Ketiga: Pada Hadits Yang
Lemah Sanadnya:
‘Ashim bin Bahdalah, ialah
Ibni Abi Al-Nujud Al-Asadi maula mereka Al-Kufi Abu Bakr Al-Maqarri…. Berkata Ibnu
Sa’ad: “Ia terpecaya (tsiqah), hanya banyak kesalahan di dalam haditsnya.” Berkata
Ya’qub bin Sufyan mengenai haditsnya: “Ia bercelaru tapi dia terpecaya.” Berkata
Ibnu Abi Hatim dari ayahnya, Saleh,… katanya “Aku bertanya kepada Aba Zar’ah
mengenainya, dan dijawabnya, “Dia terpecaya. Katanya, Ia disebut oleh ayahku:
“Bagi ku, kedudukan haditsnya jujur dan baik, kedudukannya bukan tsiqah
(terpecaya) dan bukan hafizh (penghafal).” Ibnu ‘Aliyah mengatakan: “Sesiapa
yang bernama ‘Ashim, hafalannya buruk.” Menurut Al-Nasa`i: “Tidak ada masalah
dengannya.” Ibnu Kharasy mengatakan: “Haditsnya tidak menentu. ”Al-‘Uqaili
berkata: “Tiada padanya kecuali buruk hafalannya.” Al-Daruquthni mengatakan: “Daya
hafalannya buruk.” …Syaikhan (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan haditsnya
bersama-sama dengan yang lain. Aku katakan: Telah berkata Abu ‘Awanah dalam di Sahihnya:
“Muslim tidak meriwayatkan haditsnya namun meriwayatkan hadits Ubai bin
Ka’ab di malam qadar. Abu Bakr Al-Bazar mengatakan: “Ia (‘Ashim) bukan dengan hafal
dan tidak diketahui ada yang meninggalkan haditsnya, dengan demikian dia masyhur.”
Kata Ibnu Qani’: Hammad bin Salamah berkata, ‘Ashim di masa akhir hayatnya bercampuraduk.
Ibnu Hibban menyebutnya di dalam Al-Tsiqaat. Al-‘Ajali mengatakan, “Ia seorang Utsmani.
Ibnu Syahin dalam Al-Tsiqaat berkata, “Ibnu Mu’in mengatakan dia tsiqah dan tiada
masalah dengannya tergolong para pemikir yang samar-samar. Al-Ajuri mengatakan:
“Aku tanyakan kepada Abu Daud tentang ‘Ashim dan ‘Amru bin Murrah, lalu
menjawab: “‘Amru lebih tinggi daripadanya.” [1]
Ahmad bin Hanbal berkata
mengenainya:
“Diceritakan padaku
Abdul-Rahman bin Mahdi katanya, “Aku bertanya kepada Sufyan tentang hadits
‘Ashim, yakni Ibn Abi Al-Nujud, dalam Al-Murtadah, katanya, “Ia bukan seorang yang
tsiqah.” [2]
Al-Zhahabi dalam kitab Siyar
A’lam Al-Nubala` mengatakan: “Ashim bin Abi Al-Nujud…, saya katakan dia kuat
dalam bacaan dan jujur dalam hadits. Abu Zar’ah dan sekelompok orang menganggap
dia tsiqah. Abu Hatim berkata, kedudukannya jujur. Al-Daruquthni berkata: “Ada
sesuatu (yang kurang) dalam hafalannya, yakni pada hadits, bukan pada huruf.
Selalu dalam setiap masa orang berilmu menjadikan ilmunya maju di bidang Seni dan
lemah dalam peraturan. Sahabatnya juga demikian, Hafsh bin Sulaiman kuat dalam
bacaan dan lemah dalam hadits. Berbeza dengan Al-A’masy, yang kuat dalam hadits
dan lemah dalam huruf.” Al-Nasa`i mengungkapkan: “Ashim bukan penghafal." [ 3]
Dikatakan bahawa Al-‘Uqaili
mengatakan: “Mengenainya (Ashim) tiada lain selain buruk hafalannya.” [4])
Yahya Al-Qathan
mengatakan: “Tidak aku dapati seorang bernama ‘Ashim, kecuali dia jelek hafalannya.” [5]
Ibnu Hajar berkata: “Jujur
tapi ada beberapa kebimbangan (Awaham) padanya.” [6]
Dalam kitab-kitab Al-Rijal,
Yahya menceritakan padaku bahawa “Aku mendengar Syu’bah mengatakan, “Telah menceritakan
kepada kami ‘Ashim yakni Ibn Abi Al-Nujud mengenai dirinya sendiri.” [7]
Al-Hafidz Ibnu Rajab
mengatakan: “Di antara yang disangsikan dalam haditsnya adalah Sammak dan ‘Ashim
bin Bahdalah.” [8]
Al-Mubarakfuri berkata:
“Ia Ibnu Abi Al-Nujud Al-Kufi seorang dari tujuh pembaca. Ia kuat dalam bacaan
tapi tidak dalam hadits.” [9]
Saya katakan sebelum ini:
perkataan Abu Hatim: menyebut bahawa Abi ‘Ashim Ibn Abi Al-Nujud, katanya kedudukannya
padaku kedudukan jujur dan baik, tetapi dia bukanlah seorang penghafal.”
Sebagaimana yang
dikatakannya Abu Hatim dalam kitab Al-Jarh wa Al-Ta’dil, juz 2, halaman 37:
“Jika ia (Ashim) dikatakan
bahawa dia jujur atau kedudukannya jujur atau tidak ada masalah padanya, maka
dia seorang yang menulis haditsnya dan melihat yang demikian ia pada kedudukan
kedua. Jika ia dikatakan seorang syeikh, maka dia pada kedudukan ketiga yang
menulis haditsnya dan ia dilihat hanya lebih rendah dari yang kedua. Jika dikatakan
hadits yang bagus lalu ia menulis haditsnya perlu dipertimbangkan”
Diriwayatkan hadits dengan
lafaz:
Dari Tamim Al-Dari katanya,
“Aku bertanya, Ya Rasulullah, tidakkah Rom melihat kota seperti kota yang
disebut Anthakiyah, yang lebih banyak hujan darinya? Nabi (S) bersabda, “Ya, di
sana terdapat Taurat, tongkat Musa, papan-papan batu, dan tempat tidur Sulaiman
bin Daud di dalam satu gua dari gua-guanya. Tidak berarak awan yang menghormati
wajah dari wajah-wajahnya, melainkan diseru mengosongkan apa yang ada supaya diberi
keberkatan di lembah itu. Malam dan siang tidak akan sirna (lenyap) sebelum didiami
seorang lelaki dari ‘Itrahku, namanya adalah namaku dan nama ayahnya adalah
nama ayahku. Bentuk lahiriahnya mirip dengan bentuk lahiriahku dan akhlaknya
dengan akhlakku. Ia akan memenuhi dunia dengan keadilan dan kesaksamaan setelah
dipenuhi kezaliman dan kedurjanaan.”
Ibnu Hibban mengatakan: Di
dalam hadits ini ada Abdullah bin Al-Sirri, dengan riwayat dari Abu ‘Imran Al-Juni.
Anehnya tidak disebutkan hadits itu di dalam kitab-kitab, melainkan atas jalan ceritanya
mengenai perkara yang orang tidak mengetahuinya.” [10]
Diriwayatkan Ibn Al-Jauzi:
dalam kitab Al-Maudhu’at Ibn Al-Jauzi no,/hal: 2/322.
Al-Albani menilainya: “Hadits
yang sangat diingkari.” [11]
Al-Zhahabi dalam Mizan Al-I’tidal,
no,/hal 2/427, mengatakan: Di dalamnya ada Abdulllah bin Al-Sirri Al-Madaini`ini
adalah majhul (jahil - tidak diketahui).”
Diriwayatkan Hadits dengan
sanad dha’if lainnya bahawa:
“Tidak akan lenyap siang
dan malam sebelum berkuasa seorang lelaki dari Ahl Baitku, namanya menyamai
namaku dan nama ayahnya dengan nama ayahku. Ia akan memenuhimya dengan keadilan
setelah dipenuhi kezaliman.” [12]
Dalam khabar (hadits)
dha’if yang lain:
“Urusan umat ini akan
dipegang seorang lelaki namanya adalah namaku dan nama ayahnya adalah nama
ayahku.” [13] [14]
Berikutnya juga khabar (hadits)
dha’if:
“Bumi akan dipenuhi dengan
kedurjanaan dan kezaliman. Apabila bumi telah dipenuhi kedurjanaan dan kezaliman,
Allah akan mengutus seorang lelaki dariku, namanya adalah namaku dan nama
ayahnya adalah nama ayahku. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan
kesaksamaan setelah dipenuhi kedurjanaan dan kezaliman. Maka langit tidak akan
menahan hujannya sedikitpun dan bumi tidak pula akan menghalangi tumbuh-tumbuhannya
sedikitpun. Ia akan tinggal di tengah kalian selama tujuh atau delapan, dan
jika lebih lama maka sembilan (tahun).” [15]
Dengan adanya hadits-hadits
dha’if tersebut, terlihat Bin Baz mengada-adakan hadits dan menilainya sahih.
Bahkan dikukuhkannya ia dari Nabi (S): “Al-Mahdi di akhir zaman namanya
menyamai nama Nabi (S) dan nama ayahnya nama ayah Nabi (S).” [16]
Teks (nash) perkataan Bin
Baz daripada laman rasminya mengatakan:
…Telah dikukuhkan dari
Nabi (S), yang menunjukkan bahawa akan ada seseorang yang dikatakan Al-Mahdi di
akhir zaman. Namanya sesuai nama Nabi (S) dan nama ayahnya nama ayah Nabi (S),
yakni Muhammad bin Abdullah. [17]
-------------------------------------
[1] Pembetulan dalam
Kitab Al-Tahzhib oleh Ibn Hajar huruf ‘Ain diabaikan dari nama ‘Ashim Jilid 3,
halaman: 90
[2] Kitab «Al-‘Ilal»
(3/73)
[3] (Siyar A'lam Al-Nubala)
Oleh Al-Zhahabi Jilid 6, halaman: 79
[4] Tarikh Dimasyq
(Sejarah Damsyik) oleh Ibn ‘Asakir, Jilid 27, halaman:150
[5] (Mizan
Al-I’tidal Fi Naqad Al-Rijal) Jilid 4, halaman:13
[6] Kitab [Taqrib
Al-Tahzhib] Oleh Ibn Hajar juga Jilid 1, halaman:455
[7] Kitab
Al-‘Ilal Wa Makrifah Al-Rijal Jilid 3, halaman:227 oleh Ahmad bin Hanbal dan Al-Zhahabi
dalam Mizan Al-I’tidal Fi Naqad Al-Rijal. Jilid 4, halaman:13
[8] Ulasannya dalam
Al-‘Ilal Al-Tirmizhi Jilid pertama halaman:141 dikaji oleh Dr. Nurud-Din ‘Atar Terbitan
Dar Al-‘Itha’ juga halaman 423 Jilid awal dikaji Dr. Hammam Abdul Rahim Sa’eid Terbitan
Maktabah Al-Rusyd
[9] Tuhfah
Al-Ahwazhi mentafsir Sunan Al-Tirmizhi oleh Mohammed Al-Mubaarakfuri dalam
kajian sanad, hadits No. 396 dari Sunan Al-Tirmizhi dan ada Ibn Abi Al-Nujud di
dalam sanadnya.
[10] Al-Majruhin -
nombor atau halaman 1/528
[11] Al-Silsilah
Al-Da’ifah - nombor atau halaman 6492
[12] Perawi
(periwayat): Abdullah bin Mas’ud,
Ahli hadits: Ibn
Qaisarani
Sumber: Zhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No: 5/2640.
Hukum (nilai) hadits: Pada Abdullah bin Abdul Quddus tiada apa-apa hadits.
[13] Perawi (periwayat): Abdullah bin Mas’ud,
[13] Perawi (periwayat): Abdullah bin Mas’ud,
Ahli hadits: Ibn Al-Qaisarani
Sumber: Zhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No: 5/2802.
Hukum (nilai) hadits: mungkin dia selepas peribadi Abu Bakar bin ‘Aayash.
[14] Dalam Siyar
A'lam Al-Nubala: Abu Bakr bin ‘Aayash (خ ع) Ibn
Salam Al-Asadi maula mereka Al-Kufi Al-Hanaath dengan Nun ..... Pada namanya kata-kata
Syu’bah yang paling terkenal, Jika Aba Hashim Al-Rifai dan Hussein Ibn Abd Al-Awwal
bertanya mengenai namanya, Syu’bah berkata ditanya kepadanya Yahya bin Adam dan
lain-lain mengenai namanya, katanya, namaku adalah kunyahku, Bagi Al-Nasa'i,
beliau berkata namanya Muhammad dan dikatakan namanya penghujung dan dikatakan Ru’bah,
Atiq, Salam, Ahmad, ‘Intarad, Qasim, Hussain, ‘Iata', Hammad dan Abdullah .....
Dan katanya Yahya bin Mu’in tsiqah, tiada seorang pun yang jujur dan dia
mempunyai waham (delusi). Kata Ahmad,
Yahya bin Sa’eid tidak dikira sebagai Abu Bakr dan apabila disebut mengenainya ia
hampir seperti wajahnya dan diriwayatkan Muhanna bin Yahya dari Ahmad bin
Hanbal, katanya Abu Bakar terlalu banyak melakukan kesilapan dan tulisannya tiada
satu pun yang tidak ada kesilapan, kata Ali bin Al-Madini dia mendengar Yahya
Al-Qaththan berkata jika Abu Bakr bin ‘Aayash disoal di hadapannya sesuatu dan
kemudian berkata Israel-lah dia, ia kata Mohammed bin Abdullah bin Namir berkata
Abu Bakar lemah dalam kesamaran dan sebagainya. Osman Al-Darami berkata Abu
Bakar dan saudaranya Hassan beliau tidak sedemikian.
[15] Perawi
(periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Al-Haitsami,
Sumber: Majmu’ Al-Zawaid,
Halaman/No: 7/317.
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Daud Bin Al-Muhbar Bin Qahazham daripada bapanya dan
kedua-duanya lemah (dhaif)
Perawi
(periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Al-Suyuthi,
Sumber: Al-Jami’ Al-Shaghir,
Halaman/No: 7228.
Hukum (nilai) hadits: lemah (dhaif)
Perawi
(periwayat): Qurrah,
Ahli hadits: Al-‘Uqaili,
Sumber: Al-Dhu’afaa’ Al-Kabir,
Halaman/No: 4/259.
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Al-Muhbar Bin Qahazham bin Sulaiman, pada kedua-duanya
dan merekatidak betul (Ghulath)
Perawi
(periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Ibn
Hajar,
Sumber: Mukhtashar Al-Bazar,
Halaman/No: 2/180.
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Daud pendusta
Perawi
(periwayat): Qurrah bin Iyas Al-Muzani,
Ahli hadits: Al-Qaisarani,
Sumber: Dhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No 4/1934.
Hukum (nilai) hadits: [di dalamnya ada] Daud Bin Al-Muhbar, Tiada apa-apa pada hadits
Perawi
(periwayat): Muawiyah bin Qurrah bin Iyas Al-Muzani dari bapanya,
Ahli hadits: Al-Kamil
Fi Al-Dhu’afaa’,
Sumber: Dhakhirah Al-Hufadz,
Halaman/No: 3/571.
Hukum (nilai) hadits: di dalamnya ada] Daud Bin Al-Muhbar, Jujur dan banyak silap pada satu
halaman
[16] Perawi
(periwayat): -,
Ahli hadits: Bin
Baaz,
Sumber: Fatawa Nur ‘Ala Al-Darb olen Ibn Baaz,
Halaman/No: 4/288.
Hukum (nilai) hadits: sabit (kukuh)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan