Sabtu, 10 Disember 2016

VIII - Aturan Mengenal Khalifah Allah


VIII - Aturan Mengenal Khalifah Allah



            
Tidak syak lagi bahawa perkara-perkara yang paling asas yang kita lihat hari ini mestilah diberi pertimbangan dan garis panduan, dengan itu kita dapat mengetahuinya. Bagi emas berharga ada timbangannya, begitu pula dengan buah-buahanmempunyai gejala tabiei (aturan umum) dan mempunyai timbangannya dan aturan untuk menerokainya.Maka demikiantabiat (tabiei)yang Allah SWT jadikan pada Ketinggian PeraturanNya untuk membezakan khalifah-Nya dari manusia biasa yang laian.

Dalam memperkatakan Khalifah Allah Al-Mahdi (as), Adakah Allah SWT meletakkan peraturan untuk mengenal penyeru Al-Haq pada setiap zaman kerana dia adalah Hujjah Allah atas hambaNya dan Khalifah Allah di bumiNya dan taat kepadanya adalah ketaatan kepada Allah dan mengingkarinya bererti bermaksiat kepada Allah, mengimani dan mematuhinya adalah beriman dan patuh kepada Allah, dan kufur dan berpaling darinya adalah kufur dan berpaling dari Allah.

Adakah Allah tidak menentukannya (Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari sifat kekurangan) kerana Dia Al-Hakim Al-Mutlakdan menentukan ukuran atas segala sesuatu dan sebaik-baik Penentu Ukuran:

                                                                   ﴿وَكُلُّ شَيْءٍ عِندَهُ بِمِقْدَارٍ﴾

"Dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ukuran." [Al-Ra'd 13:8]

﴿وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ عَالِمِ الْغَيْبِ لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَلَا أَصْغَرُ مِن ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرُ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ﴾

"Demi Tuhan-ku yang mengetahui yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi dari-Nya seberat zarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dan yang lebih besar dari itu, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata” [Saba’ 34:3]

Hakikat yang diperlukan adalah Al-Hikmah Ilahiyah yang meletakkan peraturan untuk mengenal Khalifah Allah di bumiNya pada setiap zaman, dan perlu meletakkan peraturan ini sejak dari hari pertama Allah SWT menjadikan KhalifahNya di bumiNya, maka tidak mungkin peraturan itu wujud secara secara tiba-tiba di salah satu risalah samawi yang baru, sedangkan ia sepatutnya tanggung jawab yang telah wujud sejak awal lagi.

Sekurang-kurangnya iblis, sebagai mukallaf (yang bertanggung jawab) pada masa tersebut (sejak hari pertama), memerlukan aturan itu untuk mengenal pembawa kebenaran Ilahi.

Jika tidak, sudah tentu ia akan dijadikan alasan untuk tidak menjadi pengikut kebenaran kerana tidak mampu membezakan dan tidak adanya aturan untuk mengenal khalifah yang diangkat Allah SWT ini.[Kitab Pecerahan dari dakwah Para Rasul oleh Khalifah Al-Mahdi Al-Syed AhmadAl- Hassan (as)].

Aturan ini adalah sebagai dalil qath’ei ke atas pemilik kebenaran (khalifah) di zamannya, sekaligus menafikan urusan ini dituntut oleh orang-orang yang batil, kerana aturan yang ada padanya ini memisahkan antara haq dan batil, dan pasti peraturan di sisiNya benar, bukan selainnya, untuk selamanya pada bila-bila masa dan di mana sekalipun. Maka siapa yang membawanya adalah pemiliknya, dan tidak mungkin peraturan ini ketinggalan dan diperselisih selamanya dan tidak akan dapat membawanya selain pemiliknya. Firman Allah:

﴿وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ * لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ * ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ﴾

"Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, * niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. * Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya" (Al-Haaqqah 69:44-46)

“Lau” (baca: seandainya) adalah perkataan pencegahan untuk mencegah, yang bererti mencegah terjadinya yang kedua disebabkan pencegahan telah berlaku pada yang pertama.

Kita pun tahu adanya sejumlah orang yang dengan meninggikannamaAllah, mengaku nabi seperti Musailamah dan Sajah, Aswad. Hanya saja Allah SWT tidak memegang (mengazab) mereka, padahal Dia Maha menepati janji.

Benarkah Allah SWT memungkiri janji? Maha besar Allah dari perkara itu. Atau yang dimaksudkan dengan “mengada-ada sebagian ucapan atas (nama) Kami” adalah hal lain yang berlainan dengan tindakan mengaku sebagai seorang nabi yang merupakan kedudukan lantikan Allah. Dengan kata lain, orang yang mengaku-ngaku ini boleh mengaku nabi atau khalifah atau pemimpin rohani. Atau mendakwa sebagai aturan yang menetap kenabian atau kekhalifahan.

Mendakwa sebagai (yang memenuhi syarat) aturan itu adalah “mengada-adakan cerita”. Maka tidak akan ada seorang yang mengaku sebagai demikian, kecuali si pengaku itu jujur. Oleh kerana itu, fakta sejarah menunjukkan tidak ada seorang pun yang mampu mengaku sebagai seseorang yang dinashkan (dilantik) di dalam kitab-kitab samawi.

Walaupun ada orang-orang yang mendakwa sebagai nabi, mereka hanya mendakwa kedudukan saja tanpa dapat mengangkat aturan yang menetapkan kebenaran dakwaan mereka, sebagaimana Allah menetapkan para hujjah masa dahulu, seperti Musa dan Isa (as).

Jadi aturan yang mengenalkan umat kepada para khalifah Allah, tidak dapat digunakan oleh orang-orang yang batil, dan Allah memalingkan mereka dari pendakwaan ini. Perkara ini sesuai dengan akal, syariat dan sejarah.

Atas sebab ini, aturan yang menentukan khalifah Allah di setiap zaman harus diketahui, dan khalifah Allah Al Mahdi dapat dikenali dengan peraturan ini.

Peraturan Mengenal Al-Hujah di dalam Al Quran:


Telah dijelaskan bahawa Allah SWT sahaja yang memilih, melebihkan dan menjadikan di antara seluruh mahkluk-Nya khalifah-khalifah-Nya di muka bumi dan mereka wajib ditaati.

﴿اللَّـهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّـهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ﴾

"Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." [Al-Hajj 22:75]

﴿وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰ﴾

"Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu)" [Thaha 20:13]

﴿قَالَ يَا مُوسَىٰ إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالَاتِي وَبِكَلَامِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ﴾

Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". [(Al-A’raf 7:144]

Dia yang memilih dan menjadi Khalifah di muka bumi,

﴿وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِن بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ﴾ 

Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada Isa Ibn Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? [Al-Baqarah 2:87]

﴿يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ﴾

"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, kerana mereka melupakan hari perhitungan." [Shad 38:26]

﴿وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ﴾

"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka untuk mengerjakan kebaikan, mendirikan salat, dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami-lah mereka selalu mengabdi." [Al-Anbiya 73]

Bahkan ketika pemilihan dan perlantikan Khalifah pertama iaitu nabi Allah Adam (as):

﴿وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ * وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَـٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ * قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ * قَالَ يَا آدَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنبَأَهُم بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ* وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ﴾

"Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama mereka itu jika kamu memang orang-orang yang benar.” Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau!  Kami tidak mengetahui kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-namanya". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-namanya, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
 Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka bersujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur, dan (dengan demikian) ia termasuk golongan orang-orang yang kafir." [Al Baqarah 2:30-34]

Khalifah Allah Al-Mahdi mengatakan: “Sejarah awal peraturan untuk mengenali Khalifah Allah ini adalah seperti berikut:

1-Sesungguhnya Allah telah nashkan lantikan Adam di hadapan para malaikat dan iblis, bahawa dia adalah khalifah-Nya.
2-Setelah Adam diciptakan, Allah mengajarkan nama-nama semuanya.
3-Kemudian Allah perintahkan para malaikat dan iblis untuk bersujud kepada Adam.

Tiga perkara tersebut adalah peraturan dari Allah untuk mengenal hujjah kepada umat manusia dan khalifah-Nya di bumi, dari sejak masa awal dan sunnah ilahiah ini berlangsung sampai berakhirnya dunia dan datangnya hari kiamat:

﴿سُنَّةَ اللَّـهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلُ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّـهِ تَبْدِيلًا﴾

"Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah." [Al Ahzaab 33:62]


Sebagaimana manusia mempunyai kilang atau sawah atau kapal atau apapun yang di dalamnya terdapat para pegawai yang bekerja, har.us ditentukan seorang dari mereka sebagai pemimpin, dengan disebutkan namanya. Jika tidak, akan terjadi kekacauan. Sebagaimana orang tersebut haruslah merupakan  seorang yang paling berilmu dan utama, dan ditaati perintahnya. Jika tidak, manusia tidak akan mengetahui tiga perkara itu, lalu hikmah akan menjadi sia-sia. Tuhan yang Maha Bijaksana tidak akan membiarkan umat manusia jauh dari perkara itu.

Jika dikaji peraturan Ilahi ini secara terperinci, akan didapati bahawa nash lantikan Ilahi atas Adam (as) sampai membawa pada wasiat yang membolehkan wujud khalifah terdahulu. Ia adalah nash (lantikan) selepas seorang khalifahkepada khalifah lain dengan perintah Allah. Ini adalah tugas wajib untuk menetapkan orang sesudahnya sebagai khalifah Allah di bumi-Nya. Firman Alah

﴿إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا﴾
                                                                        
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya [Al-Nisaa’ 4:58] 



Sementara nama-nama yang diajarkan kepada Adam, agar beliau mengetahui hakikat nama-nama Ilahiyah dan menghiasinya serta melayakkannya untuk menjadi khalifah di bumiNya. Kemudian disampaikan kepada para malaikat, agar mereka mengetahui nama-nama itu yang darinya mereka tercipta. Adam (as) diajarkan tiap-tiap nama itu. Sedangkan para malaikat tidak mengetahui satupun darinya. Dengan demikian kedudukan Adam (as) ke atas mereka menjadi kukuh dengan ilmu dan hikmah.

Perkara ketiga di dalam aturan tersebut adalah perintah Allah kepada malaikat dan iblis untuk bersujud kepada Adam.

Perkara ini merupakan penerapan amalan bagi khalifah untuk menegakdan meneruskan sebagai pengganti (penguasa), dan berperanan serta amalan bagi malaikat pula adalah sebagai para pembantu Allah, agar mereka menegak dan meneruskan pernan para pegawai dan pelajar ilmu di sisi khalifah Adam (as).

Mari kita melihat kembali pada kisah Yusuf, kita dapati:

1- Wasiat;


Dalam ungkapan Ya’qub (as) kepada Yusuf (as):

﴿وَكَذَٰلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَىٰ آلِ يَعْقُوبَ كَمَا أَتَمَّهَا عَلَىٰ أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ﴾

"Dan demikianlah Tuhanmu memilihmu (untuk menjadi nabi) dan Dia mengajarkan kepadamu sebagian dari takbir mimpi, serta Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya‘qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang nenek moyangmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." [Yusuf 12:6]

Ya’qub Menjelaskan bahawa Yusuf adalah washinya, yang merupakan kelanjutan seruan Ibrahim (as). Maka Yusuf (as) mengatakan:

﴿وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ مَا كَانَ لَنَا أَن نُّشْرِكَ بِاللَّـهِ مِن شَيْءٍ ۚ ذَٰلِكَ مِن فَضْلِ اللَّـهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ﴾
                                                                              
"Dan aku mengikut agama bapa-bapaku, Ibrahim, Ishaq, dan Ya‘qub. Tiadalah patut bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari kurnia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu tidak bersyukur. [Yusuf 12:38]

Maka Yusuf (as) menekankan hubungannya dengan para nabi dan dialah penerus seruan mereka.

2- Ilmu;


Firman Allah SWT:

﴿ قَالَ لَا يَأْتِيكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقَانِهِ إِلَّا نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيلِهِ قَبْلَ أَن يَأْتِيَكُمَا ذَٰلِكُمَا مِمَّا عَلَّمَنِي رَبِّي إِنِّي تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَهُم بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ﴾

Yusuf berkata, “Tidak diberikan kepadamu berdua jatah makananmu melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian." [Yusuf 12:37]

 ﴿قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدتُّمْ فَذَرُوهُ فِي سُنبُلِهِ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّا تَأْكُلُونَ * ثُمَّ يَأْتِي مِن بَعْدِ ذَٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّا تُحْصِنُونَ * ثُمَّ يَأْتِي مِن بَعْدِ ذَٰلِكَ عَامٌ فِيهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيهِ يَعْصِرُونَ﴾

Yusuf berkata, “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai, hendaklah kamu biarkan ditangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.* Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. * Kemudian setelah itu akan datang tahun yang pada waktu itu manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras (buah-buahan).” [Yusuf 12:47-49]

﴿قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ﴾

Berkata Yusuf, “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” [Yusuf 12:55]

3-Bai’ah Kepunyaan Allah:


﴿يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّـهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ﴾

“Wahai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” [Yusuf 12:39]

﴿مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللَّـهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّـهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ﴾

“Sembahan-sembahan yang kamu sembah selain Allah itu tiada lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Hukum itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Yusuf 12:40]


Jadi, butir-butir peraturan untuk mengenal hujjah adalah nash lantikan, ilmu dan panji bai’ah milik Allah. Sekiranya kita telusuri tiga butir-butir tersebut di dalam kitab-kitab, maka kita akan mendapati konsep Al-Mahdi sebagaimana akan disampaikan nanti.





Tiada ulasan: