Khamis, 31 Disember 2015

Ketiga: Pada Hadits Yang Lemah Sanadnya:


Ketiga: Pada Hadits Yang Lemah Sanadnya:

‘Ashim bin Bahdalah, ialah Ibni Abi Al-Nujud Al-Asadi maula mereka Al-Kufi Abu Bakr Al-Maqarri…. Berkata Ibnu Sa’ad: “Ia terpecaya (tsiqah), hanya banyak kesalahan di dalam haditsnya.” Berkata Ya’qub bin Sufyan mengenai haditsnya: “Ia bercelaru tapi dia terpecaya.” Berkata Ibnu Abi Hatim dari ayahnya, Saleh,… katanya “Aku bertanya kepada Aba Zar’ah mengenainya, dan dijawabnya, “Dia terpecaya. Katanya, Ia disebut oleh ayahku: “Bagi ku, kedudukan haditsnya jujur dan baik, kedudukannya bukan tsiqah (terpecaya) dan bukan hafizh (penghafal).” Ibnu ‘Aliyah mengatakan: “Sesiapa yang bernama ‘Ashim, hafalannya buruk.” Menurut Al-Nasa`i: “Tidak ada masalah dengannya.” Ibnu Kharasy mengatakan: “Haditsnya tidak menentu. ”Al-‘Uqaili berkata: “Tiada padanya kecuali buruk hafalannya.” Al-Daruquthni mengatakan: “Daya hafalannya buruk.” …Syaikhan (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan haditsnya  bersama-sama dengan yang lain. Aku katakan: Telah berkata Abu ‘Awanah dalam di Sahihnya: “Muslim tidak meriwayatkan haditsnya namun meriwayatkan hadits Ubai bin Ka’ab di malam qadar. Abu Bakr Al-Bazar mengatakan: “Ia (‘Ashim) bukan dengan hafal dan tidak diketahui ada yang meninggalkan haditsnya, dengan demikian dia masyhur.” Kata Ibnu Qani’: Hammad bin Salamah berkata, ‘Ashim di masa akhir hayatnya bercampuraduk. Ibnu Hibban menyebutnya di dalam Al-Tsiqaat. Al-‘Ajali mengatakan, “Ia seorang Utsmani. Ibnu Syahin dalam Al-Tsiqaat berkata, “Ibnu Mu’in mengatakan dia tsiqah dan tiada masalah dengannya tergolong para pemikir yang samar-samar. Al-Ajuri mengatakan: “Aku tanyakan kepada Abu Daud tentang ‘Ashim dan ‘Amru bin Murrah, lalu menjawab: “‘Amru lebih tinggi daripadanya.” [1]
                                 
Ahmad bin Hanbal berkata mengenainya:

“Diceritakan padaku Abdul-Rahman bin Mahdi katanya, “Aku bertanya kepada Sufyan tentang hadits ‘Ashim, yakni Ibn Abi Al-Nujud, dalam Al-Murtadah, katanya, “Ia bukan seorang yang tsiqah.” [2]

Al-Zhahabi dalam kitab Siyar A’lam Al-Nubala` mengatakan: “Ashim bin Abi Al-Nujud…, saya katakan dia kuat dalam bacaan dan jujur dalam hadits. Abu Zar’ah dan sekelompok orang menganggap dia tsiqah. Abu Hatim berkata, kedudukannya jujur. Al-Daruquthni berkata: “Ada sesuatu (yang kurang) dalam hafalannya, yakni pada hadits, bukan pada huruf. Selalu dalam setiap masa orang berilmu menjadikan ilmunya maju di bidang Seni dan lemah dalam peraturan. Sahabatnya juga demikian, Hafsh bin Sulaiman kuat dalam bacaan dan lemah dalam hadits. Berbeza dengan Al-A’masy, yang kuat dalam hadits dan lemah dalam huruf.” Al-Nasa`i mengungkapkan: “Ashim bukan penghafal." [ 3]

Dikatakan bahawa Al-‘Uqaili mengatakan: “Mengenainya (Ashim) tiada lain selain buruk hafalannya.” [4])
Yahya Al-Qathan mengatakan: “Tidak aku dapati seorang bernama ‘Ashim, kecuali dia jelek hafalannya.” [5]
Ibnu Hajar berkata: “Jujur tapi ada beberapa kebimbangan (Awaham) padanya.” [6]
Dalam kitab-kitab Al-Rijal, Yahya menceritakan padaku bahawa “Aku mendengar Syu’bah mengatakan, “Telah menceritakan kepada kami ‘Ashim yakni Ibn Abi Al-Nujud mengenai dirinya sendiri.” [7]
Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan: “Di antara yang disangsikan dalam haditsnya adalah Sammak dan ‘Ashim bin Bahdalah.” [8]
Al-Mubarakfuri berkata: “Ia Ibnu Abi Al-Nujud Al-Kufi seorang dari tujuh pembaca. Ia kuat dalam bacaan tapi tidak dalam hadits.” [9]

Saya katakan sebelum ini: perkataan Abu Hatim: menyebut bahawa Abi ‘Ashim Ibn Abi Al-Nujud, katanya kedudukannya padaku kedudukan jujur dan baik, tetapi dia bukanlah seorang penghafal.”

Sebagaimana yang dikatakannya Abu Hatim dalam kitab Al-Jarh wa Al-Ta’dil, juz 2, halaman 37:

“Jika ia (Ashim) dikatakan bahawa dia jujur atau kedudukannya jujur atau tidak ada masalah padanya, maka dia seorang yang menulis haditsnya dan melihat yang demikian ia pada kedudukan kedua. Jika ia dikatakan seorang syeikh, maka dia pada kedudukan ketiga yang menulis haditsnya dan ia dilihat hanya lebih rendah dari yang kedua. Jika dikatakan hadits yang bagus lalu ia menulis haditsnya perlu dipertimbangkan”

Diriwayatkan hadits dengan lafaz:

Dari Tamim Al-Dari katanya, “Aku bertanya, Ya Rasulullah, tidakkah Rom melihat kota seperti kota yang disebut Anthakiyah, yang lebih banyak hujan darinya? Nabi (S) bersabda, “Ya, di sana terdapat Taurat, tongkat Musa, papan-papan batu, dan tempat tidur Sulaiman bin Daud di dalam satu gua dari gua-guanya. Tidak berarak awan yang menghormati wajah dari wajah-wajahnya, melainkan diseru mengosongkan apa yang ada supaya diberi keberkatan di lembah itu. Malam dan siang tidak akan sirna (lenyap) sebelum didiami seorang lelaki dari ‘Itrahku, namanya adalah namaku dan nama ayahnya adalah nama ayahku. Bentuk lahiriahnya mirip dengan bentuk lahiriahku dan akhlaknya dengan akhlakku. Ia akan memenuhi dunia dengan keadilan dan kesaksamaan setelah dipenuhi kezaliman dan kedurjanaan.”

Ibnu Hibban mengatakan: Di dalam hadits ini ada Abdullah bin Al-Sirri, dengan riwayat dari Abu ‘Imran Al-Juni. Anehnya tidak disebutkan hadits itu di dalam kitab-kitab, melainkan atas jalan ceritanya mengenai perkara yang orang tidak mengetahuinya.” [10]

Diriwayatkan Ibn Al-Jauzi: dalam kitab Al-Maudhu’at Ibn Al-Jauzi no,/hal: 2/322.

Al-Albani menilainya: “Hadits yang sangat diingkari.” [11]

Al-Zhahabi dalam Mizan Al-I’tidal, no,/hal 2/427, mengatakan: Di dalamnya ada Abdulllah bin Al-Sirri Al-Madaini`ini adalah majhul (jahil - tidak diketahui).”

Diriwayatkan Hadits dengan sanad dha’if lainnya bahawa:

“Tidak akan lenyap siang dan malam sebelum berkuasa seorang lelaki dari Ahl Baitku, namanya menyamai namaku dan nama ayahnya dengan nama ayahku. Ia akan memenuhimya dengan keadilan setelah dipenuhi kezaliman.” [12]

Dalam khabar (hadits) dha’if yang lain:

“Urusan umat ini akan dipegang seorang lelaki namanya adalah namaku dan nama ayahnya adalah nama ayahku.” [13] [14]


Berikutnya juga khabar (hadits) dha’if:

“Bumi akan dipenuhi dengan kedurjanaan dan kezaliman. Apabila bumi telah dipenuhi kedurjanaan dan kezaliman, Allah akan mengutus seorang lelaki dariku, namanya adalah namaku dan nama ayahnya adalah nama ayahku. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kesaksamaan setelah dipenuhi kedurjanaan dan kezaliman. Maka langit tidak akan menahan hujannya sedikitpun dan bumi tidak pula akan menghalangi tumbuh-tumbuhannya sedikitpun. Ia akan tinggal di tengah kalian selama tujuh atau delapan, dan jika lebih lama maka sembilan (tahun).”  [15]

Dengan adanya hadits-hadits dha’if tersebut, terlihat Bin Baz mengada-adakan hadits dan menilainya sahih. Bahkan dikukuhkannya ia dari Nabi (S): “Al-Mahdi di akhir zaman namanya menyamai nama Nabi (S) dan nama ayahnya nama ayah Nabi (S).”  [16]

Teks (nash) perkataan Bin Baz daripada laman rasminya mengatakan:

…Telah dikukuhkan dari Nabi (S), yang menunjukkan bahawa akan ada seseorang yang dikatakan Al-Mahdi di akhir zaman. Namanya sesuai nama Nabi (S) dan nama ayahnya nama ayah Nabi (S), yakni Muhammad bin Abdullah.  [17]



-------------------------------------
[1] Pembetulan dalam Kitab Al-Tahzhib oleh Ibn Hajar huruf ‘Ain diabaikan dari nama ‘Ashim Jilid 3, halaman: 90
[2] Kitab «Al-‘Ilal» (3/73)
[3] (Siyar A'lam Al-Nubala) Oleh Al-Zhahabi Jilid 6, halaman: 79
[4] Tarikh Dimasyq (Sejarah Damsyik) oleh Ibn ‘Asakir, Jilid 27, halaman:150
[5] (Mizan Al-I’tidal Fi Naqad Al-Rijal) Jilid 4, halaman:13
[6] Kitab [Taqrib Al-Tahzhib] Oleh Ibn Hajar juga Jilid 1, halaman:455
[7] Kitab Al-‘Ilal Wa Makrifah Al-Rijal Jilid 3, halaman:227 oleh Ahmad bin Hanbal dan Al-Zhahabi dalam Mizan Al-I’tidal Fi Naqad Al-Rijal. Jilid 4, halaman:13
[8] Ulasannya dalam Al-‘Ilal Al-Tirmizhi Jilid pertama halaman:141 dikaji oleh Dr. Nurud-Din ‘Atar Terbitan Dar Al-‘Itha’ juga halaman 423 Jilid awal dikaji Dr. Hammam Abdul Rahim Sa’eid Terbitan Maktabah Al-Rusyd
[9] Tuhfah Al-Ahwazhi mentafsir Sunan Al-Tirmizhi oleh Mohammed Al-Mubaarakfuri dalam kajian sanad, hadits No. 396 dari Sunan Al-Tirmizhi dan ada Ibn Abi Al-Nujud di dalam sanadnya.
[10] Al-Majruhin - nombor atau halaman 1/528
[11] Al-Silsilah Al-Da’ifah - nombor atau halaman 6492
[12] Perawi (periwayat): Abdullah bin Mas’ud,
Ahli hadits: Ibn Qaisarani
Sumber: Zhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No: 5/2640.
Hukum (nilai) hadits: Pada Abdullah bin Abdul Quddus tiada apa-apa hadits.
[13] Perawi (periwayat): Abdullah bin Mas’ud,
Ahli hadits: Ibn Al-Qaisarani
Sumber: Zhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No: 5/2802.
Hukum (nilai) hadits: mungkin dia selepas peribadi Abu Bakar bin ‘Aayash.
[14] Dalam Siyar A'lam Al-Nubala: Abu Bakr bin ‘Aayash (خ ع) Ibn Salam Al-Asadi maula mereka Al-Kufi Al-Hanaath dengan Nun ..... Pada namanya kata-kata Syu’bah yang paling terkenal, Jika Aba Hashim Al-Rifai dan Hussein Ibn Abd Al-Awwal bertanya mengenai namanya, Syu’bah berkata ditanya kepadanya Yahya bin Adam dan lain-lain mengenai namanya, katanya, namaku adalah kunyahku, Bagi Al-Nasa'i, beliau berkata namanya Muhammad dan dikatakan namanya penghujung dan dikatakan Ru’bah, Atiq, Salam, Ahmad, ‘Intarad, Qasim, Hussain, ‘Iata', Hammad dan Abdullah ..... Dan katanya Yahya bin Mu’in tsiqah, tiada seorang pun yang jujur dan dia mempunyai waham (delusi).  Kata Ahmad, Yahya bin Sa’eid tidak dikira sebagai Abu Bakr dan apabila disebut mengenainya ia hampir seperti wajahnya dan diriwayatkan Muhanna bin Yahya dari Ahmad bin Hanbal, katanya Abu Bakar terlalu banyak melakukan kesilapan dan tulisannya tiada satu pun yang tidak ada kesilapan, kata Ali bin Al-Madini dia mendengar Yahya Al-Qaththan berkata jika Abu Bakr bin ‘Aayash disoal di hadapannya sesuatu dan kemudian berkata Israel-lah dia, ia kata Mohammed bin Abdullah bin Namir berkata Abu Bakar lemah dalam kesamaran dan sebagainya. Osman Al-Darami berkata Abu Bakar dan saudaranya Hassan beliau tidak sedemikian.
[15] Perawi (periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Al-Haitsami,
Sumber: Majmu’ Al-Zawaid,
Halaman/No: 7/317.           
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Daud Bin Al-Muhbar Bin Qahazham daripada bapanya dan kedua-duanya lemah (dhaif)

Perawi (periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Al-Suyuthi,
Sumber: Al-Jami’ Al-Shaghir,
Halaman/No: 7228.      
Hukum (nilai) hadits: lemah (dhaif)

Perawi (periwayat): Qurrah,
Ahli hadits: Al-‘Uqaili,
Sumber: Al-Dhu’afaa’ Al-Kabir,
Halaman/No: 4/259.     
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Al-Muhbar Bin Qahazham bin Sulaiman, pada kedua-duanya dan merekatidak betul (Ghulath)

Perawi (periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Ibn Hajar,
Sumber: Mukhtashar Al-Bazar,
Halaman/No: 2/180.     
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Daud pendusta

Perawi (periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Al-Qaisarani,
Sumber: Dhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No 4/1934.                    
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Daud Bin Al-Muhbar, Tiada apa-apa pada hadits

Perawi (periwayat): Muawiyah bin Qurrah bin Iyas Al-Muzani dari bapanya,
Ahli hadits: Al-Kamil Fi Al-Dhu’afaa’,
Sumber: Dhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No: 3/571.                     
Hukum (nilai) hadits: di dalamnya ada] Daud Bin Al-Muhbar, Jujur dan banyak silap pada satu halaman
[16] Perawi (periwayat): -,
Ahli hadits: Bin Baaz,
Sumber: Fatawa Nur ‘Ala Al-Darb olen Ibn Baaz,
Halaman/No: 4/288.                     
Hukum (nilai) hadits: sabit (kukuh)
[17] Ibn Baaz menjawab soalan: Apakah pandangan syara’ pada kemunculan Imam Mahdi, di akhir zaman?



Bincang II << ✡✡✡✡✡ >> Bincang IV

Tiada ulasan: