Imam
Muhammad Al-Baqir as
Nama
: Muhammad
Gelar
: Al-Baqir
Julukan
: Abu Ja’far
Ayah
: Ali Zainal Abidin
lbu
: Fatimah binti Hasan
Tempat/Tgl
Lahir : Madinah, 1 Rajab 57 H.
Hari/Tgl
Wafat : Senin, 7 Dzulhijjah 114 H.
Umur
: 57 Tahun
Sebab
Kematian : Diracun Hisyam bin Abdul Malik
Makam
: Baqi’, Madinah
Jumlah
Anak : 8 orang; 6 laki-laki dan 2 perempuan
Anak
Laki-laki : Ja’far Shodiq, Abdullah, Ibrahi, Ubaidillah, Reza, Ali
Anak
Perempuan : Zainab, Ummu Salamah
Riwayat
Hidup
Keimamahan
Muhammad Al-Baqir, dimulai sejak terbunuhnya Ali Zainal Abidin a.s. melalui
racun yang mematikan. Beliau merupakan orang pertama yang nasabnya bertemu
antara Imam Hasan dan Imam Husein yang berarti beliau orang pertama yang
bernasab kepada Fatimah Az-Zahra’, sekaligus dan pihak ayah dan ibu.
Selama
34 Tahun beliau berada dalam perlindungan dan didikan ayahnya, Ali Zainal
Abidin a.s. Selama hidupnya beliau tinggal di kota Madinah dan menggunakan
sebagian besar waktunya untuk beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah SWT
serta membimbing masyarakat ke jalan yang lurus.
Mengenai
keilmuan dan ketaatannya, kita semak kata-kata lbnu Hajar al-Haitami, seorang
ulama sunni yang mengatakan: “Imam Muhammad AL-Baqir telah menyingkapkan
rabasia-rahasia pengetahuan dan kebijaksanaan, serta membentangkan
prinsip-prinsip spiritual dan agama. Tak seorangpun dapat menyangkal
kepribadiannya yang mulia, pengetahuan yang diberikan Allah, kearifan yang
dikaruniakan oleh Allah dan tanggung jawab serta rasa syukurnya terhadap
penyebaran pengetahuan. Beliau adalah seorang yang suci dan pemimpin spiritual
yang sangat berbakat. Dan atas dasar inilah beliau terkenal dengan gelar
al-baqir yang berarti pengurai ilmu. Beliau baik hati, bersih dalam
kepribadian, suci jiwa, dan bersifat mulia. Imam mencurahkan seluruh waktunya
dalam ketaatan kepada Allah (dan mempertahankan ajaran-ajaran nabi suci dan
keturunannya). Adalah di luar kekuasaan manusia untuk menghitung pengaruh yang
mendalam dan ilmu dan bimbingan yang diwariskan oleh Imam pada hati orang-orang
beriman. Ucapan-ucapan beliau tentang kesalehan, pengetahuan dan kebijaksanaan,
amalan dan ketaatan kepada Allah, begitu banyak sehingga isi buku ini sungguh
tidak cukup untuk meliput semuanya itu”.
Beliau
merupakan salah seorang imam yang hidup di zaman yang bukan zaman Rasullah
saww, namun jauhnya jarak waktu antara beliau dan Rasulullah bukan merupakan
atasan untuk merasa jauh dengan beliau saww. Diriwayatkan: “Suatu kali Jabir
bin Abdullah al-Anshori bertanya kepada Rasulullah saww: Ya Rasulullah, siapakah
imam-imam yang dilahirkan dari Ali bin Abi Thalib? Rasulullah saww menjawab,
Al-Hasan dan Al-Husein, junjungan para pemuda ahli surga, kemudian junjungan
orang-orang yang sabar pada zamannya, Ali ibn al-Husein, lalu al-Baqir Muhammad
bin Alî, yang kelak engkau ketahui kelahirannya, Wahai Jabir. Karena itu, bila
engkau nanti bertemu dengannnya, sampaikanlah salamku kepadanya”.
Mengenai
situasi pemerintahan yang terjadi di zaman beliau, dua tahun pertama dipimpin
oleh Al-Walid bin Abdul Malik yang sangat memusuhi keluarga nabi dan dialah
yang memprakarsAl pembunuhan Ali Zainal Abidin a.s. Dua tahun berikutnya beliau
juga hidup bersama raja Sulaiman bin Abdul Malik yang sama jahat dan durjananya
dengan selainnya, yang seandainya dibandingkan maka dia jauh lebih bejat dari
penguasa Bani Umayyah yang sebelumnya. Kemudian tampuk kepemimpinan berpindah
ke tangan Umar bin Abdul Aziz, seorang penguasa Bani Umayyah yang bijaksana dan
lain dari selainnya. Beliaulah yang menghapus kebiasaan melaknat Imam Ali bin
Abi Thalib di setiap mimbar Jum’at, yang diprakarsai oleh Muawiyah bin Abi
Sufyan dan telah berjalan kurang lebih 70 tahun. Beliau pula yang mengembalikan
tanah Fadak kepada Ahlu Bait Nabi yang pada waktu itu diwakili Imam Muhammad
aL-Baqir (AL-Khishal. Jilid 3. Najf Al-Asyraf). Namun sayang beliau tidak
berumur panjang dan pemerintahannya hanya berjalan tidak lebih dari dua tahun
lima bulan. Pemerintahan kemudian beralih ke tangan seorang pemimpin yang laim
yaitu Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan.
Pemerintahan
Hisyam diwarnai dengan kebejatan moral serta pengejaran dan pembunuhan terhadap
para pengikut Ahlu Bait. Zaid bin Ali seorang keluarga rasul yang Alim dan
syahid gugur di zaman ini. Hisyam kemudian memerintahkan pasukannya untuk
menghancurkan markas-markas Islam yang dipimpin oleh Imam Baqir a.s. Salah
seorang murid Imam al-Baqir yang bernama Jabir al-Ja’fi juga tidak luput dari
sasaran pembunuhan. Namun, demi keselamatannya Imam Muhammad al-Baqir
menyuruhnya agar pura-pura gila. Beliau pun menerima saran dari Imam dan
selamat dari ancaman pembunuhan, karena penguasa setempat mengurungkan niatnya
setelah yakin bahwa Jabir benar-henar gila.
Ketika
semua makar dan kejahatan yang telah ditempuh untuk menjatuhkan Imam Muhammad
AL-Baqir tidak berhasil, sementara orang-orang semakin yakin akan
keimamahannya, maka Bani Umayyah tidak punya alternatif lain kecuali pada
tanggal 7 Zulhijjah 114 H, ketika Imam Baqir berusia 57 tahun, Hisyam bin Abdul
Malik bin Marwan si penguasa yang zalim, menjadikan imam syahid dengan meracuninya,
dan jenazahnya dibaringkan di Jannatul Baqi’ Madinah.
Ahlul
Bait Nabi saww berguguran satu demi satu demi mengharap ridha dari Allah SWT.
Semoga salam dilimpahkan kepada mereka ketika mereka dilahirkan, di saat mereka
berangkat menghadap Tuhannya, dan saat dibangkitkan kelak.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan