Hadits Tsaqalain, Kitab Allah,3itrahku dan Ahli Bait ku
حديث الثقلين : كتاب الله وعترتي اهل بيتي
Peninggalan yang melindungi kita dari kesesatan.
Pesan Rasulullah (S):
“Wahai manusia! Sesungguhnya aku tinggalkan kalian sesuatu
yang jika kalian berpegang kepadanya tidak akan sesat selamanya: Kitab Allah
dan itrah, Ahlulbaitku.”
Hadits ini, yang dinamakan sebagai Hadits Tsaqalain, iaitu
dua perkara berharga, berat atau penting. Hadits ini diriwayatkan dalam
pelbagai versi, tetapi masih mengekalkan matan yang sama, iaitu pesan
Rasulullah agar kita berpegang kepada Quran dan Ahlulbait(as), yang mana
keduanya digandingkan bersama. Hadits ini juga telah mencapai tingkatan
mutawattir dan sahih, dan diriwayatkan dari berbagai sumber Sunni.
1.
Muslim: Sahih Hadits no.
6175-6177
2.
Tarmizi: Sahih Hadits 3786
dan 3788
3.
An Nisai: Khasais Amirul
Mukminin Ali No.79
4.
Ahmad: Musnad:
5/181&182 dan 3/26 dan 5/189
5.
Ibnu Abi ‘Asim: As Sunnah
no 754
6.
Nuruddin al Haitsami: Majma
al Zawaid Juz 5 hal 166
7.
Ibnu Hajar al Haitsami: Al
Sawaiq Al Muhriqah hal 223. 229-230
8.
Al Khateeb al Tabrizi:
Misykatul Masabih
9.
Al Hakim: Al mustadrak
10.
At Thabrani: Al Mu’jamul
kabir
11.
Al Muttaqi al Hindi: Kanz
al Ummal
12.
As Suyuthi: Ihya ul Mayyit
bi Fadhail Ahlulbait, Jamius Saghir, Ad Durr al mansur
13.
Ibnu Kasir: Tafsir
14.
Ibnu Saad: Thabaqat Al
Kubra
15.
Ibnu Atsir: Jami’ul Usul
& Ususdul Ghabah
16.
Ibnu Asakir: Tarikh
17.
An Nabhani:Al Fathul Kabir
18.
Al Khawarizmi: Al Manaqib
19.
Ibnu Hbban: Sahih
20.
Sulaiman Al Bakhi al
Hanafi: Al Baihaqi:As Sunan Yanabi Al Mawaddah
21.
Mir Sayyid Ali Hamadani:
Mawaddatul Qurba
22.
Hafiz Abu Nuaim Al
Isfahani: HIlayatul Awliya
23.
Sanad hadits Tsaqalain
24.
Ali Ibn Abi Thalib
25.
Zaid ibn Arqam
26.
Zaid Ibn Tsabit
27.
Abu Said al Khudri
28.
Abu Hurairah
29.
Abdullah Ibn Hanthab
30.
Jabir ibn Abdullah al
Ansari
31.
Huzaifah ibn Usaid al
Ghifari
32.
Abu Dzar al Ghifari
33.
Anas ibn Malik
34.
Al Bara’ ibn Azib
35.
Huzaifah ibn Yaman
36.
Abu Haitsam ibn at Tihan
37.
Abu Rafi’
38.
Ibnu Abbas
39.
Salman al Farisi
40.
Sa’ad ibn Abi Waqas
41.
Amru ibn al ‘As
42.
Ummu Salamah
1.Hadits riwayat Imam Muslim dalam Shahih Muslim juz II hal
279 bab Fadhail Ali
Muslim meriwayatkan telah menceritakan kepada
kami Zuhair bin Harb dan Shuja’ bin Makhlad dari Ulayyah yang berkata
Zuhair berkata telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Abu
Hayyan dari Yazid bin Hayyan yang berkata ”Aku, Husain bin Sabrah dan Umar
bin Muslim pergi menemui Zaid bin Arqam. Setelah kami duduk bersamanya berkata
Husain kepada Zaid ”Wahai Zaid sungguh engkau telah mendapat banyak kebaikan.
Engkau telah melihat Rasulullah SAW, mendengarkan haditsnya, berperang
bersamanya dan shalat di belakangnya. Sungguh engkau mendapat banyak kebaikan
wahai Zaid. Coba ceritakan kepadaku apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW.
Berkata Zaid “Hai anak saudaraku, aku sudah tua, ajalku hampir tiba, dan aku
sudah lupa akan sebagian yang aku dapat dari Rasulullah SAW. Apa yang
kuceritakan kepadamu terimalah,dan apa yang tidak kusampaikan janganlah kamu
memaksaku untuk memberikannya.
Lalu Zaid berkata ”pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di hadapan kami di
sebuah tempat yang bernama Ghadir Khum seraya berpidato, maka Beliau SAW
memanjatkan puja dan puji atas Allah SWT, menyampaikan nasehat dan peringatan.
Kemudian Beliau SAW bersabda “Ketahuilah wahai manusia sesungguhnya aku
hanya seorang manusia. Aku merasa bahwa utusan Tuhanku (malaikat maut) akan
segera datang dan Aku akan memenuhi panggilan itu. Dan Aku tinggalkan padamu
dua pusaka (Ats-Tsaqalain). Yang pertama Kitabullah (Al-Quran) di dalamnya
terdapat petunjuk dan cahaya,maka berpegang teguhlah dengan Kitabullah”.
Kemudian Beliau melanjutkan, “dan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian
kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul
Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku”
Lalu Husain bertanya kepada Zaid ”Hai Zaid siapa gerangan
Ahlul Bait itu? Tidakkah istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait? Jawabnya
“Istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait disini
adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah wafat Nabi SAW”,
Husain bertanya “Siapa mereka?”.Jawab Zaid ”Mereka adalah Keluarga Ali,
Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Ibnu Abbes”. Apakah mereka semua
diharamkan menerima sedekah (zakat)?” tanya Husain; “Ya”, jawabnya.
Hadits di atas terdapat dalam Shahih Muslim, perlu
dinyatakan bahwa yang menjadi pesan Rasulullah SAW itu adalah sampai
perkataan “kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku” sedangkan
yang selanjutnya adalah percakapan Husain dan Zaid perihal Siapa Ahlul Bait.
Yang menarik bahwa dalam Shahih Muslim di bab yang sama Fadhail Ali, Muslim
juga meriwayatkan hadits Tsaqalain yang lain dari Zaid bin Arqam dengan
tambahan percakapan yang menyatakan bahwa Istri-istri Nabi tidak termasuk Ahlul
Bait, berikut kutipannya
“Kami berkata “Siapa Ahlul Bait? Apakah istri-istri Nabi?
Kemudian Zaid menjawab ”Tidak, Demi Allah, seorang wanita (istri) hidup dengan
suaminya dalam masa tertentu jika suaminya menceraikannya dia akan kembali ke
orang tua dan kaumnya. Ahlul Bait Nabi adalah keturunannya yang diharamkan
untuk menerima sedekah”.
2. Hadits shahih dalam Mustadrak As Shahihain Al Hakim juz
III hal 148
Al Hakim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami seorang
faqih dari Ray Abu Bakar Muhammad bin Husain bin Muslim, yang mendengar
dari Muhammad bin Ayub yang mendengar dari Yahya bin Mughirah al Sa’di yang
mendengar dari Jarir bin Abdul Hamid dari Hasan bin Abdullah An Nakha’i dari
Muslim bin Shubayh dari Zaid bin Arqam yang berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda. “Kutinggalkan kepadamu dua peninggalan (Ats Tsaqalain), kitab Allah
dan Ahlul BaitKu. Sesungguhnya keduanya tak akan berpisah, sampai keduanya
kembali kepadaKu di Al Haudh“
Al Hakim menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa
sanad hadits ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim.
3. Hadits shahih dalam kitab Mustadrak As Shahihain Al
Hakim, Juz III hal 109.
Al Hakim meriwayatkan telah menceritakan kepada
kami Abu Husain Muhammad bin Ahmad bin Tamim Al Hanzali di Baghdad yang
mendengar dari Abu Qallabah Abdul Malik bin Muhammad Ar Raqqasyi yang mendengar
dari Yahya bin Hammad; juga telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Muhammad
bin Balawaih dan Abu Bakar Ahmad bin Ja’far Al Bazzaz, yang keduanya mendengar
dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal yang mendengar dari ayahnya yang mendengar
dari Yahya bin Hammad; dan juga telah menceritakan kepada kami Faqih dari
Bukhara Abu Nasr Ahmad bin Suhayl yang mendengar dari Hafiz Baghdad Shalih bin
Muhammad yang mendengar dari Khallaf bin Salim Al Makhrami yang mendengar dari
Yahya bin Hammad yang mendengar dari Abu Awanah dari Sulaiman Al A’masy yang
berkata telah mendengar dari Habib bin Abi Tsabit dari Abu Tufail dari Zaid bin
Arqam ra yang berkata
“Rasulullah SAW ketika dalam perjalanan kembali dari haji
wada berhenti di Ghadir Khum dan memerintahkan untuk membersihkan tanah di bawah
pohon-pohon. Kemudian Beliau SAW bersabda” Kurasa seakan-akan aku segera akan
dipanggil (Allah), dan segera pula memenuhi panggilan itu, Maka sesungguhnya
aku meninggalkan kepadamu Ats Tsaqalain(dua peninggalan yang berat). Yang satu
lebih besar (lebih agung) dari yang kedua : Yaitu kitab Allah dan Ittrahku.
Jagalah Baik-baik dan berhati-hatilah dalam perlakuanmu tehadap kedua
peninggalanKu itu, sebab Keduanya takkan berpisah sehingga berkumpul kembali
denganKu di Al Haudh. Kemudian Beliau SAW berkata lagi: “Sesungguhnya Allah
Azza Wa Jalla adalah maulaku, dan aku adalah maula setiap Mu’min. Lalu Beliau
SAW mengangkat tangan Ali Bin Abi Thalib sambil bersabda : Barangsiapa yang
menganggap aku sebagai maulanya, maka dia ini (Ali bin Abni Thalib) adalah juga
maula baginya. Ya Allah, cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa
yang memusuhinya“
Al Hakim telah menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain
bahwa hadits ini shahih sesuai dengan persyaratan Bukhari dan Muslim.
4. Hadits shahih dalam kitab Mustadrak As Shahihain Al
Hakim, Juz III hal 110.
Al Hakim meriwayatkan telah menceritakan kepada
kami Abu Bakar bin Ishaq dan Da’laj bin Ahmad Al Sijzi yang keduanya
mendengar dari Muhammad bin Ayub yang mendengar dari Azraq bin Ali yang
mendengar dari Hasan bin Ibrahim Al Kirmani yang mendengar dari Muhammad bin
Salamah bin Kuhail dari Ayahnya dari Abu Tufail dari Ibnu Wathilah yang
mendengar dari Zaid bin Arqam ra yang berkata
“Rasulullah SAW berhenti di suatu tempat di antara Mekkah
dan Madinah di dekat pohon-pohon yang teduh dan orang-orang membersihkan tanah
di bawah pohon-pohon tersebut. Kemudian Rasulullah SAW mendirikan shalat,
setelah itu Beliau SAW berbicara kepada orang-orang. Beliau memuji dan
mengagungkan Allah SWT, memberikan nasehat dan mengingatkan kami. Kemudian
Beliau SAW berkata” Wahai manusia, Aku tinggalkan kepadamu dua hal atau
perkara, yang apabila kamu mengikuti dan berpegang teguh pada keduanya maka
kamu tidak akan tersesat yaitu Kitab Allah (Al Quranul Karim) dan Ahlul BaitKu,
ItrahKu. Kemudian Beliau SAW berkata tiga kali “Bukankah Aku ini lebih berhak
terhadap kaum muslimin dibanding diri mereka sendiri.. Orang-orang menjawab
“Ya”. Kemudian Rasulullah SAW berkata” Barangsiapa yang menganggap aku sebagai
maulanya, maka Ali adalah juga maulanya.
Al Hakim telah menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain
bahwa hadits ini shahih sesuai dengan persyaratan Bukhari dan Muslim.
5. Hadits dalam Musnad Ahmad jilid V hal 189
Abdullah meriwayatkan dari Ayahnya,dari Ahmad Zubairi dari
Syarik dari Rukayn dari Qasim bin Hishan dari Zaid bin Tsabit ra, Ia berkata
bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Aku meninggalkan dua khalifah
bagimu, Kitabullah dan Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah hingga
keduanya datang ke telaga Al Haudh bersama-sama”.
Hadits di atas diriwayatkan dari Abdullah bin Ahmad bin
Hanbal dari ayahnya Ahmad bin Hanbal, keduanya sudah dikenal tsiqat di kalangan
ulama, Ahmad Zubairi. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah Abu Ahmad Al Zubairi
Al Habbal telah dinyatakan tsiqat oleh Yahya bin Muin dan Al Ajili.
Syarik bin Abdullah bin Sinan adalah salah satu Rijal
Muslim, Yahya bin Main berkata “Syuraik itu jujur dan tsiqat”. Ahmad bin Hanbal
dan Ajili menyatakan Syuraik tsiqat. Ibnu Ya’qub bin Syaiban berkata” Syuraik
jujur dan tsiqat tapi jelek hafalannya”. Ibnu Abi Hatim berkata” hadits Syuraik
dapat dijadikan hujjah”. Ibnu Saad berkata” Syuraik tsiqat, terpercaya tapi
sering salah. An Nasai berkata ”tak ada yang perlu dirisaukan
dengannya”. Ahmad bin Adiy berkata “kebanyakan hadits Syuraik adalah
shahih”.(Mizan Al Itidal adz Dzahabi jilid 2 hal 270 dan Tahdzib At Tahdzib
Ibnu Hajar jilid 4 hal 333).
Rukayn (Raqin) bin Rabi’Abul Rabi’ Al Fazari adalah perawi
yang tsiqat .Beliau dinyatakan tsiqat oleh Ahmad bin Hanbal, An Nasai, Yahya
bin Main, Ibnu Hajar dan juga dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Hibban dalam kitab
Ats Tsiqat Ibnu Hibban.
Qasim bin Hishan adalah perawi yang tsiqah. Ahmad bin Saleh
menyatakan Qasim tsiqah. Ibnu Hibban menyatakan bahwa Qasim termasuk dalam
kelompok tabiin yang tsiqah. Dalam Majma Az Zawaid ,Al Haitsami menyatakan
tsiqah kepada Qasim bin Hishan. Adz Dzahabi dan Al Munziri menukil dari Bukhari
bahwa hadits Qasim itu mungkar dan tidak shahih. Tetapi Hal ini telah dibantah
oleh Ahmad Syakir dalam Musnad Ahmad jilid V,beliau berkata: ”Saya tidak
mengerti apa sumber penukilan Al Munziri dari Bukhari tentang Qasim bin Hishan
itu. Sebab dalam Tarikh Al Kabir Bukhari tidak menjelaskan biografi Qasim
demikian juga dalam kitab Adh Dhu’afa. Saya khawatir bahwa Al Munziri berkhayal
dengan menisbatkan hal itu kepada Al Bukhari”. Oleh karena itu Syaikh Ahmad
Syakir menguatkannya sebagai seorang yang tsiqah dalam Syarh Musnad Ahmad.
Jadi hadits dalam Musnad Ahmad diatas adalah hadits yang
shahih karena telah diriwayatkan oleh perawi-perawi yang dikenal tsiqah.
6. Hadits dalam Musnad Ahmad jilid V hal 181-182
Riwayat dari Abdullah dari Ayahnya dari Aswad bin
‘Amir, dari Syarik dari Rukayn dari Qasim bin Hishan, dari Zaid bin
Tsabit, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda”Sesungguhnya Aku
meninggalkan dua khalifah bagimu Kitabullah, tali panjang yang terentang antara
langit dan bumi atau diantara langit dan bumi dan Itrati Ahlul BaitKu. Dan
Keduanya tidak akan terpisah sampai datang ke telaga Al Haudh”
Hadits di atas diriwayatkan dari Abdullah bin Ahmad bin
Hanbal dari ayahnya Ahmad bin Hanbal, Semua perawi hadits Musnad Ahmad di atas
telah dijelaskan sebelumnya kecuali Aswad bin Amir Shadhan Al Wasithi. Beliau
adalah salah satu Rijal atau perawi Bukhari Muslim. Al Qaisarani telah
menyebutkannya di antara perawi-perawi Bukhari Muslim dalam kitabnya Al Jam’u
Baina Rijalisy Syaikhain. Selain itu Aswad bin Amir dinyatakan tsiqat oleh Ali
bin Al Madini, Ibnu Hajar, As Suyuthi dan juga disebutkan oleh Ibnu Hibban
dalam Kitabnya Ats Tsiqat Ibnu Hibban. Oleh karena itu hadits Musnad Ahmad di
atas sanadnya shahih.
7. Hadits dalam Sunan Tirmizhi jilid 5 halaman 662 – 663
At Tirmizhi meriwayatkan telah bercerita kepada kami Ali bin
Mundzir al-Kufi, telah bercerita kepada kami Muhammad bin Fudhail, telah
bercerita kepada kami Al-A’masy, dari ‘Athiyyah, dari Abi Sa’id dan Al-A’masy,
dari Habib bin Abi Tsabit, dari Zaid bin Arqam yang berkata, ‘Rasulullah
saw telah bersabda, ‘Sesungguhnya aku tinggalkan padamu sesuatu yang jika kamu
berpegang teguh kepadanya niscaya kamu tidak akan tersesat sepeninggalku, yang
mana yang satunya lebih besar dari yang lainnya, yaitu Kitab Allah, yang
merupakan tali penghubung antara langit dan bumi, dan ‘itrah Ahlul BaitKu.
Keduanya tidak akan pernah berpisah sehingga datang menemuiku di telaga. Maka
perhatikanlah aku dengan apa yang kamu laksanakan kepadaku dalam keduanya”
Dalam Tahdzib at Tahdzib jilid 7 hal 386 dan Mizan Al
I’tidal jilid 3 hal 157, Ali bin Mundzir telah dinyatakan tsiqat oleh banyak
ulama seperti Ibnu Abi Hatim,Ibnu Namir,Imam Sha’sha’i dan lain-lain,walaupun
Ali bin Mundzir dikenal sebagai seorang syiah. Mengenai hal ini Mahmud Az Za’by
dalam bukunya Sunni yang Sunni hal 71 menyatakan tentang Ali bin Mundzir ini
“para ulama telah menyatakan ketsiqatan Ali bin Mundzir. Padahal mereka tahu
bahwa Ali adalah syiah. Ini harus dipahami bahwa syiah yang dimaksud disini
adalah syiah yang tidak merusak sifat keadilan perawi dengan catatan tidak
berlebih-lebihan. Artinya ia hanya berpihak kepada Ali bin Abu Thalib dalam
pertikaiannya melawan Muawiyah. Tidak lebih dari itu. Inilah pengertian
tasyayyu menurut ulama sunni. Karena itu Ashabus Sunan meriwayatkan dan
berhujjah dengan hadits Ali bin Mundzir”.
Muhammad bin Fudhail,dalam Hadi As Sari jilid 2 hal
210,Tahdzib at Tahdzib jilid 9 hal 405 dan Mizan al Itidal jilid 4 hal 9
didapat keterangan tentang beliau. Ahmad berkata”Ia berpihak kepada Ali,
tasyayyu. Haditsnya baik” Yahya bin Muin menyatakan Muhammad bin Fudhail adalah
tsiqat. Abu Zara’ah berkata”ia jujur dan ahli Ilmu”.Menurut Abu Hatim,Muhammad
bin Fudhail adalah seorang guru.Nasai tidak melihat sesuatu yang membahayakan
dalam hadits Muhammad bin Fudhail. Menurut Abu Dawud ia seorang syiah yang
militan. Ibnu Hibban menyebutkan dia didalam Ats Tsiqat seraya berkata”Ibnu
Fudhail pendukung Ali yang berlebih-lebihan”Ibnu Saad berkata”Ia tsiqat,jujur
dan banyak memiliki hadits.Ia pendukung Ali”. Menurut Ajli,Ibnu Fudhail orang
kufah yang tsiqat tetapi syiah. Ali bin al Madini memandang Muhammad bin
Fudhail sangat tsiqat dalam hadits. Daruquthni juga menyatakan Muhammad bin
Fudhail sangat tsiqat dalam hadits.
Al A’masy atau Sulaiman bin Muhran Al Kahili Al Kufi Al
A’masy adalah perawi Kutub As Sittah yang terkenal tsiqat dan ulama hadits
sepakat tentang keadilan dan ketsiqatan Beliau..(Mizan Al Itidal adz Dzahabi
jilid 2 hal 224 dan Tahdzib At Tahdzib Ibnu Hajar jilid 4 hal 222).Dalam hadits
Sunan Tirmizhi di atas A’masy telah meriwayatkan melalui dua jalur yaitu dari
Athiyyah dari Abu Said dan dari Habib bin Abi Tsabit dari Zaid bin Arqam.
Athiyyah bin Sa’ad al Junadah Al Awfi adalah tabiin yang
dikenal dhaif. Menurut Adz Dzahabi Athiyyah adalah seorang tabiin yang dikenal
dhaif ,Abu Hatim berkata haditsnya dhaif tapi bisa didaftar atau ditulis, An
Nasai juga menyatakan Athiyyah termasuk kelompok orang yang dhaif, Abu Zara’ah
juga memandangnya lemah. Menurut Abu Dawud Athiyyah tidak bisa dijadikan
sandaran atau pegangan.Menurut Al Saji haditsnya tidak dapat dijadikan hujjah,Ia
mengutamakan Ali ra dari semua sahabat Nabi yang lain. Salim Al Muradi
menyatakan bahwa Athiyyah adalah seorang syiah. Abu Ahmad bin Adi berkata
walaupun ia dhaif tetapi haditsnya dapat ditulis. Kebanyakan ulama memang
memandang Athiyyah dhaif tetapi Ibnu Saad memandang Athiyyah tsiqat,dan berkata
insya Allah ia mempunyai banyak hadits yang baik,sebagian orang tidak memandang
haditsnya sebagai hujjah. Yahya bin Main ditanya tentang hadits Athiyyah ,ia
menjawab “Bagus”.(Mizan Al ‘Itidal jilid 3 hal 79).
Habib bin Abi Tsabit Al Asadi Al Kahlili adalah Rijal
Bukhari dan Muslim dan para ulama hadits telah sepakat akan keadilan dan
ketsiqatan beliau, walaupun beliau juga dikenal sebagai mudallis (Tahdzib At
Tahdzib jilid 2 hal 178). Jadi dari dua jalan dalam hadits Sunan Tirmizhi di
atas, sanad Athiyyah semua perawinya tsiqat selain Athiyyah yang dikenal dhaif
walaupun Beliau di ta’dilkan oleh Ibnu Saad dan Ibnu Main. Sedangkan sanad
Habib semua perawinya tsiqat tetapi dalam hadits di atas A’masy dan Habib
meriwayatkan dengan lafal ‘an (mu’an ‘an) padahal keduanya dikenal mudallis.
Walaupun begitu banyak hal yang menguatkan sanad Habib ini sehingga haditsnya
dinyatakan shahih yaitu
Dalam kitab Mustadrak As Shahihain Al Hakim, Juz III hal 109
terdapat hadits tsaqalain yang menyatakan bahwa A’masy mendengar langsung dari
Habib.(lihat hadits no 3 di atas). Sulaiman Al A’masy yang berkata telah
mendengar dari Habib bin Abi Tsabit dari Abu Tufail dari Zaid bin Arqam ra. Dan
hadits ini telah dinyatakan shahih oleh Al Hakim.
Syaikh Ahmad Syakir telah menshahihkan cukup banyak hadits
dengan lafal’an dalam Musnad Ahmad salah satunya adalah hadits yang
diriwayatkan dengan lafal ‘an oleh A’masyi dan Habib(A’masy dari Habib
dari…salah seorang sahabat).
Hadits Sunan Tirmizhi ini telah dinyatakan hasan gharib oleh
At Tirmizhi dan telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam
Shahih Sunan Tirmizhi dan juga telah dinyatakan shahih oleh Hasan As Saqqaf
dalam Shahih Sifat Shalat An Nabiy.
Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia
sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang
kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul
BaitKu”.(Hadits riwayat Tirmizhi,Ahmad,Thabrani,Thahawi dan dishahihkan oleh
Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no
1761).
Sabda Rasulullah: "Sesungguhnya kutinggalkan di tengah
kalian 2 perkara yang berat: Kitab Allah dan Itrahku Ahkulbaitku. Dan sungguh
kedua-duanya takkan pernah terpisah sehingga bertemu denganku di Telaga Haudh,
seperti ini — sambil baginda menggabungkan 2 jari telunjuknya –". Lalu,
Jabir bin Abdillah Al-Ansari bangun menghampiri baginda, seraya berkata:
"Wahai Rasulullah, siapakah Itrahmu?" Sabda baginda: "Ali,
al-Hasan, al-Hussein, dan para Imam dari keturunan Al-Hussein hingga hari
Kiamat."
Sumber:
Ma'ani Al-Akhbar, Syeikh Shoduq, Darul Ma'rifah (Beirut), m/s 91
Kembali
Ke Laman Untuk Ahl Al-Sunnah Wal-Jamaah
Tiada ulasan:
Catat Ulasan