Selasa, 15 April 2014

Imam Muhammad Al-Baqir as

Imam Muhammad Al-Baqir as
Nama : Muhammad
Gelar : Al-Baqir
Julukan : Abu Ja’far
Ayah : Ali Zainal Abidin
lbu : Fatimah binti Hasan
Tempat/Tgl Lahir : Madinah, 1 Rajab 57 H.
Hari/Tgl Wafat : Senin, 7 Dzulhijjah 114 H.
Umur : 57 Tahun
Sebab Kematian : Diracun Hisyam bin Abdul Malik
Makam : Baqi’, Madinah
Jumlah Anak : 8 orang; 6 laki-laki dan 2 perempuan
Anak Laki-laki : Ja’far Shodiq, Abdullah, Ibrahi, Ubaidillah, Reza, Ali
Anak Perempuan : Zainab, Ummu Salamah

Riwayat Hidup

Keimamahan Muhammad Al-Baqir, dimulai sejak terbunuhnya Ali Zainal Abidin a.s. melalui racun yang mematikan. Beliau merupakan orang pertama yang nasabnya bertemu antara Imam Hasan dan Imam Husein yang berarti beliau orang pertama yang bernasab kepada Fatimah Az-Zahra’, sekaligus dan pihak ayah dan ibu.

Selama 34 Tahun beliau berada dalam perlindungan dan didikan ayahnya, Ali Zainal Abidin a.s. Selama hidupnya beliau tinggal di kota Madinah dan menggunakan sebagian besar waktunya untuk beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah SWT serta membimbing masyarakat ke jalan yang lurus.

Mengenai keilmuan dan ketaatannya, kita semak kata-kata lbnu Hajar al-Haitami, seorang ulama sunni yang mengatakan: “Imam Muhammad AL-Baqir telah menyingkapkan rabasia-rahasia pengetahuan dan kebijaksanaan, serta membentangkan prinsip-prinsip spiritual dan agama. Tak seorangpun dapat menyangkal kepribadiannya yang mulia, pengetahuan yang diberikan Allah, kearifan yang dikaruniakan oleh Allah dan tanggung jawab serta rasa syukurnya terhadap penyebaran pengetahuan. Beliau adalah seorang yang suci dan pemimpin spiritual yang sangat berbakat. Dan atas dasar inilah beliau terkenal dengan gelar al-baqir yang berarti pengurai ilmu. Beliau baik hati, bersih dalam kepribadian, suci jiwa, dan bersifat mulia. Imam mencurahkan seluruh waktunya dalam ketaatan kepada Allah (dan mempertahankan ajaran-ajaran nabi suci dan keturunannya). Adalah di luar kekuasaan manusia untuk menghitung pengaruh yang mendalam dan ilmu dan bimbingan yang diwariskan oleh Imam pada hati orang-orang beriman. Ucapan-ucapan beliau tentang kesalehan, pengetahuan dan kebijaksanaan, amalan dan ketaatan kepada Allah, begitu banyak sehingga isi buku ini sungguh tidak cukup untuk meliput semuanya itu”.

Beliau merupakan salah seorang imam yang hidup di zaman yang bukan zaman Rasullah saww, namun jauhnya jarak waktu antara beliau dan Rasulullah bukan merupakan atasan untuk merasa jauh dengan beliau saww. Diriwayatkan: “Suatu kali Jabir bin Abdullah al-Anshori bertanya kepada Rasulullah saww: Ya Rasulullah, siapakah imam-imam yang dilahirkan dari Ali bin Abi Thalib? Rasulullah saww menjawab, Al-Hasan dan Al-Husein, junjungan para pemuda ahli surga, kemudian junjungan orang-orang yang sabar pada zamannya, Ali ibn al-Husein, lalu al-Baqir Muhammad bin Alî, yang kelak engkau ketahui kelahirannya, Wahai Jabir. Karena itu, bila engkau nanti bertemu dengannnya, sampaikanlah salamku kepadanya”.

Mengenai situasi pemerintahan yang terjadi di zaman beliau, dua tahun pertama dipimpin oleh Al-Walid bin Abdul Malik yang sangat memusuhi keluarga nabi dan dialah yang memprakarsAl pembunuhan Ali Zainal Abidin a.s. Dua tahun berikutnya beliau juga hidup bersama raja Sulaiman bin Abdul Malik yang sama jahat dan durjananya dengan selainnya, yang seandainya dibandingkan maka dia jauh lebih bejat dari penguasa Bani Umayyah yang sebelumnya. Kemudian tampuk kepemimpinan berpindah ke tangan Umar bin Abdul Aziz, seorang penguasa Bani Umayyah yang bijaksana dan lain dari selainnya. Beliaulah yang menghapus kebiasaan melaknat Imam Ali bin Abi Thalib di setiap mimbar Jum’at, yang diprakarsai oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dan telah berjalan kurang lebih 70 tahun. Beliau pula yang mengembalikan tanah Fadak kepada Ahlu Bait Nabi yang pada waktu itu diwakili Imam Muhammad aL-Baqir (AL-Khishal. Jilid 3. Najf Al-Asyraf). Namun sayang beliau tidak berumur panjang dan pemerintahannya hanya berjalan tidak lebih dari dua tahun lima bulan. Pemerintahan kemudian beralih ke tangan seorang pemimpin yang laim yaitu Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan.

Pemerintahan Hisyam diwarnai dengan kebejatan moral serta pengejaran dan pembunuhan terhadap para pengikut Ahlu Bait. Zaid bin Ali seorang keluarga rasul yang Alim dan syahid gugur di zaman ini. Hisyam kemudian memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan markas-markas Islam yang dipimpin oleh Imam Baqir a.s. Salah seorang murid Imam al-Baqir yang bernama Jabir al-Ja’fi juga tidak luput dari sasaran pembunuhan. Namun, demi keselamatannya Imam Muhammad al-Baqir menyuruhnya agar pura-pura gila. Beliau pun menerima saran dari Imam dan selamat dari ancaman pembunuhan, karena penguasa setempat mengurungkan niatnya setelah yakin bahwa Jabir benar-henar gila.

Ketika semua makar dan kejahatan yang telah ditempuh untuk menjatuhkan Imam Muhammad AL-Baqir tidak berhasil, sementara orang-orang semakin yakin akan keimamahannya, maka Bani Umayyah tidak punya alternatif lain kecuali pada tanggal 7 Zulhijjah 114 H, ketika Imam Baqir berusia 57 tahun, Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan si penguasa yang zalim, menjadikan imam syahid dengan meracuninya, dan jenazahnya dibaringkan di Jannatul Baqi’ Madinah.

Ahlul Bait Nabi saww berguguran satu demi satu demi mengharap ridha dari Allah SWT. Semoga salam dilimpahkan kepada mereka ketika mereka dilahirkan, di saat mereka berangkat menghadap Tuhannya, dan saat dibangkitkan kelak.


Tiada ulasan: