dalam bacaan dan lemah dalam hadits. Berbeza dengan Al-A’masy, yang kuat dalam hadits dan lemah dalam huruf.” Al-Nasa`i mengungkapkan: “Ashim bukan penghafal." [ 3]

Dikatakan bahawa Al-‘Uqaili mengatakan: “Mengenainya (Ashim) tiada lain selain buruk hafalannya.” [4])
Yahya Al-Qathan mengatakan: “Tidak aku dapati seorang bernama ‘Ashim, kecuali dia jelek hafalannya.” [5]
Ibnu Hajar berkata: “Jujur tapi ada beberapa kebimbangan (Awaham) padanya.” [6]
Dalam kitab-kitab Al-Rijal, Yahya menceritakan padaku bahawa “Aku mendengar Syu’bah mengatakan, “Telah menceritakan kepada kami ‘Ashim yakni Ibn Abi Al-Nujud mengenai dirinya sendiri.” [7]
Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan: “Di antara yang disangsikan dalam haditsnya adalah Sammak dan ‘Ashim bin Bahdalah.” [8]
Al-Mubarakfuri berkata: “Ia Ibnu Abi Al-Nujud Al-Kufi seorang dari tujuh pembaca. Ia kuat dalam bacaan tapi tidak dalam hadits.” [9]

Saya katakan sebelum ini: perkataan Abu Hatim: menyebut bahawa Abi ‘Ashim Ibn Abi Al-Nujud, katanya kedudukannya padaku kedudukan jujur dan baik, tetapi dia bukanlah seorang penghafal.”

Sebagaimana yang dikatakannya Abu Hatim dalam kitab Al-Jarh wa Al-Ta’dil, juz 2, halaman 37:

“Jika ia (Ashim) dikatakan bahawa dia jujur atau kedudukannya jujur atau tidak ada masalah padanya, maka dia seorang yang menulis haditsnya dan melihat yang demikian ia pada kedudukan kedua. Jika ia dikatakan seorang syeikh, maka dia pada kedudukan ketiga yang menulis haditsnya dan ia dilihat hanya lebih rendah dari yang kedua. Jika dikatakan hadits yang bagus lalu ia menulis haditsnya perlu dipertimbangkan”

Diriwayatkan hadits dengan lafaz:

Dari Tamim Al-Dari katanya, “Aku bertanya, Ya Rasulullah, tidakkah Rom melihat kota seperti kota yang disebut Anthakiyah, yang lebih banyak hujan darinya? Nabi (S) bersabda, “Ya, di sana terdapat Taurat, tongkat Musa, papan-papan batu, dan tempat tidur Sulaiman bin Daud di dalam satu gua dari gua-guanya. Tidak berarak awan yang menghormati wajah dari wajah-wajahnya, melainkan diseru mengosongkan apa yang ada supaya diberi keberkatan di lembah itu. Malam dan siang tidak akan sirna (lenyap) sebelum didiami seorang lelaki dari ‘Itrahku, namanya adalah namaku dan nama ayahnya adalah nama ayahku. Bentuk lahiriahnya mirip dengan bentuk lahiriahku dan akhlaknya dengan akhlakku. Ia akan memenuhi dunia dengan keadilan dan kesaksamaan setelah dipenuhi kezaliman dan kedurjanaan.”

Ibnu Hibban mengatakan: Di dalam hadits ini ada Abdullah bin Al-Sirri, dengan riwayat dari Abu ‘Imran Al-Juni. Anehnya tidak disebutkan hadits itu di dalam kitab-kitab, melainkan atas jalan ceritanya mengenai perkara yang orang tidak mengetahuinya.” [10]

Diriwayatkan Ibn Al-Jauzi: dalam kitab Al-Maudhu’at Ibn Al-Jauzi no,/hal: 2/322.

Al-Albani menilainya: “Hadits yang sangat diingkari.” [11]

Al-Zhahabi dalam Mizan Al-I’tidal, no,/hal 2/427, mengatakan: Di dalamnya ada Abdulllah bin Al-Sirri Al-Madaini`ini adalah majhul (jahil - tidak diketahui).”

Diriwayatkan Hadits dengan sanad dha’if lainnya bahawa:

“Tidak akan lenyap siang dan malam sebelum berkuasa seorang lelaki dari Ahl Baitku, namanya menyamai namaku dan nama ayahnya dengan nama ayahku. Ia akan memenuhimya dengan keadilan setelah dipenuhi kezaliman.” [12]

Dalam khabar (hadits) dha’if yang lain:

“Urusan umat ini akan dipegang seorang lelaki namanya adalah namaku dan nama ayahnya adalah nama ayahku.” [13] [14]


Berikutnya juga khabar (hadits) dha’if:

“Bumi akan dipenuhi dengan kedurjanaan dan kezaliman. Apabila bumi telah dipenuhi kedurjanaan dan kezaliman, Allah akan mengutus seorang lelaki dariku, namanya adalah namaku dan nama ayahnya adalah nama ayahku. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kesaksamaan setelah dipenuhi kedurjanaan dan kezaliman. Maka langit tidak akan menahan hujannya sedikitpun dan bumi tidak pula akan menghalangi tumbuh-tumbuhannya sedikitpun. Ia akan tinggal di tengah kalian selama tujuh atau delapan, dan jika lebih lama maka sembilan (tahun).”  [15]

Dengan adanya hadits-hadits dha’if tersebut, terlihat Bin Baz mengada-adakan hadits dan menilainya sahih. Bahkan dikukuhkannya ia dari Nabi (S): “Al-Mahdi di akhir zaman namanya menyamai nama Nabi (S) dan nama ayahnya nama ayah Nabi (S).”  [16]

Teks (nash) perkataan Bin Baz daripada laman rasminya mengatakan:

…Telah dikukuhkan dari Nabi (S), yang menunjukkan bahawa akan ada seseorang yang dikatakan Al-Mahdi di akhir zaman. Namanya sesuai nama Nabi (S) dan nama ayahnya nama ayah Nabi (S), yakni Muhammad bin Abdullah.  [17]



-------------------------------------
[1] Pembetulan dalam Kitab Al-Tahzhib oleh Ibn Hajar huruf ‘Ain diabaikan dari nama ‘Ashim Jilid 3, halaman: 90
[2] Kitab «Al-‘Ilal» (3/73)
[3] (Siyar A'lam Al-Nubala) Oleh Al-Zhahabi Jilid 6, halaman: 79
[4] Tarikh Dimasyq (Sejarah Damsyik) oleh Ibn ‘Asakir, Jilid 27, halaman:150
[5] (Mizan Al-I’tidal Fi Naqad Al-Rijal) Jilid 4, halaman:13
[6] Kitab [Taqrib Al-Tahzhib] Oleh Ibn Hajar juga Jilid 1, halaman:455
[7] Kitab Al-‘Ilal Wa Makrifah Al-Rijal Jilid 3, halaman:227 oleh Ahmad bin Hanbal dan Al-Zhahabi dalam Mizan Al-I’tidal Fi Naqad Al-Rijal. Jilid 4, halaman:13
[8] Ulasannya dalam Al-‘Ilal Al-Tirmizhi Jilid pertama halaman:141 dikaji oleh Dr. Nurud-Din ‘Atar Terbitan Dar Al-‘Itha’ juga halaman 423 Jilid awal dikaji Dr. Hammam Abdul Rahim Sa’eid Terbitan Maktabah Al-Rusyd
[9] Tuhfah Al-Ahwazhi mentafsir Sunan Al-Tirmizhi oleh Mohammed Al-Mubaarakfuri dalam kajian sanad, hadits No. 396 dari Sunan Al-Tirmizhi dan ada Ibn Abi Al-Nujud di dalam sanadnya.
[10] Al-Majruhin - nombor atau halaman 1/528
[11] Al-Silsilah Al-Da’ifah - nombor atau halaman 6492
[12] Perawi (periwayat): Abdullah bin Mas’ud,
Ahli hadits: Ibn Qaisarani
Sumber: Zhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No: 5/2640.
Hukum (nilai) hadits: Pada Abdullah bin Abdul Quddus tiada apa-apa hadits.
[13] Perawi (periwayat): Abdullah bin Mas’ud,
Ahli hadits: Ibn Al-Qaisarani
Sumber: Zhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No: 5/2802.
Hukum (nilai) hadits: mungkin dia selepas peribadi Abu Bakar bin ‘Aayash.
[14] Dalam Siyar A'lam Al-Nubala: Abu Bakr bin ‘Aayash (خ ع) Ibn Salam Al-Asadi maula mereka Al-Kufi Al-Hanaath dengan Nun ..... Pada namanya kata-kata Syu’bah yang paling terkenal, Jika Aba Hashim Al-Rifai dan Hussein Ibn Abd Al-Awwal bertanya mengenai namanya, Syu’bah berkata ditanya kepadanya Yahya bin Adam dan lain-lain mengenai namanya, katanya, namaku adalah kunyahku, Bagi Al-Nasa'i, beliau berkata namanya Muhammad dan dikatakan namanya penghujung dan dikatakan Ru’bah, Atiq, Salam, Ahmad, ‘Intarad, Qasim, Hussain, ‘Iata', Hammad dan Abdullah ..... Dan katanya Yahya bin Mu’in tsiqah, tiada seorang pun yang jujur dan dia mempunyai waham (delusi).  Kata Ahmad, Yahya bin Sa’eid tidak dikira sebagai Abu Bakr dan apabila disebut mengenainya ia hampir seperti wajahnya dan diriwayatkan Muhanna bin Yahya dari Ahmad bin Hanbal, katanya Abu Bakar terlalu banyak melakukan kesilapan dan tulisannya tiada satu pun yang tidak ada kesilapan, kata Ali bin Al-Madini dia mendengar Yahya Al-Qaththan berkata jika Abu Bakr bin ‘Aayash disoal di hadapannya sesuatu dan kemudian berkata Israel-lah dia, ia kata Mohammed bin Abdullah bin Namir berkata Abu Bakar lemah dalam kesamaran dan sebagainya. Osman Al-Darami berkata Abu Bakar dan saudaranya Hassan beliau tidak sedemikian.
[15] Perawi (periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Al-Haitsami,
Sumber: Majmu’ Al-Zawaid,
Halaman/No: 7/317.           
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Daud Bin Al-Muhbar Bin Qahazham daripada bapanya dan kedua-duanya lemah (dhaif)

Perawi (periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Al-Suyuthi,
Sumber: Al-Jami’ Al-Shaghir,
Halaman/No: 7228.      
Hukum (nilai) hadits: lemah (dhaif)

Perawi (periwayat): Qurrah,
Ahli hadits: Al-‘Uqaili,
Sumber: Al-Dhu’afaa’ Al-Kabir,
Halaman/No: 4/259.     
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Al-Muhbar Bin Qahazham bin Sulaiman, pada kedua-duanya dan merekatidak betul (Ghulath)

Perawi (periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Ibn Hajar,
Sumber: Mukhtashar Al-Bazar,
Halaman/No: 2/180.     
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Daud pendusta

Perawi (periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Al-Qaisarani,
Sumber: Dhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No 4/1934.                    
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Daud Bin Al-Muhbar, Tiada apa-apa pada hadits

Perawi (periwayat): Muawiyah bin Qurrah bin Iyas Al-Muzani dari bapanya,
Ahli hadits: Al-Kamil Fi Al-Dhu’afaa’,
Sumber: Dhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No: 3/571.                     
Hukum (nilai) hadits: di dalamnya ada] Daud Bin Al-Muhbar, Jujur dan banyak silap pada satu halaman
[16] Perawi (periwayat): -,
Ahli hadits: Bin Baaz,
Sumber: Fatawa Nur ‘Ala Al-Darb olen Ibn Baaz,
Halaman/No: 4/288.                     
Hukum (nilai) hadits: sabit (kukuh)
[17] Ibn Baaz menjawab soalan: Apakah pandangan syara’ pada kemunculan Imam Mahdi, di akhir zaman?



Bincang II << ✡✡✡✡✡ >> Bincang IV

Selasa, 29 Disember 2015

Kedua, Pemahaman yang salah mengenai hadits Nabi (S)



Kedua, Pemahaman yang salah mengenai hadits Nabi (S) tentang Al-Mahdi; “Namanya mirip (yuawthi’) namaku dan nama ayahnya adalah nama ayahku.”

Ia adalah kenyataan Ibnu Taimiyah seperti yang telah dikatakan terdahulu bahawa: Al-Mahdi, namanya Muhammad bin Abdullah. Sekiranya benar perkataan mereka harus ditolak sesiapa saja yang mengaku tanpa bukti dengan nama yang lain, melainkan perkataan mereka lemah dari beberapa segi dan sebenarnya dikatakan bahawa kesamaran (Al-Ikhfa’) dan kemiripan (Al-Muwathaah) pada nama sebagai ganti kenyataan, tidak lepas dari salah satu dari tiga sudut (cara) berikut:
              
1.   Kekhuatiran (waspada) pada Al-Mahdi.

2.   Menyingkap keburukan para pendakwa yang batil bagi kedudukan ini dan mendedahkan kebodohan kaum yang mengaku berilmu.

3.   Merupakan pembalasan (kebenaran) atau ujian yang lazim bagi manusia dalam perjalanannya di atas bumi ini.

Adapun kelemahan perkataan mereka:

Pertama, ucapan Nabi; yuwâthi` adalah keserupaan (mirip), dan mutasyabihat bukanlah kesepadanan sehingga bertegas untuk menetapkan nama Al-Mahdi adalah Muhammad bin Abdullah. Untuk makna yang lebih dekat pada kebanyakan kata-kata bahawa Al-Muwathaah (yuwâthi - mirip) adalah darjah yang paling dekat dari yang lain, dengan memerhatikan adanya perbezaan sekiranya hilang kesepadanan antara keduanya ‘Pendekatan dengan menundukkan pemerhati dan pendekatan dengannya membuka pemerhati’, sebagaimana dikatakan: “watha`a ar-rajul Al-ardh yakni, dia memijakkan kakinya di atas bumi (tanah), maka dia tidak mungkin dekat dengan tanah secara lebih dekat kecuali jika berubah sifatnya, lalu dia dan tanah menjadi satu. Sebagaimana keadaan mati yang mereputkan jasadnya dan ia menjadi tanah dengan kembali jasadnya kepada tanah.

Dengan demikian dalam menolak perkataan mereka bahawa Al-Mahdi, namanya adalah Muhammad bin Abdillah, dapat dikatakan: bahawa nama Al-Mahdi adalah Ahmad dengan pertimbangan nama itu lebih mendekati berbanding Muhammad (S), dan dengan disertai penegasan baginda (S) pada nama di dalam hadits-hadits yang lain, yang mengatakan: “namanya adalah namaku”.

Adapun kalimat
يواطيء اسم ابيه اسم ابي
Mirip (serupa) nama bapanya, nama bapaku.” sebagaimana penjelasan yang lalu tidak akan didapati kemungkinan dikatakan nama ayahnya adalah Abdur-Rahman atau Abdul-Haq dan sebagainya. Demikian itu merupakan kebodohan, bertentangan dengan apa yang dikehendaki Al-Rasul (S) dari yang disampaikan. Kerana itu diperlukan pasangan (padanan) yang menunjukkan nama yang mirip . Memang dalam hadits Ibnu Dzabihain diterangkan adalah Abdullah dan Ismail.[1]

Dengan itu boleh dikatakan bahawa nama Al-Mahdi adalah Ahmad bin Ismail.[2] yang boleh digunakan sebagai bukti kebenaran yang sedang kita bahaskan

Jika tidak diterima pertentangan ini, tentulah kita tidak menerima penyangkalan dakwaan yang dibina berdasarkan hadits yang dibawakan
يواطيء اسمه اسمي واسم ابيه اسم ابي
namanya mirip dengan namaku dan nama ayahnya dengan nama ayahku”,
Selain menjelaskan kerapuhan aqidah (kepercayaan), yang dibina tanpa membezakan antara sama dan serupa.

-Kedua, hadits-hadits banyak dengan lafaz “ismuhu ka ismi” (namanya seperti namaku) atau “yuwathi`u ismuhi ismi” (namanya mendekati namaku) tanpa tambahan “yuwath`iu ismu abihi ismu abi” (nama ayahnya mendekati nama ayahku). Bahkan dibawakan demikian termasuk dalam Sunan Abi Daud, hal 107, hadits no 4282, dan inilah yang penting dalam kajian ini: 

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ أَنَّ عُمَرَ بْنَ عُبَيْدٍ حَدَّثَهُمْ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ يَعْنِي ابْنَ عَيَّاشٍ ح و حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ سُفْيَانَ ح و حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا زَائِدَةُ ح و حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ فِطْرٍ الْمَعْنَى وَاحِدٌ كُلُّهُمْ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ زِرٍّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا يَوْمٌ قَالَ زَائِدَةُ فِي حَدِيثِهِ لَطَوَّلَ اللَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ ثُمَّ اتَّفَقُوا حَتَّى يَبْعَثَ فِيهِ رَجُلًا مِنِّي أَوْ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمُ أَبِي زَادَ فِي حَدِيثِ فِطْرٍ يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا وَقَالَ فِي حَدِيثِ سُفْيَانَ لَا تَذْهَبُ أَوْ لَا تَنْقَضِي الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي قَالَ أَبُو دَاوُد لَفْظُ عُمَرَ وَأَبِي بَكْرٍ بِمَعْنَى سُفْيَانَ

Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] bahawa [Umar bin Ubaid] menceritakan kepada mereka. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al 'Ala] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr] -maksudnya Abu Bakar bin 'Ayyasy-. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] berkata, telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Sufyan]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Ibrahim] berkata, telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Musa] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Zaidah]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Ibrahim] berkata, telah menceritakan kepadaku [Ubaidullah bin Musa] dari [Fithr] dengan makna hadits yang sama. Dan semuanya dari [Ashim] dari [Zir] dari [Abdullah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sekiranya dunia ini tidak tersisa kecuali hanya sehari, Zaidah menyebutkan dalam haditsnya, "maka Allah akan memanjangkan hari itu, " kemudian mereka sepakat -dalam menyebutkan lafadz- hingga Allah mengutus seorang laki-laki dariku, atau dari keluargaku; namanya mirip dengan namaku, dan nama bapaknya juga mirip dengan nama bapakku. Dalam hadits Fithr ditambahkan, "Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana kezhaliman dan kelaliman pernah memenuhinya." Dalam hadits riwayat Sufyan beliau mengatakan: "(Dunia) tidak akan pergi, atau tidak akan hancur hingga seorang laki-laki dari ahli baitku menguasai Arab; namanya seperti namanku." Abu Daud berkata; "lafadz hadits Umar dan Abu Bakar sama makna dengan lafadz Abu Sufyan."


-------------------------
[1] Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (bersabda): Apabila datang seorang lelaki yang mengatakan bernasab (‘ala ruqbah) daripada anak-anak Ismail mengatakan kepada kamu di (sisi) Hassan dan Hussein. Perawi (periwayat): Abdullah bin Omar, Ahli Hadits: Haitsami - Sumber: Majmu’ Al-Zawaid - Halaman/No: 9/188 Hukum (nilai) hadits:  Rijal-rijalnya dipercayai (tsiqaat)
 [2]
جاء في الخبر كنا عند معاوية بن أبي سفيان فذكروا الذبيح إسماعيل أو إسحاق ؟ فقال : على الخبير سقطتم ، كنا عند رسول الله صلى الله عليه وسلم فجاءه رجل فقال : يا رسول الله عد علي مما أفاء الله عليك يا ابن الذبيحين ، فضحك رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقيل له يا أمير المؤمنين وما الذبيحان ؟ فقال : إن عبد المطلب لما أمر بحفر زمزم نذر لله إن سهل الله أمرها عليه ليذبحن أحد ولده ، قال : فخرج السهم على عبد الله فمنعه أخواله وقالوا : افد ابنك بمائة من الإبل ، ففداه بمائة من الإبل ، وإسماعيل الثاني ابن الذبيحين : صح أن أعرابيا قال للنبي صلى الله عليه وسلم : يا ابن الذبيحين , فتبسم ولم ينكر عليه .

 المحدث: الزرقاني - المصدر: مختصر المقاصد - الصفحة أو الرقم: 11خلاصة حكم المحدث: صح أن أعرابيا قال للنبي صلى الله عليه وسلم : يا ابن الذبيحين , فتبسم ولم ينكر عليه . وأما أنا ابن الذبيحين فلم

Telah datang berita ketika kami berada di sisi Muawiyah bin Abi Sufyan. Mereka menyatakan Ismail atau Ishak dikorbankan? Beliau berkata, atas yang memberi khabar melupakan kamu, kami bersama-sama Rasulullah (S) lalu datang seorang lelaki dan berkata: Ya Rasulullah engkau menganggap Ali sebagai yang dikurniakan Allah kepada kamu, wahai anak dua sembelihan, Rasulullah (S) ketawa. Maka mereka bertanya kepadanya (Muawiyah): Wahai Amirul Mukminin, apakah dia dua sembelihan? Beliau berkata: Abdul-Mutallab ketika menggali Telaga Zamzam bernazar kepada Allah jika Allah memudahkan urusannya, beliau akan korbankan (sembelih) salah seorang anak lelakinya, dia berkata, maka keluar anak panah itu atas nama Abdullah oleh itu untuk mencegah dari pihaknya. Dikatakan (padanya), setiap datang (nama) anak kamu diganti dengan seratus ekor unta, maka ditebus dengan seratus ekor unta untuk Ismail kedua bin Al-Zabihain: adalah benar bahawa seorang Badwi berkata kepada Nabi (S),: wahai anak dua sembelihan (Al-Zabihain), maka baginda tersenyum dan tidak menafikannya.

Ahli hadits: Al-Zarqani, Sumber: Mukhtashar Al-Maqashid, Halaman/No: 11, Hukum (nilai) hadits: adalah benar bahawa seorang Badwi berkata kepada Nabi (S): Wahai anak dua sembelihan (Al-Zabihain), maka baginda tersenyum dan tidak menafikannya. Adapun aku anak dua sembelihan tidak boleh ditolak.

Dikatakan dan diriwayatkan, “Dari Ibn Abbas bahawa Ismail (as) [yang dikorban (disembelih)].  Perawi (periwayat): - dan Ahli hadits: Ibn Katsir, Sumber: Al-Bidayah Wa Al-Nihayah Halaman/No: 1/150, Hukum (nilai) hadits: Sahih,

Dan tidaklah diambil kira bagi sesiapa yang berkata yang dikorban (disembelih) itu Ishaq, yang didatamgkan dalam khabar (hadits) yang dikorban (disembelih) itu Ishaq).
Perawi (periwayat): Ahnaf bin Qais Ahli hadits: Yahya bin Mu’in, Sumber: Sawalaat Ibn Junaid, Halaman/No: 177, Hukum (nilai) hadits: diriwayatkan dari dua jalan, Tidak peduli yang mana dari keduannya, seolah-olah dhaif semuanya.

Di samping itu, peristiwa-peristiwa selepas Al-Mahdi dikaitkan dengan nama Ismail, iaitu bapa Al-Mahdi tidaklah bertujuan dari Nabi Ismail (as) adalah begitu jelas, seperti yang telah diriwayatkan dalam khabar (hadits) di dalam Kitab Al-Fitan Al-Marwazi hadits No. 771 –

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Marwan dari Arthah bin Mundzi, dari Tabi’ dari Ka’ab katanya: Apabila orang Barbar keluar dan mereka berkemah di Mesir, ada di antara mereka dua gerakan, gerakan di Mesir dan gerakan di Palestin dan di antara keduanya hingga melangkah keluar ke Hims (Homs - di barat Syria). Celakalah yang akan menmpa mereka, di mana salji yang teruk selama empat puluh malam hampir membinasakan mereka dan kemudian mereka membuka dan berjalan keluar masuk darinya antara pintu barat ke pintu gerbang di tengah-tengahnya ada pasar dan kemudian mereka meninggalkannya melangkah keluar ke Bahirah. kejahilan atau pertentangan sesama sendiri di Farsakh, lalu keluar pada mereka manusia yang membunuh ketua mereka seorang lelaki dari keturunan Ismail memerangi daerah tersebut. yang disebut sebagai pusat (ibu) orang Arab, Kemudian timbul keganasan yang berleluasa membunuh mereka dan penghinaan zuriat, memibelah perut-perut perempuan dan mengalahkan kumpulan itu dua kali, dan kemudian dibinasakan dan mengorbankan (menyembelih) perempuan-perempuan Quraisy dan memibelah perut perempuan dari Bani Hashim. Berakhir.

Dan dibawa juga dalam khabar (hadits), yang menyebutkan Ismail Kedua dan Al-Mahdi dalam (Kitab) Fitan Al-Marwazi nombor 1181 –

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id Al-‘Attar dari Sulaiman bin ‘Isa, ia adalah tanda dalam persengketaan (Al-Fitan) itu Katanya: Bahawa ketibaan Al-Mahdi dan ia tinggal selama empat belas tahun di Bait Al-Maqdis dan kemudian mati dan kemudian dijadikan selepasnya seorang lelaki yang mulia dari kaum pengikutnya yang memanggil beliau Pendokong Bait Al-Maqdis selama dua puluh satu tahun, lima belas tahun daripadanya keadilan dan tiga tahun ketidakadilan dan tiga tahun kekurangan harta benda, tidak diberi satu dirham pun dengan dibahagikan antara penduduk zimmi yang memeranginya, dialah yang mengekalkan wilayah (kekuasaan) dengan pengetahuan yang mendalam, yang - memasukkan anak-anak Ismail sepertimana memasukkan lembu yang jarang ditemui, darinyalah keluar maula (penguasa) yang namanya adalah nama Nabi, juga dikenali sebagai nama panggilannya (gelaran – kunyah) panggilan Nabi, yang diteruskannya dengan pengetahuan yang mendalam sehingga menemui penolong dengan dalamannya yang wangi maka ia membunuh dan terbunuh. Kemudian mempunyai kekuasaan dan menafikan anak-anak di Qahtan dan anak-anak Ismail ke bandarku, bandar perbendaharaan harta Arab dan San'a. Di tangannyalah keluar Turk dan Rom sehingga menakluk antara sejauh Anthakiyah ke Gunung Al-Karpal di Palestin di menara taman bandar (Taman Tergantung) menguasai pemerintahan tiga tahun dan kemudian terbunuh dan selepasnya diperintah pula oleh Mahdi Kedua yang memerangi orang-orang Rom dan mengalahkan mereka dan membuka Constantinople dan tinggal di sana selama tiga tahun empat bulan sepuluh hari dan kemudian turun Isa bin Maryam (as) lalu menyerahkan kerajaan kepadanya. Berakhir.

Dan Manshur (Penolong – pendokong) dalam riwayat ini bukanlah Al-Mahdi Al-Manshur, tetapi dia membawa gelaran perampas itu sendiri untuk menipu manusia dengan kelayakannya menjadi Khalifah, Dialah Qahtani, menurut kumpulan antara akhbar (hadits-hadits).

Telah diriwayatkan dalam Fitan Al-Marwazi khabar (hadits) No: 1214 –

Telah menceritakan kepada kami Hakam bin Nafi’ dari Jarah dari Arthah katanya Bahawa ketibaan Al-Mahdi tinggal hidup selama empat puluh tahun dan kemudian mati di atas katil dan kemudian keluar seorang lelaki dari Qahthan dalam keadaan berlubang dua telinganya pada perjalanan hidup (sirah) Mahdi, is hidup dua puluh tahun dan kemudian mati dibunuh dengan senjata. Kemudian keluar seorang lelaki dari Ahl Bait Nabi (S) Mahdi Hasan, perjalanan hidupnya sebagai seorang Kaisar yang membuka Bandar. Dia adalah Ketua (Amir) terakhir dari umat Muhammad (S) dan kemudian keluar pada zamannya Dajjal dan turun pada zamannya Isa bin Maryam (as). Berakhir.

Termasuk sebagai sebahagian daripada rantaian untuk meriwayatkan dalam khabar (hadits) lain dalam Al-Fitan oleh Al-Marwazi, Dan tidak hanya termasuk sebagai sebahagian daripada pakatan sulit antara Al-Makhzumi dan Al-Qahtani

1136 - Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Marwan, dari Sa’id bin Yazid Al-Tanukhi, dari Al-Zuhri berkata:

Al-Mahdi pasti akan mati. Kemudian manusia berkembang dan selepasnya manusia berada dalam fitnah dan mereka menerima seorang lelaki dari Bani Makhzum lalu dia dibai’ah dan tinggal di zamannya. Kemudian mata pencarian terhalang dan dia tidak dapat mengubahnya dan kemudian pemberian-pemberian terhalang tidak dapat seorang pun mengubahnya. Dia pergi ke Bait Al-Maqdis maka jadilah dia dan sahabatnya seperti anak-anak lembu yang curiga dan isteri-isteri mereka berjalan dengan perhiasan emas dan pakaian, mereka tidak kehilangan,  tidak dapat mengubahnya, maka dengan mengarahkan untuk membawa penduduk Yaman Qudha’ah, Mudzhij , Hamdan, Humair, Al-Azad dan Ghassan, dan semua yang berkata kepadanya adalah dari Yaman, lalu mereka keluar sehingga bertemu penduduk Palestin, Dan dia kembali kepada mereka - Jadis, Lakham, Jazham, orang-orang marah dari gunung-gunung dengan makanan dan minuman untuk mereka memohon pertolongan sebagai mana Yusuf memohon pertolongan untuk saudara-saudaranya ketika penyeru menyeru dari langit bukan dengan manusia mahupun jin membai'ah Si Fulan tidak kembali semula selepas hijrah, mereka melihat tetapi tidak kenal lelaki itu yang kemudian diseru tiga kali dan memberikan bai'ah kepada Al-Mansur lalu dihantar sepuluh perutusan ke Makhzumi dibunuh sembilan orang dan ditinggalkan seorang daripadanya. Kemudian dihantar lima orang empat daripadanya dibunuh dan seorang dibebaskan. kemudian dihantar tiga orang dibunuh dua daripadanya dan ditinggalkan seorang. Digerakkan kepadanya lalu Allah menolongnya  dan Allah membunuhnya dan sesiapa yang bersamanya tidak akan berpatah balik melainkan dipimpin dan tidak dibiarkan Quraisy melainkan dibunuhnya. Maka diberitahu Quraisy tersebut kemudiannya, tidak terdapat seperti diberitahu seorang lelaki hari ini daripada diseret, tidak juga membunuh Quraisy, tidak wujud juga selepasnya. berakhir

Saya katakan bahkan ianya tidak jauh dari pakatan sulit Hashemi bersama mereka
         
1190 - Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Mungirah katanya Telah menceritakan kepada saya Ibn ‘Ayasy dari Al-Musyikhah dari Ka’ab katanya: Akan ada selepas Al-Mahdi, Khalifah dari penduduk Yaman, dari Qahtan, saudara Al-Mahdi dalam agama beramal dengan amalannya, yang membuka bandar Rom dan memenangi harta rampasannya. Ka’ab berkata, “Manusia akan mengikuti (berwalikan) seorang lelaki dari Bani Hashim di Bait Al-Maqdis. memadamkan sunnah yang dikenali dan mengada-adakan sunnah tidak akan terjadi jika tidak terdapat ilmui-lmu yang baru. Dengan satu hadits dan dalam kemusnahan dan penyelewengan di zamannya, Islam akan kembali asing sebagaimana ia bermula secara asing. Maka pada hari itu diberitahu bahawa agama seperti menggenggam bara api dan seperti mencabut pohon berduri dalam malam yang gelap dan menghantar anak perempuannya dipasar- pasar dengan persyaratannya. Padanya ada perhiasan emas, Masa depannya atau rumah tangganya tidak hilang, dan kalau bercakap dengan lelaki ia memukul lehernya. Berakhir.

Aku katakan bahkan disebut dalam khabar (hadits) bahawa ia adalah dari Ahli Bait Al-Mahdi tidak jauh dari sejumlah pakatan sulit, atau di pelbagai tempat, masing-masing pada zaman yang sama, Dalam Al-Fitan oleh Al-Marwazi hadits No. 1135

Telah menceritakan kepada kami Al-Walid bin Muslim dari beliau Ka’ab katanya, Al-Mahdi pasti mati, dan orang yang memerintah selepasnya seorang lelaki dari ahli keluarganya yang terbaik dan mempunyai kejahatan. Kejahatannya melebihi kebaikannya. Ia mengundang kemarahan orang ramai dan kepada perpecahan selepas persatuan. Umurnya pendek kerana sakit hati yang ditimbulkan oleh seorang lelaki dari ahli keluarganya dan membunuhnya. Maka manusia berperang selepasnya peperangan yang dahsyat dan berlarutan, yang berlaku beberapa ketika selepas dia terbunuh. kemudian yang hidup akan akan mati. Kemudian diperintah oleh seorang lelaki dari yang berbahaya dari arah timur, membawa manusia kepada kekufuran dan mengeluarkan mereka dari agama mereka. Berperanglah orang-orang Yaman satu peperangan yang dahsyat di antara dua sungai (Iraq). Maka Allah menghancurkan mereka yang menyertainya.

Dibawakan dari laman web rasmi Syeikh Muhammad Al-Hamud Al-Najdi di bawah tajuk korban (sembelihan) adalah Ismail yang berkaitan dengannya:

Soalan: Kami mendengar bahawa yang sahih mengenai korban (sembelihan) adalah "Ishak" (as) dan bukannya "Ismail" (as), seperti yang diketahui umum (masyhur)?

Jawapan:. Kenyataan ini adalah palsu tidak benar, tidak ditunjukkan dengan dalil-dalil Al-Quran dan Al-Sunnah Nabiwiyah. Ia bertentangan dengan pandangan para pengkaji dari ahli ilmu (para ulama) Imam Ibn Qaiyim berkata dalam (Kitab) Al-Zad (1/71):

Ismail: Adalah korban (sembelihan) atas perkataan (qaul) yang paling kukuh di sisi ulamak sahabat dan tabi’ein dan yang kemudian dari mereka. Adapun perkataan (qaul) yang mengatakan ia adalah Ishak, Ia dibatalkan (ditentang) oleh lebih daripada dua puluh hujjah. Saya mendengar Ibnu Taimiyah berkata: Perkataan (qaul) ini adalah diambil (ajarannya) dari Ahli Kitab, dengan itu tidak sah dengan nash (dalil) dari kitab mereka, di mana: Allah memerintahkan Ibrahim supaya menyembelih anaknya yang sulung, pada lafaz: yang sama, tidak ada keraguan Ahli Kitab dengan orang-orang Islam bahawa Ismail adalah anak sulungnya. Orang yang tidak berpengalaman yang mengeluarkan perkataan (qaul) ini telah mengatakan apa yang ada di dalam Taurat: yang ada di tangan mereka sendiri: “Sembelihlah anakmu Ishak! Katanya: Tambahan ini adalah dari penyelewengan dan penipuan mereka, kerana ia adalah bercanggah dengan kara-kata di dalamnya: “Sembelihlah anak sulungmu dan anak tunggalmu,” tetapi orang-orang Yahudi iri hati (dengki) dengan Bani Ismail atas penghormatan ini, mereka lebih suka berlaku kepada mereka, dan supaya ia dibawakan di sisi mereka, dan ia telah merendahkan diri mereka di bawah orang-orang Arab. dan Allah menolak kurnia hanya untuk melebihkan keluarganya sahaja. Dan bagaimana mereka mewajarkannya dengan mengatakan: Yang disembelih adalah Ishak. Allah telah memberi khabar gembira pada ibu Ishak dan dengan (kedatangan) anaknya Ya’kub, Allah berfirman tentang malaikat:

﴿لاَ تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمِ لُوطٍ * وَامْرَأَتُهُ قَآئِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِن وَرَاء إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ﴾


Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth". * Dan isterinya berdiri lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub.) [Hood 11:70-71]

Maka adalah mustahil, disampaikan kepadanya berita gembira akan mempunyai anak, kemudian diperintahkan supaya disembelih..... berkata Al-‘Alamah Al-Albani dalam kitabnya Al-Dha’ifah Tahta Al-Hadits, "Korban (Sembelihan) Ishak" Selepas itu antara yang mendhaifkannya di sisi para ulamak adalah: Al-‘Uqaili, Al-Zahabi, Al-Qisthalani dan lain-lain, beliau berkata, dan jalannya (jalur) dhaif dan terganggu, dan adalah mustahil matan dari Israiliyat (cerita Israil), ia sering seperti yang dinyatakan di atas, semua ini menolak perkataan (qaul) bahawa sebahagian yang mengukuhkan antara satu sama lain, Khususnya ia telah dikaji oleh ulama seperti Syeikh Al-Islam Ibn Taimiyyah, Ibn Al-Qaiyim, Ibn Katsir, dan lain-lain sebagai jalan yang betul bahawa adalah yang disembelih (dikorban) adalah Ismail (as) ... Kemudian saya nyatakan jalannya (jalur) daripada kata-kata Ibn Al-Qaiyim sebelumnya. Berakhir.
[url = http://www.al-athary.net/index.php option = com_content & view = tugas & id = 892 & Itemid = 14]




Bincang Nama I << ✡✡✡✡✡ >> Bincang Nama III

Sabtu, 26 Disember 2015

Perbincangan Nama Al-Mahdi (Pertama)


Bahagian Kelima


Perbincangan Nama Al-Mahdi
(Pertama)


Kita sekarang bercakap mengenai sebahagian pendapat tentang Bukti Kebenaran melainkan ada sebahagian yang menimbulkan ketentuan yang masyhur (yang ditakwil) di sisi Al-Sunnah bahawa nama Al-Mahdi adalah Muhammad bin Abdullah

Bin Baz mengatakan:

“Jika kebenaran dan suara-suara adalah apa yang diperlihatkan keutamaannya yang dibincangkan di sini, sebagaimana yang dijelaskan ahli-ahli ilmu, maka perkara Al-Mahdi sudah jelas bahkan hadits-haditsnya mutawatir dan saling memperkukuh. Banyak ulama yang mengungkapkan kemutawatirannya, Sebagaimana yang diriwayatkan Profesor (Al-Ustaz) dalam artikel ini, ianya mutawatir secara maknawi kerana banyaknya jalur, berbagai kalangan, riwayat dan lafaznya. Ini benar-benar menunjukkan bahawa peribadi yang dijanjikan itu adalah perkara yang kukuh, dan kemunculannya benar, iaitu Muhammad bin Abdullah Al-‘Alawi Al-Hasani…” [1]

Sebenarnya ia hanya mendedahkan keraguan-keraguan, walaupun keraguan ini pada nama yang diterima umum, apakah ia adalah alasan bagi orang yang berilmu?

Asal keraguan ini adalah kerana keraguan salah satu daripada dua perkara

Pertama, riwayat-riwayat yang menyebut nama Al-Mahdi adalah Muhammad bin Abdullah iaitu:

Dibawakan oleh Ibnu Al-Munadi dalam kitab Al-Malahim; Dari Ali (ra) katanya:

ليخرجن رجل من ولدي عند اقتراب الساعة, حتى تموت قلوب المؤمنين كما تموت الأبدان, لما لحقهم من الضرر والشدة والجوع والقتل وتواتر الفتن والملاحم العظام وإماتة السنن و إحياء البدع وترك الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر , فيحيي الله بالمهدي محمد بن عبدالله السنن التي قد أميتت , وتسر بعدله وبركته قلوب المؤمنين, و تتآلف إليه عصب العجم وقبائل من العرب, فيبقى على ذلك سنين ليست بالكثيرة, دون العشرة ثم يموت

“Akan muncul seorang dari anak keturunanku apabila Al-Saah (hari kiamat) sudah dekat, sehingga hati orang-orang beriman mati sebagaimana badan-badan yang mati. Ketika mereka mengenai bencana dan kepayahan, kelaparan, peperangan, fitnah yang berterusan, pembunuhan besar-besaran, sunnah dimatikan, bid’ah dihidupkan, amar ma’ruf nahi munkar ditinggalkan, maka Allah menghidupkan Muhammad bin Abdullah sunnah-sunnah yang telah mati. Dan menyenangkan dengan keadilan dan memberkati hati orang-orang beriman, menyatukan suku-suku Arab dan ajam (bukan Arab). Ia tinggal tidak lama beberapa tahun dalam waktu kurang dari sepuluh tahun sesudah itu, ia meninggal dunia.” [2]

Khabar (hadits) mursal: Abu Ya’la Al-Baidhawi relah mengulas hadits ini dengan katanya bahawa:

“Atsar (ucapan sahabat) yang tertulis tidak dikaitkan dengan orang yang berkata, dan Syeikh Ahmad Al-Ghimari telah mengaitkannya dengan Ali (ra) di dalam kitab Al-Ibriz.” [3])

Khabar yang lain adalah:

Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dalam kitab Tahdzib Al-Atsar, iaitu:

و وليكم الجابر خير أمة محمد, ألحقوه بمكة فانه المهدي, واسمه محمد بن عبدالله, يخرج إليه الأبدال من الشام وعصب أهل المشرق,كأن قلوبهم زبر الحديد, رهبان الليل ليوث بالنهار

“Kalian akan dipimpin oleh sebaik-baik umat Muhammad, Susulilah ia di Mekah! Dia adalah Al-Mahdi! Namanya Muhammad bin Abdullah, Keluar kepadanya Al-Abdal dari Syam dan kekuatan para penduduk timur. Hati mereka bagai kepingan besi, beribadah di malam hari dan menjadi singa di siang hari”. [4]

Apabila diperhatikan hadits ini tidak dapat dinisbatkan (dikaitkan), bahkan mengenepikan bahagian kedudukan perawinya. Pada zahirnya adalah dari Huzhaifah, yang bercelaru matannya bagi kata-katanya dalam Al-Fitan Al-Dani dengan lafaz Ahmad bin Abdullah dengan perbezaan pada baki lafaz hadits, iaitu.

Disampaikan oleh Abu Muhammad Abdullah bin ‘Amru Al-Maktab, membacakan kepada saya, katanya: disampaikan oleh ‘Atab bin Harun, dari Al-Fadhil bin ‘Ubaidillah, dari Abdul-Shamad bin Muhammad Hamadani, dari Ahmad bin Sinan Al-Qalanasi di Halb, dari Abdul-Wahab Al-Khazaz Abu Ahmad Al-Raqi, dari Musallamah bin Tsabit, dari Abdur-Rahman, dari Sufyan Al-Tsauri, dari Qais bin Muslim, dari Rub’I bin Harasy, dari Huzhaifah,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « تكون وقعة بالزوراء » قالوا : يا رسول الله وما الزوراء ؟ قال : « مدينة بالمشرق بين أنهار يسكنها شرار خلق الله وجبابرة من أمتي ، تقذف بأربعة أصناف من العذاب : بالسيف ، وخسف وقذف ومسخ » وقال صلى الله عليه وسلم : الى ان يقول ...... فعند ذلك ينادي من السماء مناد : أيها الناس إن الله عز وجل قد قطع عنكم مدة الجبارين والمنافقين وأشياعهم وأتباعهم وولاكم خير أمة محمد صلى الله عليه وسلم ، فالحقوا به بمكة فإنه المهدي واسمه أحمد بن عبد الله قال حذيفة : فقام عمران بن الحصين الخزاعي فقال : يا رسول الله كيف لنا بهذا حتى نعرفه ؟ فقال : » هو رجل من ولدي كنانة من رجال بني إسرائيل ، عليه عباءتان قطوانيتان ، كأن وجهه الكوكب الدري في اللون ، في خده الأيمن خال أسود ، بين أربعين سنة

Rasulullah (S) bersabda: “Akan ada kejutan di Zauraa`?” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah Apakah Zauraa’ itu?” Baginda bersabda “Sebuah kota (Baghdad) di Timur di antara sungai-sungai, yang dihuni makhluk Allah yang jahat dan para penguasa zalim dari umatku. Akan ditimpa empat macam azab; dengan pedang, kegerhanaan, fitnah-memfitnah dan pencemaran.” Dan Rasulullah (S) bersabda sampai pada perkataan…, “Ketika itu diserukan dari langit, seruannya “Wahai manusia! Sesungguhnya Allah AWJ memenggal dari kalian tempoh masa para penguasa dan kaum munafik serta para pengikut mereka, dan kalian akan menjadi pengikut dan dipimpin oleh sebaik-baik umat Muhammad (S). Maka susullah ia di Mekah! Dialah Al-Mahdi, namanya Ahmad bin Abdullah!” Huzhaifah berkata, “Lalu Imran bin Al-Hashin Al-Khuza’i berdiri dan bertanya, “Ya Rasulullah, dengan demikian bagaimana kami dapat mengenalnya?” Baginda bersabda, “Dia adalah seorang lelaki dari anak keturunanku. Ia kelihatan seolah-olah dari lelaki Bani Israil, ia mengenakan dua helai kain katun (Quthwanatan). Wajahnya bagai bintang berkilau, di pipi kanannya terdapat tahi lalat hitam, berusia empat puluh tahun.” [5]

Ini adalah hadits dha’if. Abdul-Basith bin Yusuf Al-Gharib berkata:

“Abdul-Shamad tidak kuat, dia menjelaskan dengan lisan dan Al-Fadhil jika dia adalah Al-Humairi, maka dia dituduh berdusta, dan jika dia adalah Al-Yasykuri maka dia dha’if. Dan ‘Atab tidak ditemukan penjelasannya, begitu juga Ahmad bin Sinan, Abdul-Wahab dan Muslamah, [6]


Doktor Abdul-Alim Al-Bastawi mengatakan:

“Rijal (para perawi) hadits ini pada Isnadnya: Abdullah bin ‘Amru Al-Maktab, Al-Fadhil bin ‘Ubaidillah, Abdush-Shamad bin Muhammad Al-Hamadani, Ahmad bin Sinan Al-Qalansi, Abdul-Wahab Al-Khazaz Al-Raqi, Musallamah bin Tsabit, tidak ditemukan keterangan peribadi (biografi) mereka. Dibawakan perenggan pertama darinya (hadits) oleh Al-Khatib dalam kitab Tarikh Baghdad, juz 1, hal 578, sampai pada kalimat “qazhaf wa masakh” (fitnah-memfitnah dan pencemaran). Dari jalurnya, diriwayat oleh Ibnu Al-Jauzi dalam kitab Al-Maudhu’at, 2/65/69, dan disebutkan sebahagian darinya oleh Al-Qurthubi dalam At-Tazhkirah, hal 718-719, dan disebutkan dari Al-Hafizh Ibnu Al-Dahiyah bahawa Hukum (nilai) hadits itu Al-Wadh’u (pendustaan riwayat). Kesimpulannya, Isnadnya dha’if, di dalamnya sejumlah orang yang tidak didapati keterangan peribadi (biografi) dan matannya kelihatan Al-Wadh’u (pendustaan riwayat) dan pemalsuan. Wallahu a’lam.” [7]

Kelihatannya Bin Baaz mengikut Ibnu Taimiyah tanpa mengkaji dan berfikir dalam mengucapkannya bahawa Al-Mahdi, namanya adalah Muhammad bin Abdullah Al-Hasani. Padahal di dalam kitab-kitab Al-Akhbar (Hadits) Al-Sunnah tidak terdapat pernyataan dengan tegas dari Ibn Al-Hasan, tetapi dikatakan dengan pasti dan kukuh sebagai anak Fatimah dari anak keturunan Ali.

Ibnu Taimiyah berkata: “Ketiga: Lafaz hadits itu menghujjah kamu, bukan hujjah bagi kamu. Kerana lafaznya adalah “serupa (mirip) namanya dengan namaku, dan nama ayahnya dengan nama ayahku”. Maka Al-Mahdi yang dikhabarkan Nabi (S), namanya adalah Muhammad bin Abdullah, bukan Muhammad bin Al-Hasan. Diriwayatkan dari Ali (ra): “Dia dari anak keturunan Al-Hasan bin Ali, bukan dari Al-Husein bin Ali.” [8]

Abu Ya’la Al-Baidhawi dalam kitab Al-‘Urf Al-Wardi mengatakan:

“Dibawakannya oleh Abu Daud (4290), ia adalah hadits dha’if. dalam kitab Al-‘Urf Al-Wardi.” no 15. [9]

Dalam dalam mengulas, hadits no 15 dalam kitab Al-‘Urf Al-Wardi juga mengatakan:

“Dibawakannya oleh Abu Daud (4290) dan Na’im bin Hammad dalam kitab Al-Fitan (1113) dari Ali (ra), bahawa dia melihat ke putranya, Al-Hasan (ra), dan berkata, “Putraku ini adalah seorang pemuka sebagaimana yang telah disebut oleh Nabi (S), bahawa akan keluar dari sulbinya seorang lelaki yang namanya nama Nabi kamu (S). Ia sama dalam akhlak, tidak dalam rupa.” Kemudian beliau menambah, “Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan.”

Al-Mundziri dalam Al-Mukhtashar (4121) mengatakan: “Hadits ini munqathi’ (terputus). Abu Ishaq Al-Sabi’i bermimpi melihat Ali (ra).”
Abu Daud berkata: “Hadits dari Harun bin Mughirah, - sampai akhir - dan isnad Naim juga ada di dalamnya terdapat dua tempat yang kabur dan terputusnya antara Muhammad Al-Baqir dan datuknya, Ali (ra).- sampai akhir.” Al-Albani berkata: “Sanadnya lemah (dha’if.)” didha’ifkan oleh Abi Daud 924 [10]

Sedangkan hadits-hadits yang menyatakan bahawa dia (Al-Mahdi) dari anak keturunan Al-Hasein, banyak jumlahnya.

وعن حذيفة رضي الله عنه قال: خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم فذكرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بما هو كائن، ثم قال: " لو لم يبق من الدنيا إلا يوم واحد لطول الله عز وجل ذلك اليوم، حتى يبعث في رجلا من ولدي اسمه اسمي " .فقام سلمان الفارسي رضي الله عنه فقال: يا رسول الله، من أي ولدك؟ قال: " هو من ولدي هذا " ، وضرب بيده على الحسين عليه السلام.أخرجه الحافظ أبو نعيم، في صفة المهدي

Dari Huzhaifah (ra); “Rasulullah (S) berkhutbah kepada kami, lalu baginda menyebutkan apa yang terjadi, kemudian baginda bersabda, “Sekiranya dunia tak tersisa lagi waktunya kecuali satu hari, niscaya Allah akan memanjangkan hari itu hingga dimunculkan seorang lelaki dari anak keturunanku, namanya adalah namaku” Salman Al-Farisi (ra) berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, dari anakmu yang mana?” baginda bersabda “Ia dari anakku yang ini”, sambil tangannya menunjuk kepada Al-Husein (as). (Dibawakannya oleh Al-Hafidz Abu Naim dalam kitab Shifah Al-Mahdi.” [11]

Diriwayatkan dari hadits Abul Hasan Al-Rab’i Al-Maliki lebih lengkap darinya, juga dari Huzhaifah, bahawa Rasulullah (S) bersabda:

لو لم يبق من الدنيا إلا يوم واحد، لبعث الله فيه رجلا اسمه اسمي، وخلقه خلقي يكنى أبا عبد الله، يبايع له الناس بين الركن والمقام يرد الله به الدين، ويفتح له فتوح، فلا يبقى على وجه الأرض إلا من يقول: لا إله إلا الله " .فقام سلمان فقال: يا رسول الله من أي ولدك؟ قال: من ولد ابني هذا، وضرب بيده على الحسين

“Sekiranya dunia tak tersisa lagi waktunya kecuali satu hari, sungguh pada hari itu Allah mengutus seorang lelaki namanya adalah namaku, dan rupanya adalah rupaku. Dikenali sebagai Aba Abdillah. Manusia berbaiah kepadanya di antara Rukun dan Maqam. Allah serahkan agama kepadanya dan dibukakan padanya pembukaan-pembukaan. Maka tiada satu wajah pun di muka bumi melainkan mengatakan: “La Ilaha Illa Allah!” Salman berdiri dan bertanya, “Ya Rasulullah, dari anakmu yang mana?” baginda bersabda “Ia dari anakku yang ini”, sambil tangan baginda menunjuk kepada Al-Husein.” [12]

وعن جابر بن يزيد الجعفي، قال: قال أبو جعفر عليه السلام: يا جابر، الزم الأرض ولا تحرك يدا ولا رجلا، حتى ترى علامات أذكرها لك .... قال: والمهدي، يا جابر، رجل من ولد الحسين، يصلح الله له أمره في ليلة واحدة

“Dari Jabir bin Yazid Al-Ja’fi katanya, Abu Ja’far (as) berkata: “Hai Jabir, Berdiamlah di tempat, jangan menggerakkan tangan dan kaki sampai engkau melihat tanda-tanda yang akan kusebutkan bagimu…..” Kemudian beliau berkata, “Hai Jabir, Al-Mahdi adalah seorang lelaki dari anak keturunan Al-Husein. Allah akan menyelesaikan urusannya dalam satu malam.” [13]

Amirul Mu`minin Ali bin Abi Thalib as berkata: “Ada tiga macam panji; panji di Maghribi, celakalah bagi Mesir dan apa yang tinggal di sana dari mereka. panji di Al-Jazeera dan panji di Syam, fitnah akan berlanjut di antara mereka dalam setahun…” Kemudian berkata, 

ألا أصفه لكم، ألا وإن الدهر فينا قسمت حدوده، ولنا أخذت عهوده، وإلينا ترد شهوده، ألا وإن أهل حرم الله عز وجل سيطلبون لنا بالفضل من عرف عودتنا فهو مشاهدنا، ألا فهو أشبه خلق الله عز وجل برسول الله صلى الله عليه وسلم واسمه على اسمه، واسم أبيه على اسم أبيه، من ولد ابنة محمد، صلى الله عليه وسلم من ولد الحسين، ألا فمن تولى غيره لعنه الله
Mahukah aku gambarkan dia pada kalian? Sesungguhnya pada kami masa telah terbahagi batasan-batasannya, dan kami telah mengambil perjanjian-perjanjiannya, dan kepada kami akan kembalinya saksi-saksi. Sesungguhnya orang yang dimuliakan Allah AWJ akan mencari kami terutamanya orang yang mengetahui tuntutan kami, dialah yang menyaksikan kami. Dialah seorang makhluk Allah AWJ yang paling mirip dengan Rasulullah (S). Namanya adalah nama baginda dan nama ayahnya adalah nama ayah baginda, dari anak keturunan puteri Muhammad (S), dari anak keturunan Al-Husein. Siapa yang berwilayah pada selain dia, akan dilaknat Allah.”. [14]

وعن عبد الله بن عمرو، رضي الله عنه قال: يخرج المهدي من ولد الحسين، من قبل المشرق، لو استقبلته الجبال لهدمها، واتخذ فيها طرقا

Dari Abdullah bin ‘Amru (ra) berkata: “Al-Mahdi dari anak keturunan Al-Husein akan muncul dari Timur. Sekiranya gunung berhadapan dengannya, akan dihancurkan olehnya dan dia akan membuat jalan.” [15]

حدثنا رشدين عن ابن لهيعة عن أبي قبيل قال يخرج رجل من ولد الحسين لو استقبلته الجبال الرواسي لهدها واتخذ فيها طرقا

Rusydin menyampaikan dari Ibn Lahi’ah dari Abu Qubail; “Akan muncul seorang lelaki dari anak keturunan Al-Husein, sekiranya gunung yang kukuh berhadapan dengannya akan dihancurkan olehnya dan dia akan membuat jalan padanya. [16].

حدثنا سعيد أبو عثمان عن جابر عن أبي جعفر قال إذا اختلف كلمتهم وطلع القرن ذو الشفا لم يلبثوا إلا يسيرا حتى يظهر الأبقع بمصر يقتلون الناس حتى يبلغوا أرم ثم بثور المشوه عليه فتكون بينهما ملحمة عظيمة ثم يظهر السفياني الملعون فيظهر بهما جميعا ويرفع قبل ذلك ثنتي عشرة راية بالكوفة معروفة ويقبل بالكوفة رجل من ولد الحسين يدعوا إلى أبيه ثم يبث السفياني جيوشه

Said Abu Ustman menyampaikan dari Jabir dari Abi Ja’far: “Apabila urusan mereka berbeza dan muncul tanduk yang tajam (Al-Qarn Zhu Al-Syafa), tidak lama kemudian bagi mereka muncul Al-Abqa’ di Mesir. Mereka membunuh manusia hingga sampai ke Aram. Kemudian si jelek (Butsur - berparut) akan memberontak dan akan terjadi pertempuran besar-besaran di antara mereka. Kemudian akan muncul Sufyani yang terlaknat yang muncul dari kalangan mereka. Kemudian 12 panji akan diangkat di Kufah yang dikenali dan seorang lelaki dari anak Al Hussain akan datang dan menyeru kepada bapanya dan kemudian Sufyani akan menghantar tenteranya.” [17]

-----------------------------------
[1] laman rasmi Bin Baz mengulas pada perbincangan bertajuk (Aqidah Al-Sunnah dan Atsar mengenai Al-Mahdi dan Al-Muntadzar)
[2] Al-‘Arif Al-Wardi ditahqiq (dibenarkan) Abu Ya’la Al-Baidhawi Hadits No. 249-
[3] Ibid: Sumber Hadits sebelum
[4] Al-‘Arif Al-Wardi ditahqiq (dibenarkan) Abu Ya’la Al-Baidhawi Hadits No. 83 http://islamport.com/d/1/ajz/1/160/528.html
[5] Kitab: Sunan Al-Wardah dalam Al-Fitan oleh Al-Daani Bab Apa Yang Diriwayatkan Dalam Perbalahan Yang Berlaku Di Al-Zauraa’ Dan Yang Berkaitan Dengannya Dari Perbalahan-Perbalahan, Pembunuhan-Pembunuhan, Tanda-Tanda dan yang mewakili kepada dua Kitab bernombor secara automatic dan Hadits automatik No 598
[6] Sebahagian Hadits dalam Hadits-hadits Huzhaifah dalam Al-Fitan, Hadits No. 224 oleh Abdul Basith bin Yusuf Al-Gharib
[7] Istilah dalam hadits-hadits Imam Mahdi, yang lemah dan maudhuk - Doktor Abdul ‘Alim Abdul ‘Adzim Al-Bastawi - halaman 119
[8] Minhaj Al-Sunnah Al-Nabawiyah Fi Naqadh Kalam Al-Syi’ah Wal-Qadariah (4/87) Terbitan Dr. Rashad Salim Cetakan Dar Al-Kitab Al-‘Alamiyah Al-Jadidah (2\187) dan al-haqqah Al-Baidhawi Biakhar Al-‘Arif Al-Wardi
[9] Ibid.
[11] ‘Uqud Al-Durur Bab pertama dalam menerangkan bahawa dia dari keturunan Rasulullah  (S) dan ‘Itrah baginda halaman (1/5)
[12] Uqud Al-Durur Bab pertama dalam menerangkan bahawa dia dari keturunan Rasulullah  (S) dan ‘Itrah baginda halaman (1/6)
[13] Uqud Al-Durur dalam Fasal II Fi Al-Khusuf Fil Al-Baida’ dan hadits Sufyani (1/21) http://islamport.com/d/1/aqd/1/256/1002.html
[14] Ibid. galaman (1/22)
[15] Uqud Al-Durur dalam Fasal Ketiga pada apa yang berlaku dari perbalahan dan penaklukan yang diriwayatkan dan dikeluarkan dari Hadits-hadits yang dinyatakan di atas sebelum ini (1/49) http://islamport.com/d/1/aqd/1/256/1003.html
[16] Fitan al-Marwazi (Al-Maruzi) Hadits-No. 1101 -
[17] Fitan oleh Al-Maruzi Hadits-No. 836 -



Nama Al-Mahdi << ✡✡✡✡✡ >> Bincang Nama II