Imam
Hasan Al Mujtaba as
Nama : Hasan
Gelar
: al-Mujtaba
Julukan
: Abu Muhammad
Ayah
: Ali bin Abi Thalib
Ibu
: Fathimah az-Zahra
Tempat/Tgl
Lahir : Madinah, Selasa 15 Ramadhan 2 H.
Hari/Tgl
Wafat : Kamis, 7 Shafar Tahun 49 H.
Umur
: 47 Tahun
Sebab
Kematian : Diracun Istrinya, Ja'dah binti As-Ath
Makam
: Baqi' Madinah
Jumlah
Anak : 15 orang; 8 laki-laki dan 7 perempuan
Anak
Laki-laki : Zaid, Hasan, Umar, Qosim, Abdullah, Abdurrahman, Husein,
Thalhah
Anak
Perempuan : Ummu al-Hasan, Ummu al-Husein, Fathimah, Ummu Abdullah,
Fathimah, Ummu Salamah, Ruqoiyah
Riwayat
Hidup
"..Maka
katakanlah (hai Muhammad): mari kita panggil anak-anak kami dan anak-anak
kalian.. ."(Surah Al-lmran 61)
"Sesungguhnya
Allah SWT menjadikan keturunan bagi setiap nabi dan dari tulang sulbinya
masing-masing, tetapi Allah menjadikan keturunanku dan tulang sulbi Ali bin Abi
Thalib". (Kitab Ahlul Bait hal. 273-274)
"Semua
anak Adam bernasab kepada orang tua lelaki (ayah mereka), kecuali anak-anak
Fathimah. Akulah ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka."(Tafsir Al
Manar, dalam menafsirkan Surah al-An’am ayat 84)
Satu ayat di atas serta dua hadis di bawahnya menunjukkan bahwa Hasan dan
Husein adalah kecintaan Rasul yang nasabnya disambungkan pada dirinya. Hadis
yang berbunyi: "Tapi Allahmenjadikan keturunanku dari
tulang sulbi Ali Bin Abi Thalib", menunjukkan bahwa Rasulullah yang tidak
berbicara karena kemauan hawa nafsu kecuali wahyu semata-mata, ingin mengatakan
bahwa Hasan dan Husein adalah anaknya beliau s.a.w. Begitu juga hadis kedua,
beliau mengungkapkan bahwa anak Fathimah bernasab kepada dirinya s.a.w.
Pernyataan tersebut dipertegas oleh ayat yang di atas, dimana Allah sendiri
menyebut mereka dengan istitah ‘anak-anaknya’ yakni putra-putra Muhammad
Rasululullah s.a.w.
Nabi juga sering bersabda: "Hasan dan Husein adalah anak-anakku".
Atas dasar ucapan nabi inilah, Ali bin Abi Thalib berkata kepada anak-anaknya
yang lain: "Kalian adalah anak-anakku sedangkan Hasan dan Husein adalah
anak-anak Nabi". Karena itulah ketika Rasulullah s.a.w masib hidup mereka
berdua memanggil nabi s.a.w "ayah". Sedang kepada Imam Ali a.s.
Husein memanggilnya Abu Al Hasan, sedang Hasan memanggil sebagai Abu al-Husein.
Ketika Rasulullah s.a.w berpulang kerahmat Allah, barulah mereka berdua
memanggil hadrat Ali dengan "ayah".
Beginilah kedekatan nasab mereka berdua kepada Rasululullah s.a.w. Sejak hari
lahirnya hingga berumur tujuh tahun Hasan mendapat kasih sayang serta naungan
dan didikan langsung dari Rasululullah s.a.w, sehingga beliau dikenal sebagai
seorang yang ramah, cerdas, murah hati, pemberani, serta berpengetahuan luas
tentang seluruh kandungan setiap wahyu yang diturunkan saat nabi akan
menyingkapnya kepada para sahabatnya.
Dalam kesalehannya, beliau dikenal sebagai orang yang saleh, bersujud dan
sangat khusyuk dalam shalatnya. Ketika berwudhu beliau gemetar dan di saat
shalat pipinya basah oleh air mata sedang wajahnya pucat karena takut kepada
Allah SWT. Dalam belas dan kasih sayangnya, beliau dikenal sebagai orang yang
tidak segan untuk dengan pengemis dan para penghuni kota yang
bertanya tentang masalah agama kepadanya.
Dari sifat-sifat yang mulia inilah beliau tumbuh menjadi seorang dewasa yang
tampan, bijaksana dan berwibawa. Setelah kepergian Rasulullah s.a.w beliau
langsung berada di bawah naungan dan didikan ayahnya Ali bin Abi Thalib a.s.
Hampir tiga puluh tahun, beliau bernaung di bawah didikan ayahnya, hingga
akhirnya pada tahun 40 Hijriyah. Ketika ayahnya terbunuh dengan pedang beracun
yang dipukulkan Abdurrahman bin Muljam, Hasan mulai menjabat keimamahan yang
ditunjuk oleh Allah SWT.
Selama masa kepemimpinannya, beliau dihadapkan kepada orang yang sangat
memusuhinya dan memusuhi ayahnya, Muawiyah bin Abi Sofyan dari bani Umayyah.
Muawiyah bin Abi Sofyan yang sangat tamakan kepada kekuasaan selalu menentang
dan menyerang Imam Hasan a.s. dengan kekuatan pasukannya. Sementara dengan
kelicikannya dia menjanjikan hadiah-hadiah yang menarik bagi jeneral dan
pengikut Imam Hasan yang mau menjadi pengikutnya.
Karena banyaknya pengkhianatan yang dilakukan pengikut Imam Hasan a.s. yang
merupakan akibat pujukan Muawiyah, akhirnya Imam Hasan menerima tawaran
darinya. Perdamaian bersyarat itu dimaksudkan agar tidak terjadi pertumpahan
darah yang lebih banyak di kalangan kaum muslimin. Namun, Muawiyah mengingkari
seluruh isi perjanjian itu. Kejahatannya pun semakin merajalela, khususnya
kepada keluarga Rasulullah s.a.w dan orangyang mencintai mereka akan selalu
ditekan dengan kekerasan dan diperlakukan dengan tidak senonoh.
Dan pada tahun 50 Hijriah, beliau dikhianati oleh isterinya, Ja'dah putri
Ash'ad, yang menaruh racun diminuman Imam Hasan. Menurut sejarah, Muawiyah
adalah dalang dari usaha pembunuhan anak kesayangan Rasulullah s.a.w ini.
Akhirnya manusia agung, pribadi mulia yang sangat dicintai oleh Rasulullah kini
telah berpulang ke rahmatullah. Pemakamannya dihadiri oleh Imam Husein a.s. dan
para anggota keluarga Bani Hasyim. Karena adanya beberapa pihak yang tidak
setuju jika Imam Hasan dikuburkan didekat maqam Rasulullah dan
ketidaksetujuannya itu dibuktikan dengan adanya hujan panah ke keranda jenazah
Imam Hasan a.s. Akhirnya untuk kesekian kalinya keluarga Rasulullah yang
teraniaya terpaksa harus bersabar. Mereka kemudian menglihkan pemakaman Imam Hasan
a.s. ke Jannatul Baqi' di Madinah. Pada tanggal 8 Syawal 1344 H (21 April 1926)
kemudian, pekuburan Baqi' diratakan dengan tanah oleh pemerintah yang berkuasa
di Hijaz.
Imam Hasan telah tiada, pemakamannya pun digusur namun perjuangan serta pengorbanannya
yang diberikan kepada Islam akan tetap terkenang di hati sanubari setiap insan
yang mengaku dirinya sebagai pengikut dan pencinta Muhammad s.a.w serta Ahlul
Baitnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan