Khilafah Muhammad (S):
Pertama - Nash:
Khilafah Allah (Sistem Pemerintahan Allah) di bumiNya yang dilanjutkan sejak Allah mengutus Adam (as), dan untuk itu di sini kita tidak tidak perlu memperbahaskan untuk membuktikan sistem pemerintahan khalifah-khalifah Allah yang mendahului Muhammad (S), dan cukup bagi kita dengan membahaskan pembuktian Kekhalifahan Muhammad (S), dan untuk membuktikan Kekhalifahan mana-mana khalifah Ilahi ia memerlukan Nash, untuk ini kami akan membawakan Nash-nash yang disahkan dalam Kitab-kitab Ilahiah dalam dua agama Keluarga Ibrahim sebelum Islam iaitu Yahudi dan Masehi, dan Kitab-kitab ini adalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Taurat dan Injil).
Perjanjian
Lama: Kejadian (Genesis): Bab 21::
«14 Keesokan harinya pagi-pagi Ibrahim mengambil
roti serta sekantung air dan memberikannya kepada Hajar. Ia meletakkan itu
beserta anaknya di atas bahu Hajar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi.
Maka pergilah Hajar dan mengembara di padang gurun Bersyeba. 15 Ketika air yang
di kantung itu habis, diletakkannya anak itu ke bawah semak-semak. 16 dan ia
duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: "Tidak tahan
aku melihat anak itu mati." Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan
suara nyaring. 17 Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru
dari langit kepada Hajar, ia berkata kepadanya: "Apakah yang engkau
susahkan, Hajar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu
dari tempat ia terbaring. 18 Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia,
sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar. 19 Lalu Allah membuka
mata Hajar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kantungnya dengan
air, kemudian diberinya anak itu minum. 20 Allah menyertai anak itu, sehingga
ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. 21 Maka
tinggallah ia di padang gurun Faran.»
Di sisi Allah ada banyak bangsa yang besar yang tidak
dijadikan perumpamaan, yang dimaksudkan dengan bangsa besar adalah besar di
sisi Allah SWT – dari mereka ada yang menjadi Anbiak dan Aushiak. Iaitu yang
bermakna bangsa besar dari Ismail (as) yang menjadi Anbiak dan Aushiak dari
keturunannya, dan mereka ini adalah Muhammad dan Keluarga Muhammad khususnya sebagai
Khalifah-khalifah Allah di bumi ini, dan hanya merekalah bangsa yang besar yang
dikenali hari ini dari keturunan Ismail bin Ibrahim, Sesiapa yang mengingkari
mereka telah mengingkari apa yang telah diberitakan oleh Taurat, dan telah menafikan
perjalanannya yang paling penting; oleh perjalanan penciptaan (makhluk).
Habakuk - Bab III
«(1) Doa nabi Habakuk. Menurut nada ratapan. (2) Ya Tuhan, telah kudengar khabar tentang Engkau, dan
pekerjaan-Mu, ya Tuhan, kutakuti! Hidupkanlah itu dalam lintasan tahun,
nyatakanlah itu dalam lintasan tahun; dalam murka ingatlah akan kasih sayang! (3) Allah datang dari negeri Timan dan Yang Kudus dari
pegunungan Faran. Silah. Keagungan-Nya menutupi segenap langit, dan bumipun
penuh dengan pujian kepada-Nya. (4) Ada kilauan seperti cahaya,
sinar cahaya dari sisi-Nya dan di situlah terselubung kekuatan-Nya.
(5) Mendahului-Nya berjalan penyakit sampar dan demam mengikuti jejak-Nya.».
Timan bermakna Yaman, dan Faran bermaksud Mekah,
makna teks (nash) di atas:
Allah datang dari Timan »: Iaitu Allah datang dari
Yaman.
Dan «Yang Kudus dari pegunungan Faran» Iaitu Yang Kudus
datang dari Mekah.
Maha Tinggi Allah dari disifatkan sebagai datang dari
langit, inikan pola dari Bumi?! Kerana yang tiba dan yang datang memerlukan
pergerakan, barulah ia berlaku, dan dengan itu menafikan yang qadim dan yang
azali, adalah menafikan kesempurnaan ketuhanan (AL-Uluhiyah Al-Mutlak). Tidak mungkin
menganggap bahawa yang datang dari Timan atau Yaman itu adalah Allah
SWT, dan yang datang dari Faran itu adalah Allah SWT. Ini
lebih menyifatkan dengan yang lain seperti tangan utama dan kaki-kaki, Maha
Tinggi Allah dari semua itu. «(4) Ada
kilauan seperti cahaya, sinar cahaya dari sisi-Nya dan di situlah terselubung
kekuatan-Nya. (5) Mendahului-Nya berjalan penyakit sampar
dan demam mengikuti jejak-Nya.».
Oleh itu yang datang dan sesuai dengan sifat-sifat
itu yang diberikan dalam Nash di atas adalah Abdullah (hamba Allah) dan
Rasul-Nya Muhammad dan keluarga baginda selepas baginda, kerana mereka adalah
dari Mekah (Faran) dan Muhammad dan Aali Muhammad juga orang-orang Yaman
(berasal dari Yaman), kerana Mekah adalah dari Tuhamah dan Tuhamah dari Yaman
(Timan). Dan kedatangan Muhammad adalah kedatangan Allah; kerana Muhammad
adalah Allah dalam penciptaan, seperti yang diterangkan sebelum
ini dalam Kitab
Al-Tauhid [1]
Persoalan Timan bermakna Yaman juga telah disebut
dalam Injil dengan lisan Isa (as) apabila beliau menyebut Ratu Yaman sebagai
Ratu Timan (atau Timaan).
Injil Matthew - Bab XII
«(42) Pada waktu penghakiman,
ratu dari Timan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya
juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Sulaiman,
dan dia yang ada di sini lebih besar dari pada Sulaiman!"».
Injil: Luke - Bab XI
«(31) Pada waktu
penghakiman, ratu dari Timan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan
menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat
Sulaiman, dan dia yang ada di sini lebih besar dari pada Sulaiman!"»
Taurat: Yesaya (Isaiah) - Bab XI
«(1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai,
dan taruk (tunas) yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. (2) Roh Tuhan
akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh
pengenalan dan takut akan Tuhan; (3) ya, kesenangannya ialah takut akan Tuhan.
Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan
menurut kata orang. (4) Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan
keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di
negeri dengan kejujuran; ia akan mengajar bumi dengan perkataannya seperti
dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik
(munafik). (5) Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan,
seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang. (6) Serigala
akan tinggal bersama domba dan harimau tutul (bintang) akan berbaring di
samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan
seorang anak kecil akan menggiringnya. (7) Lembu dan beruang
akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa
akan makan jerami seperti lembu. (8) Anak yang menyusu akan
bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan
tangannya ke sarang ular beludak (sendok) (9) Tidak ada yang akan berbuat jahat
atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi
penuh dengan pengenalan akan Tuhan, seperti air laut yang menutupi dasarnya. (10) Maka pada waktu itu taruk (tunas) dari pangkal Isai akan
berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku
bangsa dan tempat kediamannya akan
menjadi mulia. (11) Pada waktu itu Tuhan akan mengangkat
pula tangan-Nya untuk menebus sisa-sisa umat-Nya yang tertinggal di Asyur dan
di Mesir, di Patros, di Etiopia dan di Elam, di Sinear, di Hamat dan di
pulau-pulau di laut.. (12) Ia akan menaikkan suatu
panji-panji bagi bangsa-bangsa, akan mengumpulkan orang-orang Israel yang
terbuang, dan akan menghimpunkan orang-orang Yehuda yang terserak dari keempat
penjuru bumi.«.
Teks di atas dari
Perjanjian Lama, yang bercakap tentang Juruselamat pada akhir zaman, telah
ditafsirkan oleh orang-orang Masehi (Kristian) ia adalah Isa (as) (Yesus –
Yasu3), tetapi tafsiran orang-orang Masehi untuk satu-satunya Isa (as) tidak
betul, di mana teks itu menolak tafsiran mereka dan bertentangan dengan
kepercayaan mereka. Isa (as), menurut kepercayaan mereka adalah Tuhan mutlak itu sendiri,
bagaimana takut kepada Tuhan dan bergembira dalam takut akan Tuhan? !! Dan
mungkin ia mengambil kira ini pada kepercayaan tiga oknum yang batil dan saling
bercanggah yang telah diterangkan dengan dalil-dalil dalam Kitab
Al-Tauhid.
Juga bahawa Isa tidak menghukum dan tidak memberi penekanan
kepada manusia, maka tidak membolehkannya menegakkan keadilan, atau berlaku
adil kepada orang-orang yang tertindas, bagaimana teks di atas terpakai ke
atasnya?!
Dan Isa (as) tidak dapat direalisasikan di zamannya
seperti yang digambarkan oleh teks di mana bumi dipenuhi dengan pengetahuan
tentang Tuhan seperti air laut yang meliputi, dan pengetahuan ini mempunyai
kesan supaya yang kaya memberi keselesaan kepada fakir miskin, dan yang kuat
menolong yang lemah dan bumi hampir tidak ada kezaliman, dan ini tidak dapat
dicapai walaupun pada kawasan yang sesuai atau bandar yang kecil.
Teks ini seluruhnya hampir jauh berbeza daripada Isa
(as) dan dari dakwahnya, dia tidak mengumpulkan orang-orang Israel yang terbuang (Ya’kub bersama mereka) ?? Dia
tidak menghimpunkan
orang-orang Yehuda yang berselerak (anak-anak Yakub bersama mereka) dari pelusuk bumi??
Walaupun mereka mengatakan, mereka berkumpul dan berhimpun dengan beriman
kepadanya, juga tidak benar, kerana dakwah Isa (as) pada masa itu berjalan tidak
melebihi had beberapa buah bandar pada tahap menyampaikannya lebih utama dari
iman dan kepercayaan mereka. Walaupun kita temui teks yang mengatakan bahawa
orang ini menghimpunkan
orang-orang Yehuda yang berselerak dari pelusuk bumi, iaitu makna teks itu: bahawa
orang ini beriman kepada-Nya dan beriktiqad kepada-Nya pada zaman ia
dibangkitkan, ramai orang dari negara-negara yang berlainan di dunia dan
orang-orang dari negara-negara jauh dari tempat ia diutus secara khusus (dari seluruh
pelusuk bumi)
(12) Ia akan menaikkan suatu panji-panji bagi
bangsa-bangsa, akan mengumpulkan orang-orang Israel yang terbuang, dan akan
menghimpunkan orang-orang Yehuda yang terserak dari keempat penjuru bumi.«..
Yehuda, makna perkataan ini dalam Bahasa Arab:
(Hamad) atau Ahmad.
Dalam Taurat: Kejadian - Bab XXIX:
(35) Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang
anak laki-laki, maka ia berkata: "Sekali ini aku akan bersyukur kepada
Tuhan." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Yehuda. Sesudah itu ia tidak
melahirkan lagi [2]
Maksud perkataan Israel dalam bahasa Arab: Abdullah.
Maka teks itu akan menjadi: [(12) Ia
akan menaikkan suatu panji-panji bagi bangsa-bangsa, akan mengumpulkan
orang-orang Israel (Abdullah) yang terbuang, dan akan
menghimpunkan orang-orang Yehuda (Ahmad) yang terserak dari keempat
penjuru bumi]
Dan Mohammad ketika diutus diturunkan Al-Quran di
dalamnya (tertulis) bahawa dia adalah Ahmad atau (Yehuda) pembawa berita
gembira dalam di dalam Kitab, Iaitu baginda mendakwa bahawa Nash (teks) ini adalah
untuk baginda, dan juga bahawa Muhammad (S) bersabda: Aku Abdullah, dan aku Israel
apa yang ada padanya ada.padaku
Jadi, Ahmad adalah (Yehuda) dan Abdullah (Israel) pembawa
berita gembira di dalam Kitab telah datang dan mendakwa Nash itu dan dia adalah
Muhammad (S)
Juga: Di dalam Islam (para penyebar) yang berkumpul seperti
awan yang berarak ke pelusuk bumi untuk menyokong (Ahmad Mahdi pertama) mereka
adalah ansar Imam Mahdi (as) pada akhir zaman, seperti yang diketahui dari riwayat
Muhammad dan Aali Muhammad.
Bagi Nash dari Allah SWT, Maka Allah SWT telah
menerangkan Nash di dalam Al-Quran pada Muhammad bagi sesiapa yang mencari Nash
Allah Yang Maha Suci, dan memperkenalkan diriNya sebagai saksi kepada mereka
yang meminta kesaksianNya. Dan jalan kesaksian Allah untuk manusia adalah melalui
Malakut (Kerajaan Langit). Iaitu rukya (mimpi - pengelihatan) yang muhkam (jelas)
yang dilihat oleh insan dan menjelaskan kepadanya ianya adalah jalan kebenaran.
Allah berfirman:
﴿قُلْ كَفَىٰ بِاللَّـهِ شَهِيدًا بَيْنِي
وَبَيْنَكُمْ ۚ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا﴾
Katakanlah: "Cukuplah
Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya". [Al-Isra 17:96]:
﴿وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَسْتَ
مُرْسَلًا ۚ قُلْ كَفَىٰ بِاللَّـهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ
وَمَنْ عِندَهُ عِلْمُ الْكِتَابِ﴾
Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan
seorang yang dijadikan Rasul". Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi
saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab". [Al-Ra3d
13:43]
Dan sesiapa yang mencari kesaksian Allah pada Muhammad
(S); maka Allah sejak semalam, hari ini dan esok mengemukakan diriNya sebagai
saksi untuk Muhammad dan Aali Muhammad (S). Hanya ke atas manusia yang ikhlas kerana
Allah dalam permintaannya untuk mengenal kebenaran, dan Allah akan berbicara
dengannya melalui rukya dan jalan malakut rohiyah (jalan kerohaian alam
malakut), dan menerangkan kepadanya kebenaran adalah bersama Muhammad dan Aali Muhammad
(S).
Pada zaman Rasulullah, Muhammad (S), ramai orang yang
meminta kesaksian Allah dan mereka didatangkan pengelihatan (rukya), Allah telah
memperlihatkan kepada mereka dan mereka beriman hasil dari pengelihatan mereka yang
jelas yang Allah terangkan kepada mereka mengenai kebenaran Muhammad dan Aali Muhammad
(S). Berikut adalah sebahagian daripada rukya yang Allah telah perlihatkan
kepada mereka untuk Rasulullah, Muhammad (S):
1 - Dari Jabir bin Abdullah Al-Ansari, beliau
berkata:
دخل جندب ابن جنادة
اليهودي من خيبر على رسول الله، فقال: يا محمد، أخبرني عما ليس لله وعما ليس عند
الله وعما لا يعلمه الله. فقال رسول الله: أما ما ليس لله فليس لله شريك، وأما ما
ليس عند الله فليس عند الله ظلم للعباد، وأما ما لا يعلمه الله فذلك قولكم يا معشر
اليهود "إنه عزير ابن الله" والله لا يعلم له ولدا، فقال جندب: أشهد أن
لا إله الإ الله وإنك رسول الله. حقا.
ثم قال: يا رسول الله، إني رأيت البارحة في النوم موسى بن عمران ع فقال لي: يا
جندب أسلم على يد محمد واستمسك بالإوصياء من بعده...)
Jundub ibn Janadah seorang Yahudi
Khaibar masuk menemui Rasulullah lalu berkata: Wahai Muhammad, khabarkan
kepadaku apa yang tiada bagi Allah, apa yang tiada di sisi Allah, dan apa yang tidak
diketahui Allah? Rasul Allah bersabda, Adapun apa yang tiada bagi Allah ialah tiada
sekutu bagi Allah, manakala apa yang tiada di sisi Allah adalah Allah tidak
berlaku zalim ke atas hamba-hamba, dan apa yang tidak diketahui Allah adalah
kata-kata kamu wahai orang-orang Yahudi, "Bahawa Uzair anak Allah"
dan Allah tidak tahu Dia mempunyai anak, Maka Jundub pun mengucapkan: Aku
bersaksi bahawa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahawa engkau adalah Rasul
Allah, adalah benar. Kemudian dia berkata: Ya Rasulullah, semalam aku melihat di
dalam tidur Musa Bin Imran (as) berkata kepadaku: Wahai Jundub Islamlah di
tangan Mohammed dan peganglah kamu kepada Aushiak selepasnya...) [3]
2. Di keluarkan oleh Ibnu 'Asaakir dalam menceritakan
Islamnya Saad bin Abi Waqas dengan sanadnya
عن عائشة بنت سعد قالت:
سمعت أبي يقول: رأيت في المنام قبل أن أسلم بثلاث كأني في ظلمة لا أبصر شيئا إذ
أضاء لي قمر فاتبعته فكأني أنظر إلى من سبقني إلى ذلك القمر فأنظر إلى زيد بن
حارثة وإلى علي بن أبي طالب وإلى أبي بكر وكأني أسألهم: متى انتهيتم إلى ها هنا ؟ قالوا:
الساعة، وبلغني أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم يدعو إلى الإسلام مستخفيا، فلقيته في شعب أجياد وقد صلى العصر فقلت: إلى
ما تدعو ؟ قال: تشهد أن لا إله الإ الله وأني رسول الله، قال: قلت أشهد أن لا إله
الإ الله وأنك محمد رسول الله«
Dari ‘Aisyah anak perempuan Saad
berkata: Aku mendengar ayahku berkata: Aku melihat dalam tidur tiga hari sebelum
masuk Islam. Seolah-olah aku berada di dalam gelap tidak dapat melihat sesuatu,
apabila aku diterangi cahaya bulan lalu dapat mengikutnya, Kemudian seolah-olah aku melihat orang-orang
sebelumku pada bulan itu dan aku melihat Zaid bin Haritsah dan Ali bin Abi
Talib dan pada Abu Bakr dan seolah-olah aku bertanya kepada mereka: Bilakah berakhirnya
kamu di sini? Mereka berkata: Al-Saah (Kiamat), Aku mendengar bahawa Rasulullah
(S) menyeru kepada Islam secara sembunyi-sembunyi, maka aku menemui baginda bersama
orang-orang yang baik-baik telah selesai sholat ‘Ashar, Akupun berkata, Pada apa
engkau serukan? Baginda bersabda, Engkau bersaksi bahawa tiada Tuhan melainkan
Allah dan bahawa sesungguhnya aku ini Pesuruh Allah. Dia berkata: Aku bersaksi
bahawa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahawa engkau Muhammad adalah utusan
Allah. [4]
3 Diriwayatkan Ibn Saad, Al-Hakim dan lain-lain:
»قال
محمد بن عمر قال حدثني جعفر بن محمد بن خالد بن الزبير عن محمد بن عبد الله بن
عمرو بن عثمان قال كان إسلام خالد بن سعيد قديما وكان أول إخوته أسلم وكان بدء إسلامه
أنه رأى في النوم أنه واقف على شفير النار فذكر من سعتها ما الله به أعلم ويرى في
النوم كأن أباه يدفعه فيها ويرى رسول الله آخذا بحقويه لئلا يقع ففزع من نومه فقال
أحلف بالله إن هذه لرؤيا حق ... فلقي رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو بأجياد
فقال: يا محمد إلى ما تدعو؟ قال: أدعو إلى الله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده
ورسوله وخلع ما أنت عليه من عبادة حجر لا يسمع ولا يبصر ولا يضر ولا ينفع ولا يدري
من عبده ممن لم يعبده. قال خالد: فإني أشهد أن لا إله الإ الله وأشهد أنك رسول
الله فسر رسول الله بإسلامه«
«Muhammad bin Omar berkata, katanya,
Jafar bin Muhammad bin Khalid bin Al-Zubair memberitahu saya dari Muhammad bin
Abdullah bin ‘Amru bin Othman berkata, Islamnya Khalid bin Said pada masa lalu
adalah lebih awal dari saudara-saudaranya yang telah Islam, permulaan Islam beliau
apabila dia melihat di dalam tidur bahawa dia sedang berdiri di tepi neraka. Ia
teringat pada ketika itu, Allah lebih mengetahuinya dan dia melihat dalam tidur
seolah-olah bapanya menariknya ke dalam neraka dan melihat Rasulullah menarik pinggangnya
supaya tidak jatuh. Lalu dia terjaga dari tidurnya, dia berkata, Aku bersumpah demi
Allah bahawa ini adalah rukya yang benar ... Lalu dia pergi bertemu Rasulullah (S),
Baginda dalam keadaan yang sangat baik, lalu dia berkata: Wahai Muhammad kepada
apa yang engkau seru? Baginda bersabda,: Aku seru kepada Allah, keesaanNya, tiada
sekutu bagiNya dan bahawa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya dan membuang apa
yang ada pada kamu dari menyembah batu yang tidak mendengar dan tidak dapat
melihat, tidak memberi mudharat, tidak memberi manfaat dan tidak tahu siapa hambanya
yang tidak menyembah kepadanya. Khalid berkata: Aku bersaksi bahawa tidak ada Tuhan
melainkan Allah dan aku bersaksi bahawa engkau adalah Rasul Allah. Maka
Rasulullah merahsiakan keislamannya.» [5]
Juga ditambah kepada Nash mukjizat-mukjizat bahawa
Allah menyokong seruan (dakwah) Muhammad (S).
Kedua: Ilmu Dan Hikmah
Dalam kitab-kitab suci terdapat hikmah, ilmu dan dakwah
kepada Allah, dan diterangkan bahawa dakyah syaitan yang memperkatakan perkara-perkara
bodoh, manakala seruan Allah disampaikan dengan hikmah, dan sesungguhnya Muhammad
(S) telah datang dengan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Isa berkata (as)
... (14) Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu syaitan
yang membisukan. Ketika syaitan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata.
Maka heranlah orang banyak. (15) Tetapi ada di antara
mereka yang berkata: "Ia mengusir syaitan-syaitan dengan kuasa Beelzebul,
penghulu syaitan." (16) Ada pula yang meminta suatu
tanda dari syurga kepadanya, untuk mencubai Dia. (17) Tetapi
Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang
terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti
runtuh. (18) Jikalau syaitan itu juga terbagi-bagi dan
melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? … [6]
Maka sesiapa yang beriman dengan Injil untuk membaca
teks-teks Al-Quran dan mempelajarinya secara adil, dan kemudian membuat pencerahan
teks Injil terdahulu; Adakah boleh mereka menganggap ayat-ayat (teks-teks) ini berunsur
kesyaitanan sebagaimana penindasan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak penting
bagi mereka melainkan untuk menghina Muhammad?
Berikut adalah contoh-contoh nash-nash Al-Quran:
: ﴿ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ
رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ﴾
Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk. [Al-Nahl
16:125]
﴿وَاعْبُدُوا اللَّـهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ
وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ
وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا
فَخُورًا﴾
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri, [AL-Nisa’ 4:36]
﴿وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا
تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّـهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ
مُخْتَالٍ فَخُورٍ﴾
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. [Luqman 31:18]
﴿لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ
وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗوَاللَّـهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ
فَخُورٍ﴾
supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri, [Al-Hadid 57:23]
Lalu bacalah ayat-ayat daripada Surah Al-Isra dan
tanyalah kepada diri mereka sendiri:
Adakah syaitan menyeru supaya menyembah Allah
semata-mata? Adakah syaitan menyeru supaya berakhlak mulia dan berbuat baik
kepada kedua ibu bapa dan faqir miskin, dan supaya membelanjakan harta kepada golongan
miskin dan membantu mereka yang memerlukan bantuan, dan melarang pembunuhan, dari
berzinah, dan menyalahgunakan harta anak yatim, dan memenyuruh supaya menunaikan
janji, dan mereka telah terlepas pandang dari mengukurnya?
Jika syaitan menyuruh berakhlak baik seperti ini, maka
apakah yang sepatutnya Allah SWT perintahkan pada mereka?
Bukankah ini perintah-perintah semua nabi dan hikmah
kebijaksanaan mereka, yang datang dari Allah:
﴿لَّا تَجْعَلْ مَعَ اللَّـهِ إِلَـٰهًا
آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَّخْذُولًا ۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا
إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ
الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا ۞ وَاخْفِضْ لَهُمَا
جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي
صَغِيرًا ۞ رَّبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ ۚإِن
تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلْأَوَّابِينَ غَفُورًا ۞ وَآتِ
ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ
تَبْذِيرًا ۞ إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ
الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا۞ وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ
مِّن رَّبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُل لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُورًا ۞ وَلَا
تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ
فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا ۞ إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ
لِمَن يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا
بَصِيرًا ۞ وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ
إِمْلَاقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ
قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا ۞ وَلَا تَقْرَبُوا
الزِّنَىٰ ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا۞ وَلَا
تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّـهُ إِلَّا
بِالْحَقِّ ۗ وَمَن قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ
سُلْطَانًا فَلَا يُسْرِف فِّي الْقَتْلِ ۖ إِنَّهُ كَانَ
مَنصُورًا ۞ وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُ ۚ وَأَوْفُوا
بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا ۞ وَأَوْفُوا
الْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ
الْمُسْتَقِيمِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ۞ وَلَا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَـٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا ۞ وَلَا تَمْشِ
فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ
الْجِبَالَ طُولًا ۞ كُلُّ ذَٰلِكَ كَانَ سَيِّئُهُ عِندَ رَبِّكَ
مَكْرُوهًا ۞ ذَٰلِكَ
مِمَّا أَوْحَىٰ إِلَيْكَ رَبُّكَ مِنَ الْحِكْمَةِ ۗ وَلَا تَجْعَلْ
مَعَ اللَّـهِ إِلَـٰهًا آخَرَ فَتُلْقَىٰ فِي جَهَنَّمَ مَلُومًا مَّدْحُورًا﴾
Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping
Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). * Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. * Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". *
Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang
baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.*
Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. * Sesungguhnya orang-orang yang
pemboros itu adalah saudara syaitan dan syaitan itu sangat kufur
kepada Tuhannya. * Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh
rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan
yang lemah lembut. * Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat
pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal. * Sungguh, Tuhanmu
melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang
Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.
* Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu suatu dosa yang
besar. * Dan janganlah kamu mendekati
zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. * Dan
janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan suatu
(alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara zalim, maka sungguh, Kami
telah memberi kekuasaan kepada wali (ahli waris)nya, tetapi janganlah
walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan. Sesungguhnya dia adalah orang
yang mendapat pertolongan. * Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai dia dewasa dan
penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya. * Dan
sempurnakanlah sukatan apabila kamu menyukat, dan timbanglah dengan timbangan
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. * Dan
janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. * Dan
janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi
gunung. * Semua itu kejahatannya sangat dibenci di sisi
Tuhanmu. * Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Dan
janganlah engkau mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, nanti engkau
dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela dan dijauhkan (dari
rahmat Allah). [Al-Isra 17:22-39]
Isa (as) berkata:
(17) …. "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah
pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. (18) Jikalau
syaitan itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah
kerajaannya dapat bertahan? [Injil. Lukas: Bab XI]
Tidakkah sepatutnya orang-orang Masehi menjadikan
kata-kata ukuran ini untuk mengukur apa yang didatangkan dalam Al-Quran untuk
mengetahui bahawa ianya dari sisi Allah.
Bukankah semua ini ukuran Isa (as), mengapa
berpaling darinya?! Demi Allah! Melainkan beriman sebahagian dan kufur dengan
sebahagian yang lainnya?
Al-Quran penuh dengan hikmah dan seruan kepada kebaikan
dan untuk menghiasi akhlak yang baik lagi mulia. Bagaimana boleh ia dibuat oleh
syaitan yang bodoh, yang menyeru kejahatan dan kepada akhlak yang tercela. Bukankah
syaitan itu terpecah-pecah atas dirinya
sendiri? Bukankah
kerajaan syaitan berlawan-lawan sama sendiri?
Bukankah itu membezakan panggilan syaitan bagi menegakkan
kerajaannya, dan tidak merobohkannya.
Saya fikir bahawa manusia - jika mereka mahu -
mereka dapat membezakan antara hikmah dan kebodohan, di antara yang baik dan
yang jahat, di antara akhlak yang baik dan akhlak yang tercela.
Dan kerajaan syaitan tidak sahaja berlawan-lawan sesama
sendiri, dan tidak menyeru kepada kebaikan, bahkan kepada kejahatan? Dan tidak menyeru
kepada akhlak mulia tetapi kepada akhlak tercela?
(17) …. "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah
pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. (18) Jikalau
syaitan itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah
kerajaannya dapat bertahan?
Kemudian mari kita lihat kepada kesahihan aqidah
yang dibawa oleh Muhammad (S) dan Aushiak selepas baginda, dan kembali kepada
Tauhid dan menolak aqidah Tigaan (Triniti), dan telah diterangkan bagaimana kepercayaan
ini batil atau tidak betul menurut Injil yang sama, dan yang datang dengan
kebenaran layak untuk diikuti, dan yang membatalkan kepercayaan Gereja dan yang
datang dari kitab suci tanpa ragu-ragu layak diikuti [7].
Iaitu orang yang adil membaca Al-Qur'an secara
saksama mendapati bahawa ilmu dan hikmah yang dibawa oleh Muhammad dalam kebijaksanaan
bahasa Al-Quran tidak mungkin terjadi melainkan dari Dia Yang Maha Suci.
Ketiga - Hakimiyah Allah:
Muhammad (S) menuntut Hakimiyah Allah (Kerajaan Allah), bahkan
baginda dalam masa yang sama berpeluang menghidangkan Hakimiyah Allah di Madinah, Mekah dan
Hijaz, dan menerangkan dengan jelas bahawa kebenaran ada dalam Hakimiyah Allah (Kerajaan Allah), dan
bahawa semua golongan (firqah) orang-orang Islam yang akan terkeluar dari Hakimiyah Allah (Kerajaan Allah) adalah
golongan (firqah) yang sesat. Dan Hadits golongan yang selamat (Al-Firqah
Al-Najiyah) dan sifatnya diisytiharkan selamat dari neraka seperti yang diketahui.
عن عبد الله بن عمرو
قال: قال رسول الله )صلى الله عليه وآله وسلم(:
»ليأتين على أمتي ما أتى على بني إسرائيل حذو
النعل بالنعل حتى إن كان منهم من أتى أمه علانية لكان في أمتي من يصنع ذلك. وإن
بني إسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة، وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم في
النار الإ ملة واحدة، قال من هي يا رسول الله؟ قال:
ما أنا عليه وأصحابي«
Dari Abdullah Bin ‘Amru berkata, Rasulullah (S)
bersabda: “Akan datang kepada umatku sebagaimana yang terjadi kepada Bani
Israil. Mereka meniru perilakuan seseorang dengan sepadannya,
walaupun di antara mereka ada yang menggauli ibunya terang-terangan niscaya
akan ada di antara umatku yang melakukan seperti mereka. Sesungguhnya bani
Israil berkelompok menjadi 72 golongan. Dan umatku akan berkelompok menjadi 73
golongan, semua di neraka kecuali satu. Sahabat bertanya; siapa mereka itu wahai
Rasulullah? Rasulullah menjawab: “Apa yang ada padaku dan
sahabat-sahabatku “ [8]
وعن أنس بن مالك قال:
قال رسول الله )صلى الله عليه وآله وسلم(:
»تفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة كلهن في
النار الإ
واحدة قالوا وما تلك الفرقة
قال ما أنا عليه اليوم وأصحابي«
Anas bin Malik berkata: Rasulullah (S) bersabda:
“Umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, seluruhnya akan
masuk neraka, kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya: Siapakah mereka
itu, wahai Rasulullah? Baginda bersabda menjawab: Apa yang aku dan
sahabat-sahabatku jalankan hari ini.[9]
Dan Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah (S) bersabda:
Akan datang atas umatku apa
yang datang kepada Bani Israel, semisal demi semisal dan mereka berpecah kepada
tujuh puluh dua golongan (millah) dan umatku akan berpecah kepada tujuh puluh
tiga golongan, lebih satu golongan daripada mereka, dan semuanya masuk neraka
kecuali satu. Dia berkata Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah yang satu
itu? Baginda bersabda, Ia adalah Apa yang kami jalankan hari in,i aku dan
sahabat-sahabatku. [10]
Jadi, sifat golongan yang selamat adalah bahawa golongan
yang ada hubungan sebagaimana hubungan di antara Rasulullah, Muhammad (S) dan
para sahabat baginda. Ia adalah hubungan yang jelas, kedudukan Rasulullah,
Muhammad (S) sebagai ketua yang dilantik oleh Allah dan para sahabat yang beriman
dengan perintah ilahiyah ini.
Yang terus kekal adalah masalah kekeliruan dan perdebatan,
maka ada yang mengatakan mengapa Muhammad berbuat demikian, dan mengapa baginda
berkata demikian, Sekiranya rasul yang mengatakannya dan yang melakukannya, dan
Al-Quran bertentangan dengan kaedah-kaedah Bahasa Arab dan tatabahasa (nahu), melakukan
kesilapan tatabahasa (lahan) dan lemah dalam penyusunan kalimah (balaghah), dan
semua kekeliruan diarahkan kepada diri mana-mana Rasul atau kitab atau agama
ilahi yang lain, dan semua itu adalah aneh, pelik dan tertolak.
Sementara itu kita mesti memberi perhatian untuk
beralih dari kekeliruan sebelum mengingatkan semula dalil itu dan menolaknya serta
menerangkan bahawa ia bukan suatu dalil, ia sebenarnya sudah mengakui dalil
tersebut dan kepercayaan yang membentuk dan memenuhi keinginannya, tetapi ia
adalah dengan kekeliruannya dalam proses memberi penerangan ke atasnya dan memenangkannya;
kerana kekeliruan-kekeliruan bukan semata-mata mendatangkan masalah dan sebenarnya
tiada nilai, ia bukan sahaja cara (alat) bentuk melampaui batas yang tersembunyi yang digunakan ulama
sesat dan taghut penzalim untuk menakut-nakut pengikut mereka dan mengekalkan mereka
supaya mengikut dan bertaklid kepada mereka secara membuta tuli untuk memelihara
pekerjaan dan dunia mereka.
Dan mereka selepas memusnahkan dan menyesatkan aqidah
dan menjatuhkan semuanya kepada kekeliruan, kembali pula kepada kekeliruan yang
paling remeh. darinya mereka bertujuan mengacau perasaan pengikut mereka
terhadap ibu bapa mereka dan keturunan mereka. Ia adalah kekeliruan Firaun pada
nabi Allah Musa (as), di mana Firaun mengatakan:
:
﴿...فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الْأُولَىٰ﴾
...: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat
yang dahulu?"
[Thaha 30:51],
Maka jawapan Musa (as)
﴿...عِلْمُهَا
عِندَ رَبِّي فِي كِتَابٍ ۖ لَّا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنسَى﴾
…."Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku,
di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa; [Thaha
20: 52]
untuk menjawab kekeliruan ini juga telah diterangkan
dalam masalah zaman fatrah (terputus khalifah Allah) dan keadaan orang-orang pada
masa itu.
----------------------------------------
[1] "Apabila Allah adalah Al-Kamil (Yang
Sempurna) yang mengisi jurang kekurangan dan menberi kesempurnaan, ia menjadi yang disifatkan dengan
sifat ketuhanan secara umumnya tidak terbatas padaNya SWT dari apa yang mereka sekutukan,
Bahkan Ketuhanan Mutlak Yang membataskanNya SWT, Kalimah La Ilaha Illa
Allah adalah kalimah Tauhid kerana kita mahukan Ketuhanan Mutlak, maka
sifat ketuhanan secara amnya termasuk Al-Kamil (Yang Menyempurnakan) dengan penciptaan-Nya,
yang menjadikanNya tuhan, yang selainNya untuk dilimpahkan kesempurnaanNya dan
mengisi kekurangan, menjadikan Mohammed (S) shurah (imej) Allah SWT dan wajah
Allah SWT dialah Allah dalam penciptaan, tetapi berbeza di antara sifat
Muhammad (S) dengan sifat ketuhanan dan di antara ketuhananNya SWT, iaitu sifat
Muhammad dengan sifat ketuhanan yang terhad dengan kekurangan dan berhajatkan
kepadaNya SWT. KetuhananNya SWT Ketuhanan Mutlak. Kerana itu tatang sifat Al-Shamad
ini datang iaitu yang tiada suatu kelemahan padaNya dan tiada kekurangan padaNya
untuk mensucikanNya (Tasbih) dan memujiNya (Tanzih), Untuk menerangkan bahawa
ketuhananNya SWT pada bertasbih dan bertanzih bukan kerana kelemahan dan kekuranganNya."
Kitab Al-Tauhid, Untuk lebih terperinci lagi
dalam perkara ini sila rujuk kepada Kitab
Al-Tauhid.
[2]
Dalam Kamus Al-Kitab Al-Muqaddas untuk menerangkan perkataan "Yehuda Ibn
Yakub": "nama Ibrani yang bermaksud "Hamad" anak keempat Ya’kub,
Lea (Li’ah), dilahirkan di Mesopotamia," Kejadian 29: 35. "Mengandung
pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata:
"Sekali ini aku akan bersyukur kepada Tuhan." Itulah sebabnya ia
menamai anak itu Yehuda. Sesudah itu ia tidak melahirkan lagi."
[3] .Kifayah ALAtsar – Al-Khazaz Al-Qumi: hal.
57-58; Bihar Al-Anwar- Al-Majlisi:. Juz 36 hal 304
[4] .. Tarikh Madinah Damsyik – Ibn ‘Asakir Juz 20 hal 299; Asad Al-Ghayah- Ibn ALAtsir
Juz 2 hal 292; Wafi bi ALWafiah - ALShafadi:. Juz 15 hal 91..
[5] Al-Thabaqat Al-Kubra - Ibn Saad: Juz 4 hal 94; Al-Mustadrak
- Al-Hakim: Juz 3 hal 248; Asad Al-Ghayah- Ibn ALAtsir Juz 2 hal 82.
[6] Injil. Lukas Bab XI -.
[7] Telah diterangkan tentang kebatilan aqidah
ketuhanan Isa mengikut akal yang sempurna, serta telah diterangkan dalam kitab Al-Tauhid
dengan Nash yang sama di dalam Injil (Fasal ucapan dari Injil: Isa (Salamu
Allah 3alaih) tidak tahu bilakah Al-Saah (kiamat): Isa mengatakan dirinya
bahawa dia tidak tahu bilakah Al-Saah yang terjadi padanya kiamat Kecil: "Tetapi
tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di syurga
tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja."
"[Mark 13:32], dan kejahilan adalah kekurangan sementara Ketuhanan mutlak sempurna
mutlak tidak menunjukkan kekurangan atau kejahilan, Kerana zahaya yang tiada kegelapan di dalamnya. sedangkan kejahilan
menunjukkan kewujudan makhluk yang mempunyai kegelapan di halaman kewujudannya.
Jadi,
Isa (as) adalah cahaya dan kegelapan, dan ini membuktikan bahawa Isa yang diperlukan
bukan sebagai Ketuhanan Mutlak, tetapi makhluk hamba dari kegelapan dan cahaya,
dan bukannya cahaya tanpa kegelapan di dalamnya, Maha Tinggi Allah SWT, jauh dari disifatkan
seperti itu,
Dalam
bab ini ucapan dan kenyataan serta pengajaran orang-orang yang berakal (Uli Al-Bab),dan
ini adalah teks Isa (as) seperti yang dinyatakan di dalam Injil Mark:" (32) Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang
tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa
saja." 33) Hati-hatilah
dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba. (34) Dan halnya sama seperti seorang yang bepergian, yang
meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya,
masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penunggu pintu supaya
berjaga-jaga. (35) Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu
bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau
larut malam, atau pagi-pagi buta, (36) supaya kalau ia
tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. (37) Apa
yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-dan (saya
katakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua jam tangan " [Mark 13] Untuk
lebih terperinci lagi dalam perkara ini sila
rujuk kepada Kitab Al-Tauhid.
[8] Sunan Tirmidzi: Juz 4 hal 135.
[9].majmu3 Al-Zawaid - Al-Haithami: Juz 1 hal 189..
[10] Ma’na Al-Akhbar - Al-Saduq: hal 323.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan