Halaman

Khamis, 18 Julai 2019

Hadis Syibli Lengkap (33 perkara tadabbur Ibadah Haji)


Hadis Syibli Lengkap (33 perkara tadabbur Ibadah Haji)
Disertai dengan teks Hadits Bahasa Arabnya

-        Kiriman Sdr Asrol Adam

Bekal buat yang berangkat Haji semoga menjadi Haji Yang Mabrur.

Seorang murid Imam Ali Zainal Abidin as putra Imam Husein as pimpinan pemuda ahli sorga yang bernama Asy- Syibli, saat  setelah ia selesai melaksanakan ibadah haji, pergi menemuinya untuk menyampaikan padanya apa-apa yang dialaminya selama itu. Maka terjadilah percakapan di antara keduanya.

“Wahai Syibli, bukankah anda telah selesai mengerjakan ibadah haji?. “Benar, wahai putra Rasulullah”. “Apakah anda telah berhenti di Miqat lalu menanggalkan semua pakaian yang terjahit yang terlarang bagi orang yang sedang mengerjakan haji dan kemudian mandi....?” “Ya, benar ....? “

(1). Adakah anda ketika berhenti di Miqat juga meneguhkan niat untuk berhenti dan menanggalkan semua pakaian maksiat dan, sebagai gantinya, mengenakan pakaian taat?” “Tidak ....”

(2). “Dan pada saat menanggalkan semua pakaian yang terlarang itu, adakah anda menanggalkan dari diri anda semua sifat riya', nifaq, serta segala yang diliputi syubhat....? “Tidak....”

(3). “Dan ketika mandi dan membersihkan diri sebelum memulai ihram, adakah anda berniat mandi dan membersihkan diri dari segala pelanggaran dan dosa-dosa?” “Tidak....” “Kalau begitu, anda tidak berhenti di Miqat, tidak menanggalkan pakaian yang terjahit dan tidak pula mandi membersihkan diri....!”

Kemudian Imam Ali Zainal Abidin a.s. melanjutkan:

(4). “Dan ketika mandi dan berihram serta mengucap niat untuk memasuki ibadah haji, adakah anda menetapkan niat untuk membersihkan diri dengan cahaya taubat yang tulus kepada Allah Swt? “Tidak....”

(5). “Dan pada saat niat berihram, adakah anda berniat mengharamkan atas diri anda segala yang diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla...? “Tidak....”

(6). “Dan ketika mulai mengikat diri dalam ibadah haji, adakah anda pada waktu yang sama, telah melepaskan juga segala ikatan selain bagi Allah?” “Tidak....” “Kalau begitu, anda tidak membersihkan diri, tidak berihram, dan tidak pula mengikat diri dalam ibadah Haji....!”

 Kemudian Imam Ali Zainal Abidin a.s. melanjutkan:“Bukankah anda telah memasuki Miqat, lalu shalat ihramdua rakaat, dan setelah itu mulai menyerukan tabliah...? Ya....benar. “

(7). Apakah ketika memasuki Miqat anda meniatkannya sebagai ziarah menuju keridoan Allah Swt?” “Tidak”.

(8). “Dan ketika shalat ihram dua rakaat adakah anda berniat mendekatkan diri, bertaqarrub kepada Allah dengan mengerjakan suatu amal yang paling utama di antara segala macam amal, yaitu shalat yang juga merupakan kebaikan yang utama di antara kebaikan-kebaikan yang dikerjakan oleh hamba-hamba Allah Swt?. “Tidak”.

(9). “Dan ketika bertalbiyah apakah anda berniat menjawab panggilan Allah dengan ikhlas suci dan bersih dalam ketaatan dan berpuasa bicara dan berpikir dari segala maksiat (perbuatan dosa)?” “Kalau begitu anda tidak memasuki Miqat, tidak bertalbiah, dan tidak shalat ihram dua rakaat!”

 Imam Ali Zainal Abidin a.s. bertanya lagi: “Apakah anda telah memasuki Masjidil Haram, dan memandang Ka'bah, serta shalat di sana? “Ya....benar”.

(10). “Ketika memasuki Masjidil Haram, adakah anda berniat mengharamkan atas diri anda, segala macam pergunjingan terhadap diri kaum muslimin...?” “Tidak”.

(11). “Dan ketika sampai di kota Mekah, adakah andamengukuhkan niat untuk menjadikan Allah Swt sebagai satu-satunya tujuan? “Tidak”. “Kalau begitu, anda tidak memasuki Masjidil Haram, tidak memandang Ka'bah, dan tidak pula bershalat di sana!

Dan beliau melanjutkan lagi: “Apakah anda telahbertawaf mengelilingi Ka'bah Baitullah, dan bersa’i sertatelah menyentuh rukun-rukunnya.”

(12). Dan ketika sa’i adakah anda berniat berlari kepada Allah dan Dia mengetahui darimu semua yang tersembunyi “Tidak”. “Kalau begitu anda tidak berthowaf, tidak menyentuh rukun-rukun Ka’bah dan tidak bersa’i.” (Dalam riwayat ini tidak disebutkan niat bertawaf dan menyentuh rukun-rukun Ka’bah. Dalam riwayat lain disebutkan

(13). saat bertawaf maka berniatlah seakan anda bertawaf bersama para malaikat di Arsynya Allah, dan

(14). saat menyentuh rukun yamani berniatlah untuk bertobat kepada Allah hingga tidak bermaksiat lagi kepada-Nya). Dan beliau melanjutkan pertanyaannya: “Dan apakah anda telah berjabatan dengan Hajar Aswad, dan berdiri bershalat di tempat Maqam Ibrahim? “Ya....! Mendengar jawaban itu, Imam Ali Zainal Abidin a.s. tiba-tiba berteriak, menangis dan meratap, dengan suara merawankan hati seperti hendak meninggalkan hidup ini, seraya berucap: “Oh,.. oh.....

(15). Barangsiapa berjabatan tangan dengan Hajar Aswad, seakan-akan ia berjabatan tangan dengan Allah Swt! Oleh karena itu, ingatlah baik-baik, wahai insan yang merana dan sengsara, janganlah sekali-kali berbuat sesuatu yang menyebabkan engkau kehilangan kemuliaan-agung yang telah kau capai, dan membatalkan kehormatan itu dengan pembangkangan-Nya, sebagaimana dilakukan oleh mereka yang bergelimang dalam dosa-dosa!”

Kemudian beliau berkata lagi:

(16). “Ketika berdiri di Maqam Ibrahim, adakah anda mengukuhkan niat untuk tetap berdiri di atas jalan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan jauh-jauh segala maksiat?”.

(17). “Dan ketika shalat dua rakaat di Maqam Ibrahimadakah anda berniat mengikuti jejak Nabi Ibrahim a.s.dalam shalat beliau, serta menentang segala bisikansetan?” “Tidak”. “Kalau begitu anda tidak berjabat tangandengan Hajar Aswad, tidak berdiri di Maqam Ibrahim, dan tidak pula shalat dua rakaat di dalamnya”. Dan beliau melanjutkan lagi: “Apakah anda telah mengagumi (memuliakan) sumur Zam-zam dan minum airnya?” “Ya”.

(18). “Apakah anda pada saat memandangnya, berniat menujukan pandangan anda kepada semua bentuk kepatuhan kepada Allah, serta memejamkan mata terhadap setiap maksiat kepada- Nya? “Tidak”. Kalau begitu anda tidak memandanginya dan tidak pula minum airnya!

Selanjutnya beliau bertanya lagi: “Apakah anda telahmengerjakan Sa'i antara Shafa dan Marwah, dan berjalan pulang pergi antara kedua bukit itu? “Ya...benar.”

(19). “Dan pada saat-saat itu (sa’i), anda menempatkan diri anda di antara harapan akan rahmat Allah dan ketakutan menghadapi azab-Nya?” “Tidak”. “Kalaubegitu, anda tidak mengerjakan Sa'i dan tidak berjalan pulang-pergi antara keduanya!”

Lalu beliau bertanya: “Anda telah pergi ke Mina?” “Ya”.

(20). “Ketika itu (ke Mina), adakah anda menguatkan niat akan berusaha sungguh-sungguh agar semua orang selalu merasa aman dari gangguan lidah, hati, serta tangan anda sendiri?” “Tidak”. “Kalau begitu, anda belum pergi ke Mina.

Dan anda telah berwuquf di Arafat? Mendaki Jabal Rahmah, mengunjungi Wadi Namirah serta menghadap kan doa-doa kepada Allah Swt di bukit-bukit As-Shakharat?” “Ya... benar”.

(21). “Ketika berdiri wuquf  di Arafat, adakah anda dalam kesempatan itu, benar- benar menghayati ma'rifat akan kebesaran Allah Swt serta mendalami pengetahuan tentang hakekat ilmu yang akan menghantarkanmu kepada-Nya? Dan apakah ketika itu anda menyadari benar-benar betapa Allah Yang Maha Mengetahui meliputi segala perbuatan, perasaan, serta kata-kata hati sanubari anda?” “Tidak”.

(22). “Dan ketika mendaki Jabal Rahmah, adakah anda sepenuhnya mendambakan rahmat Allah bagi setiap orang mukmin, serta mengharapkan bimbingan-Nya atas setiap orang muslim? “Tidak”.

(23) “Dan ketika berada di Wadi Namirah, adakah anda berketetapan hati untuk tidak mengamalkan sesuatu yang ma'ruf, sebelum anda mengamalkannya pada diri anda sendiri? Dan tidak melarang seseorang melakukan sesuatu, sebelum anda melarang diri sendiri?” “Tidak”. “Dan ketika berdiri di bukit-bukit di sana, adakah anda menyadarkan diri bahwa tempat itu menjadi saksi atas segala kepatuhan pada Allah, dan mencatatnya bersama-sama para Malaikat pencatat, atas perintah Allah, Tuhan sekalian lelangit?” “Tidak”. “Kalau begitu, anda tidak berwuquf di Arafat, tidak mendaki Jabal Rahmah, tidak mengenal Wadi Namirah, dan tak pula berdoa di tempat-tempat itu!”.

Dan Imam Ali Zainal Abidin a.s. bertanya lagi: “Apakah anda telah melewati kedua bukit al-Alamain, dan mengerjakan dua rakaat shalat sebelumnya, dan setelah itu meneruskan perjalanan ke Muzdalifah; memungut batu- batu di sana, kemudian melewati Masy'arul-Haram?” “Ya”.

(25). “Dan ketika shalat dua rakaat, adakah  anda meniatkannya sebagai shalat syukur, pada malam menjelang tanggal sepuluh Dzul-Hujjah, dengan mengharapkan tersingkirnya segala kesulitan serta datangnya segala kemudahan? “Tidak”.

(26). “Dan ketika lewat di antara kedua bukit itu dengansikap lurus tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri, adakah anda saat itu meneguhkan niat untuk tidak bergeser dari Agama Islam, agama yang haq, baik ke arah kanan atau pun kiri; tidak dengan hatimu, tidak pula dengan lidahmu, atau pun dengan semua gerak- gerik anggota tubuhmu yang lain? “Tidak”.

(27). “Dan ketika menuju Muzdalifah, dan memungut batu-batu di sana, adakah anda berniat membuang jauh-jauh dari dirimu segala macam maksiat dan kejahilan terhadap Allah Swt, dan sekaligus menguatkan hatimu untuk tetap mengejar ilmu dan amal yang diridoi Allah?” “Tidak”.

(28). “Dan ketika melewati al- Masy'arul-Haram, adakah anda mengisyaratkan kepada diri anda sendiri, agar bersyiar seperti orang-orang yang penuh takwa dan takut kepada Allah Azza Wajalla?” “Tidak”. “Kalau begitu, anda tidak melewati 'Alamain, tidak shalat dua rakaat tidak berjalan ke Muzdalifah, tidak memungut batu-batu di sana, dan tidak pula lewat di Masy'arul Haram”.

 Dan beliau melanjutkan: “Wahai Syibli, apakah andatelah mencapai Mina, melempar Jumroh, mencukur rambut, menyembelih kurban, bershalat di masjid Khaif; kemudian kembali ke Mekah dan mengerjakan tawafIfadhah?” “Ya....benar”.

(29). ”Ketika sampai di Mina, dan melempar Jumroh, adakah anda berketetapan hati bahwa anda kini telah sampai ke tujuan, dan bahwa Tuhanmu telah memenuhi untukmu segala hajatmu?” “Tidak”. “Dan pada saat melempar Jumroh, adakah anda meniatkan dalam hati, bahwa dengan itu anda melempar musuh bebuyutanmu, yaitu Iblis, serta memeranginya dengan telah disempurnakannya ibadah hajimu yang amat mulia itu?” “Tidak”.

(30). “Dan pada saat mencukur rambut, adakah andaberketetapan hati bahwa dengan itu anda telah mencukur dari dirimu segala kenistaan; dan bahwa anda telah keluar dari segala dosa-dosa seperti ketika baru lahir dari perut ibumu?” “Tidak”.

(31). “Dan ketika shalat di masjid Khaif, adakah anda berniat untuk tidak memiliki perasaan khauf (takut), kecuali kepada Allah Swt, serta dosa-dosamu sendiri? Dan bahwa anda tiada mengharapkan sesuatu kecualirahmat Allah?” “Tidak”.

(32).“Dan pada saat memotong hewan kurban, adakah anda berniat memotong urat ketamakan dan kerakusan, dan berpegang pada sifat wara' yang sesungguhnya? Dan bahwa anda mengikuti jejak Nabi Ibrahim a.s. yang rela memotong leher putra kecintaannya, buah hatinya dan penyegar jiwanya, agar menjadi teladan bagi manusia sesudahnya, semata-mata demi mengikuti perintah Allah Swt?” “Tidak”.

(33).“Dan ketika kembali ke Mekah, dan mengerjakan Tawaf Ifadhah, adakah anda meniatkan berifadhah dari pusat rahmat Allah, kembali kepada kepatuhan terhadap-Nya, berpegang teguh pada kecintaan kepada-Nya, menunaikan segala perintah-Nya, serta bertaqarrub selalu kepada-Nya?” “Tidak”.

“Kalau begitu, anda tidak mencapai Mina, tidak melempar Jumroh, tidak mencukur rambut, tidak menyembelih kurban, tidak mengerjakan manasik, tidak bershalat di masjid Khaif, tidak bertawaf thawaful Ifadhah, dan tidak pula mendekat kepada Tuhanmu! Kembalilah......kembalilah, sebab anda sesungguhnyabelum menunaikan haji anda!”.

Mendengar itu Syibli menangis tersedu-sedu, meratapi dan menyesali segala sesuatu yang telah dilakukannya dalam masa hajinya. Dan semenjak saat itu ia giat memperdalam ilmunya, sehingga pada tahun berikutnya ia  kembali mengerjakan haji dengan ma'rifat (ilmu yang lebih sempurna) serta keyakinan penuh. (Mustadrok Wasail: juz 10, hal. 167 – 172.)

يقول السيد عبد الله الجزائري في (التحف السنية: 184 - 185):
(وجدتُ في عدة مواضع، أوثقها بخط بعض المشايخ الذين عاصرناهم مرسلا، أنه لما رجع مولانا زين العابدين ( ع ) من الحج استقبله الشبلي، فقال له (ع): حججت يا شبلي ؟ قال: نعم، يا بن رسول الله.
(أسرار الميقات):
فقال له (ع): أنزلتَ الميقات وتجردت عن مخيط الثياب و اغتسلت؟
قال: نعم.
قال (ع): فحين نزلتَ الميقات نويتَ أنك خلعت ثوب المعصية ولبست ثوب الطاعة؟ قال: لا.
قال (ع): فحين تجردتَ عن مخيط ثيابك نويتَ أنك تجردت من الرياء والنفاق والدخول في الشبهات؟ قال: لا.
قال (ع): فحين اغتسلتَ نويت أنك اغتسلت من الخطايا والذنوب؟
قال:لا.
قال (ع): فما نزلت الميقات، ولا تجردت عن مخيط الثياب، ولا اغتسلت.
ثمّ قال (ع): تنظفتَ، وأحرمت، وعقدت الحج؟ قال: نعم.
قال (ع): فحين تنظفت وأحرمت وعقدت الحج نويتَ أنك تنظفت بنورة التوبة الخالصة لله تعالى؟ قال: لا.
قال (ع): فحين أحرمت نويت أنك حرّمت على نفسك كلَّ مُحرم حرمه الله عز وجل؟ قال: لا.
قال (ع): فحين عقدت الحج نويت أنّك قد حللت كلَّ عَقد لغير الله عز وجل؟ قال: لا.
قال له (ع): ما تنظفت، ولا أحرمت، ولا عقدت الحج.
قال له (ع): أدخلت الميقات وصليت ركعتي الاحرام ولبيت؟ قال: نعم.
قال (ع): فحين دخلت الميقات نويت أنك دخلت بنية الزيارة؟ قال: لا.
قال (ع): فحين صليت ركعتين نويت أنك تقربت إلى الله بخير الأعمال من الصلاة، وأكبر حسنات العباد؟ قال: لا.
قال (ع): فحين لبيت نويت أنك نطقت لله سبحانه بكل طاعة، وصمت عن كل معصية؟ قال: لا.
قال له (ع): ما دخلت الميقات، ولا صليت، ولا لبيت.
(أسرار الحرم):
ثمّ قال له (ع): أدخلت الحرم، ورأيت الكعبة، وصليت؟ قال: نعم.
قال (ع): فحين دخلت الحرم نويتَ أنك حرّمت على نفسك كلَّ غيبة تستغيبها المسلمين من أهل ملة الاسلام؟ قال: لا.
قال (ع): فحين وصلت مكة نويت بقلبك أنّك قصدت الله سبحانه؟
قال: لا.
قال (ع): فما دخلت الحرم، ولا رأيت الكعبة، ولا صليت.
ثمّ قال (ع): طِفت بالبيت، ومسست الأركان، وسعيت؟ قال: نعم.
قال (ع): فحين سعيت نويت أنك هربت إلى الله، وعرف ذلك منك علامُ الغيوب؟ قال: لا.
قال (ع): فما طفت بالبيت، ولا مسست الأركان، ولا سعيت.
ثمّ قال له (ع): صافحت الحجر، ووقفت بمقام إبراهيم (ع)، و صليت به ركعتين؟ قال: نعم.
فصاح ( ع ) صيحة كاد يفارق الدنيا، ثمّ قال (ع): آه آه، ثمّ قال (ع): من صافح الحجر الأسود فقد صافح الله سبحانه.
فانظر يا مسكين لا تضيّع أجر ما عظُم حرمته وتنقض المصافحة بالمخالفة، و قبضِ الحرام، ونظر أهل الآثام.
ثمّ قال (ع): نويت حين وقفت عند مقام إبراهيم أنك وقفت على كل طاعة، وتخلفت عن كل معصية؟ قال: لا.
قال (ع): فحين صليت فيه ركعتين نويت أنك اتصلت بصلاة إبراهيم، وأرغمت أنف الشيطان (لعنه الله)؟ قال: لا.
قال له (ع): فما صافحت الحجر الأسود، ولا وقفت عند المقام، ولا صليت فيه ركعتين.
(أسرار زمزم، والسعي):
ثم قال له (ع): أشرفت على بئر زمزم، وشربت من مائها؟ قال: نعم.
قال (ع): أنويت أنك أشرفت على الطاعة، وغضضت طرفك عن المعصية؟ قال: لا.
قال (ع): فما أشرفت عليها، ولا شربت من مائها.
ثم قال له (ع): أسعيت بين الصفا والمروة، ومشيت، وترددت بينهما؟
قال: نعم.
قال (ع): نويت أنك بين الرجاء والخوف؟ قال: لا.
قال (ع): فما سعيت، ولا مشيت، ولا ترددت بين الصفا والمروة.
(أسرار الخروج إلى منى والوقوف بعرفة):
ثم قال (ع): أخرجت إلى منى؟ قال: نعم.
قال (ع): نويت أنك أمنت الناس من لسانك وقلبك ويدك؟ قال: لا.
قال (ع): فما خرجت إلى منى.
ثم قال (ع): أوقفت الوقفة بعرفة، وطلعت جبل الرحمة، وعرفت وادي عرنة، ودعوت الله سبحانه عند الميل والجمرات؟ قال: نعم.
قال (ع): هل عرفت بموقفك بعرفة معرفةَ الله سبحانه أمرَ المعارف والعلوم؟ وعرفت قبضَ الله على صحيفتك، واطلاعه على سريرتك وقلبك؟ قال: لا.
قال (ع): فنويت بطلوعك جبل الرحمة أنّ الله يرحم كلَّ مؤمن ومؤمنة، ويتوالى كلَّ مسلم ومسلمة؟ قال: لا.
قال (ع): فنويت عند نمرة أنك لا تأمر حتى تأتمر، ولا تزجر حتى تنزجر؟ قال: لا.
قال (ع): فعندما وقفت عند العلم والنمرات نويت أنّها شاهدةٌ لك على الطاعات، حافظة لك مع الحفظة بأمر رب السماوات؟ قال: لا.
قال (ع): فما وقفت بعرفة، ولا طلعت جبل الرحمة، و لا عرفت نمرة، ولا دعوت، ولا وقفت عند النمرات.
(أسرار المشعر الحرام):
ثم قال (ع): مررت بين العلمين، وصليت قبل مرورك ركعتين، ومشيت بمزدلفة، ولقطت فيها الحصى، ومررت بالمشعر الحرام؟ قال: نعم.
قال (ع): فحين صليت ركعتين، نويت أنها صلاة الشكر في ليلة عشر تنفي كل عسر وتيسر كل يسر؟ قال: لا.
قال (ع): فعندما مشيت بين العلمين، ولم تعدل عنهما يمينا وشمالا، نويت أن لا تعدل عن دين الحق يمينا وشمالا، لا بقلبك ولا بلسانك ولا بجوارحك؟ قال: لا.
قال (ع): فعندما مشيت بمزدلفة، ولقطت منها الحصى، نويت أنك رفعت عنك كلَّ معصية وجهل، وثبت كلَّ علم وعمل. قال: لا.
قال (ع): فعندما مررت بالمشعر الحرام، نويت أنك أشعرت قلبك شعار أهل التقوى والخوف لله عز وجل؟ قال: لا.
قال (ع): فما مررت بالعلمين، ولا صليت ركعتين، ولا مشيت بالمزدلفة، ولا رفعت منها الحصى، ولا مررت بالمشعر الحرام.
(أسرار رمي الجمرات، والحلق، والهدي، والرجوع إلى مكة):
ثم قال له (ع): وصلت منى ورميت الجمرة، وحلقت رأسك، وذبحت هديك، وصليت في مسجد الخيف، ورجعت إلى مكة، وطفت طواف الإفاضة؟ قال: نعم.
قال (ع): فنويت عندما وصلت منى ورميت الجمار أنك بلغت إلى مطلبك، وقد قضى لك ربُّك كلَّ حاجتك؟ قال: لا.
قال (ع): فعندما رميت الجمار نويت أنك رميت عدوك إبليس، وغضبته بتمام حجك النفيس؟ قال: لا.
قال (ع): فعندما حلقت رأسك نويت أنك تطهرت من الأدناس، ومن تبعة بني آدم، وخرجت من الذنوب كما ولدتك أمك؟ قال: لا.
قال (ع): فعندما صليت في مسجد الخيف نويت أنك لا تخاف إلا الله عز وجل وذنبك، ولا ترجو إلا رحمة الله تعالى؟ قال: لا.
قال (ع): فعندما ذبحت هديك نويت أنك ذبحت حنجرة الطمع بما تمسكت به من حقيقة الورع، وأنك اتبعت سنة إبراهيم بذبح ولده وثمرة فؤاده وريحان قلبه، وصارت سنة لمن بعده وقربة إلى الله تعالى لمن خلفه؟ قال: لا.
قال (ع): فعندما رجعت إلى مكة وطفت طواف الإفاضة نويت أنك أفضت من رحمة الله تعالى، ورجعت إلى طاعته، وتمسكت بوده، وأديت فرائضه، وتقربت إلى الله تعالى؟ قال: لا.
قال له زين العابدين (ع): فما وصلت منى، ولا رميت الجمار، ولا حلقت رأسك، ولا ذبحت نسكك، ولا صليت في مسجد الخيف، ولا طفت طواف الإفاضة، ارجع فإنك لم تحج!
فطفق الشبلي يبكي على ما فرطه في حجه، وما زال يتعلم حتى حج من قابل بمعرفة ويقين).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan